Monday 14 January 2008

Pesona Hitam Putih

Yay yay ya... sebenarnya cukup terlambat untuk membuat review dengan tema ini. Tapi mendingan terlambat asal selamat daripada tidak sama sekali.


Ada salah satu film animasi hitam putih yang memenangkan beberapa penghargaan tahun lalu. Persepolis(Perancis). Film ini menceritakan seputar Revolusi islam di Iran dalam pandangan seorang anak kecil hingga dewasanya. Meski menuai protes dari pemerintah Iran sekarang, tak ada salahnya sekedar melihat sebagai brain-storming. Lagipula sampai hari ini juga sudah muncul film anak negeri yang mengangkat tema seputar masa revolusi -yang sampai sekarang kebenarannya masih abu-abu-. [Haduh... sampai khawatir kalau pelajaran sejarah Indonesia yang ada selama ini tak lebih dari karya cipta para penguasa.]








Satu lagi video klip yang cukup aku suka. Idenya mirip dengan wayang, memanfaatkan bayang-bayang. Tsubomi (kuncup), dari kobukuro, salah satu grup vokal Jepun yang belakangan digemari seorang kawanku yang bersuara merdu. silakan nikmati di... (klik gambarnya yak ^_^ )


Barang hitam putih yang bulat adalah... Yup! Bola sepak! Konon untuk menaikkan pamor persepakbolaan agar lebih terlihat di TV jaman dulu, warna bolanya pun dibuat paling kontras. Aku tak menyangka kalau orang-orang tak hanya memperhatikan kemana bola berlari, tapi juga baju apa yang dipakai bola itu sendiri. Bola hitam putih dalam TV hitam putih. Ah, bukankah bola dengan warna apapun tetap saja mampu menyihir jutaan orang di dunia saat disepak, dioper dan digiring di lapangan hijau? Bola lain tak perlu iri, karena riwayat bola kaki ini dirunut paling tua dalam sejarah perbolaan.



Entah kenapa permainan ini dimasukkan juga dalam kategori olahraga. Catur. Papan petak hitam putih dengan pion hitam putih juga. Catur sudah dimainkan beratus tahun silam di Persia, China dan India. Permainan yang mengadu strategi memacu otak agar berputar lebih gesit. Jepang juga punya catur sendiri, shogi, dengan petak 9x9, lebih besar dari papan catur internasional. Sayangnya dia tercoret dari kategore kali ini karena tidak memakai pion hitam putih, tapi batangan kayu coklat dengan simbol tertentu. Tapi iGO masuk kategori ini. iGo bahkan menjadi tema penting dalam manga dan anime hikaru no go. Meski tercatat iGo berasal dari Cina, permainan ini juga populer di Jepang dan Korea.
Waktu aku kecil dulu, aku sering diajak main iGo oleh kakak sepupuku. Sayangnya, aku selalu jadi bulan-bulanan -karena paling kecil- dan kenangan yang kurang menyenangkan inilah yang membuatku tidak mahir bermain iGo sampai sekarang. Huhuhu


Selanjutnya adalah permainan yang berasal dari perfecture (propinsi) tempatku berada sekarang, Ibaraki. Permainan ini sudah mendunia hingga ada pertandingan internasional yang diselenggarakan di Mito bulan oktober dua tahun yang lalu. Othello. Aturannya tidak serumit Go, bisa dimainkan langsung oleh orang baru pertama kali sekalipun!Karena berasal dari tempat aku tinggal sekarang, aku bahas sedikit detail deh. -Huahh, ada yang langsung ngantuk, skip, skip, skippp saja!-

Sejarah Othello berawal tahun 1945, setelah bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki. September 1945, Hasegawa Goro yang tengah duduk di kelas satu SMP menerima pelajaran sembari duduk di tanah di bawah langit biru. Mito juga menjadi sasaran pengeboman hingga kastil dan bangunan bersejarah lain ikut habis dalam kobaran api. Dalam suasana seperti itulah permainan ini dilahirkan. Aturan awalnya, bila batu milik lawan diapit oleh batu milik kita, maka batu lawan menjadi milik kita. Permainan ini cukup merepotkan karena harus memakai batu dengan 2 warna, hingga akhirnya dipakai kertas yang diwarnai hitam pada salah sisi dan putih pada sisi yang lain.


Tahun 1964, Hasegawa mengajarkan othello kepada istrinya yang akhirnya berkembang dengan pesat. Aturannya mudah dipahami dan setelah paham segera ingin menguasai. Dikatakan, satu menit untuk mempelajari, tapi perlu seumur hidup untuk menguasai permainan ini. Hasegawa memperoleh ide menjadikan tutup botol susu sebagai pion othello, membawanya ke tempat kerja lalu diberikannya kepada 2 orang rekan dekatnya. Keesokan harinya ada fenomena yang cukup mengejutkan. Hampir semua pekerja wanita bermain othello pada jam istirahat siang !


Pada lain kesempatan, Hasegawa yang bekerja pada perusahaan obat mendapatkan masukan dari apoteker salah satu rumah sakit langganan. Permainan ini dinilai mampu berperan dalam rehabilitasi pasien. Setidaknya dalam pemakaian otak dan menghasikan waktu. Othello pun menjamur di rumah sakit itu dan digemari para medis hingga pasien. Othello terus berkembang hingga ada pertandingan othello bagi tuna netra dan muncullah juara wanita othello se-Jepang.


Sebenarnya darimana asal kata Othello itu sendiri? Tentunya bukan dari bahasa Jepang. Ayah Hasegawa Goro, memberikan nama ini dari salah satu karya Shakespeare dengan judul yang sama. Othello, seorang kulit hitam yang mempunyai istri kulit putih yang cantik bernama Desdemona. Kisah yang romatis kah? Tsah....


Alasan lain yang membuat othello mampu mendunia adalah warana papannya yang sejuk dipandang mata : hijau. Warna hijau menentramkan mata, alat permaiannya mudah dibawa, mudah dimainkan, nyaman dilihat dan dengan mebolak-balikkan pion saja bisa memperoleh kepuasan. Sebenarnya pertama kali aku melihat permainan ini adalah saat SMA, saat anak-anak ramai berkumpul dalam asrama. Yay, nostalgia SMA kah, penuh juga dengan hitam putih kenangan.









No comments: