Friday 29 February 2008

H+1

Tanggal hari ini hanya berulang 4 tahun sekali. Terasa sedikit spesial. Rencananya hari ini saya mau mengurus perpanjangan visa. Ternyata beberapa dokumen belum terlengkapi. Surat tanda kelulusan masuk universitas saja tidak cukup, pihak imigrasi meminta surat keterangan yang menyatakan bahwa saya akan benar-benar masuk ke univ tersebut. Yay, memang meski sudah lulus ujian masuk, belum tentu jadi masuk sih. Tapi khan harus nunggu lebih lama kalau mau surat keterangan itu.


Akhirnya saya pergi Jumatan saja tanpa menyelesaikan prosedur perpanjangan visa lebih lanjut.

Hari ini saya disangka sebagai orang Jepang oleh orang Jepang yang datang ke Masjid. Padahal dari segi wajah, warna kulit dan hal-hal yang berbau ras, bisa dikatakan saya tidak mirip orang Jepang. Mungkin saja dia membandingkan saya dengan mayoritas jamaah : orang Bangladesh dan Pakistan. Kalau dibandingkan mereka, kekerabatan fisik saya boleh lah lebih dekat dengan orang Jepang. -hehe, gak penting-

Setiap selesai sholat Jumat diadakan perjamuan siang. Penyelenggaranya bergantian, tapi menunya mirip terus. Nasi dengan kare ayam. Makanya saya membayangkan menu serupa siang ini. Kebetulan yang mendapat giliran hari ini adalah brother Alam -yang biasa mengatar jemput saya dari stasiun- . Dugaan saya meleset, menu siang ini bukan kare ayam, tapi kare ikan. Cumaaannn lauknya khan masih tetap kare, isinya saja yang lain. Haha, nampaknya tiap Jumat memang tak bisa lepas dari kare.

Beberapa jam setelah makan saya sakit perut. Bukan. Bukan karena keracunan makanan. Saya kebanyakan makan. Selama ini saya belum pernah nambah. Untuk menghormati brother Alam -halah- maka saya minta tambah sedikit saja. Tapi versi sedikit saya dengan mereka ternyata lain. Akibatnya, saya harus memulurkan waktu untuk menghabiskan makanan di piring. Setelah itu, saya masih harus menegakkan punggung, memaksimalkan volume rongga perut, karena masih ada bubur manis, desert, dan setelah saya diam kekenyangan pun masih ditawarkan teh susu rempah. Oh tidak. Ada dua kemungkinan buruk yang harus saya hadapi :


1. muntah karena sudah perut sudah tak muat
2. Kesulitan menggenjot sepeda dari stasiun ke asrama karena perut penuh.

Untung saja saya masih bisa menolak tawaran-tawaran itu. Takutnya, sebagian mereka tidak suka kalau niat baiknya ditolak, atau makanan bersisa. Pengen jaga perasaan saja.



Alhamdulillah saya bisa kembali ke asrama dengan selamat meski perut membulat.

Sebenarnya setelah ashar saya anti tidur. Tapi hari ini perasaan benar-benar tidak enak setelah kekenyangan. Segala sesuatu yang berlebihan memang tidak baik, yakk. Tidur sore membuat kondisi sedikit membaik. Saya bisa main ping-pong setelah maghrib, dan rongga perut bisa terisi udara juga akhirnya. Yah, perut memang perlu dibagi untuk makanan, minuman dan udara secara seimbang.



ReAD MoRE・・・

Thursday 28 February 2008

Hari H

Alhamdulillah mendapat giliran presentasi nomor 13. Artinya, saya bisa menikmati makan siang dengan tenang. Saya turun dari panggung presentasi sebelum tengah hari. Presentasi berlangsung dengan lancar, tanpa merasakan gugup. Hanya saja senior saya mengatakan, bahasa Jepang saya tidak seperti biasa. Ya iya lah. Tidak layak menggunakan bahasa percakapan dalam momen resmi seperti ini. Tapi mungkin bukan itu maksudnya. Saya sadari kalimat saya sedikit belepotan meski presentasi berhasil saya rampungkan sesuai waktu yang tersedia.

Setelah acara selesai, ada foto bersama. Saya lupa kalau tidak punya kamera (selain di HP), sehingga tak sempat mengabadikan kejadian yang cukup bersejarah selama menempuh pendidikan di Jepang.

Selepas Maghrib, rekan satu lab plus sensei makan malam bersama untuk merayakan puncak kerja keras selama di college. Bagi saya makan malam ini cukup berarti karena beberapa hari ini semangat memasak saya terbang entah kemana. Hampir tiap hari makan mie instan, berlauk telur mata sapi. Masih untung pakai yoghurt dan susu buat selingan.

Ah, satu khabar gembira saya dapatkan. Perpanjangan beasiswa untuk 2 tahun ke depan alhamdulillah saya dapatkan. Belum resmi sih, hanya pernyataan lisan dari pihak Kementrian Pendidikan, Iptek dan Budaya Jepang.

Alhamdulillah... Presentasi selesai
Alhamdulillah petualangan akademis saya selama di Jepang cukup memuaskan.
Alhamdulillah ada titik terang tentang beasiswa ke depan.

Ah, saya akan lebih senang bila tahu kawan yang lain pun memastikan dirinya memperoleh perpanjangan beasiswa juga.

btw, nikmat Tuhan manakah yang dapat kamu dustakan?



ReAD MoRE・・・

Wednesday 27 February 2008

H-1 Presentasi

Besok! Ya, besok menjadi puncak yang menjadi pembebas segala beban akademis selama 3 tahun terakhir. Hari ini diadakan gladi bersih presentasi. Sesuai dugaan, saya sama sekali belum bisa membawakan materi dengan baik. Wajarlah, khan orang asing. Tapi saya tidak mau menjadikan itu sebagai alasan. Setidaknya besok menjadi kesempatan untuk menunjukkan bahwa mahasiswa asing pun mampu menggunakan bahasa Jepang dengan baik dan benar.


Hari ini saya berlatih dengan cukup serius. Saya rekam cara bicara saya, saya ukur waktunya, saya cermati bagian mana yang tidak terlafalkan dengan baik. Setelah itu saya evaluasi secara keseluruhan, perbaiki bagian yang belum layak. Satu yang terpenting adalah menyiapkan mental. Ya, besok harus bisa bangun lebih awal untuk sholat malam dan menamatkan beberapa lembar Al Quran. Saya pikir tak ada dukungan mental yang lebih baik dari segarnya rohani dan ketenangan hati. Persiapan fisik dan mental. Dengan alasan itu, saya mulai membaringkan diri pukul 10 malam ini.


ReAD MoRE・・・

Tuesday 26 February 2008

H-2 Presentasi

Akhirnya saya berhasil menyempurnakan naskah. Naskah yang niatnya akan saya hapalkan. Sebenarnya saya benci menghapalkan. Bukankah lebih mudah menyampaikan apa yang ada di kepala secara langsung? Tapi kali ini lain ceritanya. Saya harus berbicara dengan bahasa yang belum saya kuasai sepenuhnya. Tanpa persiapan yang cukup, yang bakal muncul hanyalah kekecewaan pribadi.

Hmm... Saat menjelang kelulusan ternyata makan duit banyak yah.


Wisata kelulusan : 8400 yen
Album Kelulusan : 14000 yen
Iuran Alumni : 5000 yen
Kumpul terkahir : 13000 yen

Belum ditambah biaya pindahan dan pengiriman barang. Puyeng +__+


ReAD MoRE・・・

Monday 25 February 2008

H-3 Presentasi

H-3. Latihan presentasi saya yang pertama. Kesalahan saya adalah terlalu cepat puas dengan file power point yang saya selesaikan setelah sholat Jumat, tanpa menimbang lebih jauh. Juga kebiasaan lama : malas menyiapkan teks, karena merasa semua ada dalam kepala. Hasilnya, saya terlalu banyak membicarakan hal menarik tapi kurang penting dengan alur yang sulit dimengerti, ditambah bahasa Jepang yang belepotan sehingga saya melahap waktu 3 menit lebih lama dari jatah. Latihan presentasi kali ini jauh dari baik.

Tapi bukankah hari ini masih kesempatan pertama? Akhirnya saya memangkas bagian yang tak perlu, meringkas kalimat, gambar, skema, dan tabel. Masih ditambah dengan membuat naskah per layar yang akan saya jelaskan untuk mengukur waktu dan kecepatan bicara. Kenapa saya harus merasa gagal dulu agar sedikit rajin yak? Padahal sejak minggu lalu, seorang senior saya sibuk menghafal naskah presentasi sepanjang 3 halaman A4, tapi saya cuek.

Oke lah, malam ini latihan presentasi. Jangan sampai penampilan kedua besok masih parah. Oh, awali dulu dengan bismillah.



ReAD MoRE・・・

[INFO] Keuangan Islami di Waseda

[Latihan Terjemahan]

Program Pasca Sarjana Universitas Waseda : Telah dibuka Mata Kuliah Keuangan Islami

Terhitung sejak April 2008, Universitas Waseda membuka mata kuliah Keuangan islami untuk Program Magister Keuangan. Pihak universitas mengundang dosen dari berbagai Bank Internasional dan perusahaan baik di dalam maupun luar negeri yang telah menerapkan sistem keuangan islami. Kuliah secara keseluruhan berlangsung selama 14 kali, dengan frekuensi sekali seminggu.

Keuangan islami diajarkan sebagai mata kuliah resmi untuk pertama kalinya di Jepang. Setiap orang yang lulus ujian wawancara, berhak mengambil mata kuliah ini.

Perhatian terhadap "oil money" meningkat seiring dengan naiknya harga dasar minyak yang terkait dengan sumber daya keuangan negara-negara islam.

sumber : Nihon Keizai Shinbun*, 17 Februari 2008. (*Surat Kabar Ekonomi Jepang)


[Berita Asli]



早大大学院、イスラム金融の講座開設

 早稲田大学は2008年4月、大学院ファイナンス研究科にイスラム金融の講座を開設する。国際協力銀行のほか、イスラム金融を利用した実績がある国内外の企業から講師を招く。週1回の頻度で、全14回で構成する。イスラム金融の講義を正規科目として設置するのは日本の大学で初めてという。面接試験に合格すれば、この科目だけを受講できる。
 原油価格の上昇でイスラム諸国の金融資産が膨らむなか、オイルマネーへの関心は高まっている。(17日 07:00)




ReAD MoRE・・・

Sunday 24 February 2008

Angin Pancal

Ya ya. Hari ini angin masih kencang berhembus. Mungkin lebih kencang kari kemaren. Tapi telpon dari Nagashima-kun semalam membuat rasa malas saya untuk keluar asrama buyar. Dia mengatakan akan menjemput saya dengan mobilnya. Ha? Kemana?


Ceritanya bermula saat saya iseng saja mengatakan ingin sepeda balap. Sepada lipat yang saya dapatkan sewaktu ikut speech contest tahun lalu raib setelah dua bulan saya biarkan di tempat parkir. Saya hanya ingin sepeda baru yang lebih menantang. Menantang? Iya dong. Saya berencana Tour De Japan dengan sepeda itu. Ehem, target kecilnya dimulai dengan merambah daerah Kansai dan sekitarnya setelah saya pindah ke Nagoya mulai April nanti, insyaAllah.


Hubungannya dengan Nagashima? Dia punya hobi yang sama. Dia cukup maniak dengan koleksi 5 buah sepeda balap yang satu saja harganya sama dengan 3 kali beasiswa yang saya terima tiap bulan. Tapi belakangan saya tahu. Kualitas pembalap -bukan pemuda berbadan gelap, meski saya terpaksa mengaku karena dikelilingi orang2 yang lebih cerah huhuhu- bukan ditentukan dari sepeda yang dinaikinya, tapi kemampuannya merawat dan memperbaiki sepeda. Setidaknya itulah yang dikatakan Oeda-san siang ini. Siapa Oeda-san? Dia adalah guru Nagashima soal sepeda. Otomatis dia menjadi Kakek Guru saya. Hari ini Nagashima mengajak saya menjumpai Oeda-san di bengkel sepedanya. Ditambah informasi bahwa Oeda-san adalah mekanik sepeda terbaik di propinsi ini. Whuaaaa...



Siang ini saya belajar merekatkan ban ke peleg, lalu memasangkannya ke kerangka sepeda, mengisinya dengan udara. Lepas lagi, pasang lagi, lalu coba naiki sendiri. Mudah? Hoho, saya pikir begitu. Tapi Oeda-san ternyata Kakek guru yang ketat. Saya harus mengerahkan tenaga benar, meski pada simulasi yang tanpa banyak energi pun bisa selesai. Saya menggunakan ban bekas yang lebih mulur dibanding ban baru. Yah, Oeda-san menanamkan dasar-dasar merangkai sepeda. Dan tentu saja seorang pro semacam dia langsung tahu kalau saya benar-benar hanya pengguna sepada yang bakal bingung melepas dan memasang ban ketika meletus.



Masalahnya, saya belum bisa konsentrasi penuh tadi siang. Alasannya studi saya belum beres -Huh, alasan klasik-. Tangan saya memang jadi hitam oleh pelumas di rantai, ban, obeng, baut dan kawan-kawannya. Tapi saya merasa belum puas, belum terampil, belum pantas naik sepeda itu. Lalu saya berniat belajar benar-benar setelah masuk libur musim semi. Yah, sepeda yang saya beli kali ini bukan hanya untuk dikendarai, tapi juga dirawat supaya awet. Apalagi Oeda-san berapi-api sekali menceritakan pengalaman masa mudanya, juga kisah-kisah anak muda yang mengendarai sepeda dari Kyushu sampai Sendai! Wow wow wow, pengen!! -ehem, karena belum pernah coba, klo capek, pulangnya naik kereta sahaja, yahahaha ^__^;; -



Kata Oeda-san ada beberapa keuntungan bertualang dengan sepeda di Jepang :

1. Murah meriah
2. Sehat
3. Bebas memandangi alam
4. Aman (eh?!)
5. Lebih mudah cari penginapan gratisan. Tinggal bilang : "maaff saya kemalaman dalam perjalanan, bolehkah malam ini saya numpang?"
Hihi, saya orang asing, tapi setidaknya bisa bikin tampang capek dan melas plus cuap-cuap dalam bahasa Jepang. Menurut Oeda-san, orang Jepang bakal mendukung, meyokong, membantu orang yang sedang dalam perjalanan, terutama yang naik sepeda. (dibandingkan melancong dengan mobil atau kereta!) Dan sebenarnya ini yang paling saya idamkan dalam jalan-jalan : bersentuhan dengan orang-orang baru yang belum saya kenal sebelumnya!



*+*+*+*+*+*+


Angin masih kencang sekali bertiup. Kereta belum beroperasi tanpa jadwal yang jelas. Akhirnya Nagashima berbaik hati mengantarkan saya sekali lagi ke asrama selepas ashar. Arigatou-san ^__^



*+*+*+*+*+*+



** Nagashima bilang : kamu punya minyak peluntur lem dan oli khan? Tuh udah biasa dipakai kalau habis percobaan. ~Hmm, dia lupa kalau jurusan dia teknik mesin sedangkan aku kimia. Tapi aku masih punya kuku untuk mengerok sisa2 lem dan oli yang menempel. Huahahaha~


ReAD MoRE・・・

Saturday 23 February 2008

Kisah Angin

Angin masih menderu. Tapi maaf, hari ini kita tak bisa bersama melaju. Kau lebih memilih berhembus bersama beku.


Sore yang membatu. Daun-daun tergulung, terbang menemani debu. Berputar, mengetuk-etuk tanah, jendela, menghantam bangku.

Dedaunan masih melesat, dalam corak kering menguning. Hampir coklat. Melesat pasrah, menubruk, membentur, menari dalam lelah. Nyanyian angin terdengar sembilu. Bertualang segala penjuru.


Angin masih menderu. Inikah secercah keperkasaanmu? Orang-orang menyebutnya takut, saat dengan ombak kau bercumbu. Saat dengan api kau berlari. Juga saat kau pusing berputar seperti gasing. Padahal kau hanya patuh. Menuruti sang penguasa waktu.
Mengisyaratkan peringatan.
Membagikan pesan.
Menggemerincingkan ilmu.

Angin masih menderu. Apakah kau tahu? Di belahan bumi sana, sekelompok manusia mengolok penyeru Tuhanmu. Ada risau yang menggema di Darfur, Palestine, Iraq, Kosovo, juga dibawah atap-atap yang akrab dengan derita.


Angin, masihkah kau mengembangkan layar-layar? Mengibarkan renda-renda langit senja, juga memeriahkan pendar pijar bintang dan purnama? Ya, kutahu kau disana. Bawakan sejuk untuk mereka, menggantikan risau karena celoteh ini bisu. Bawakan kilau bahagia di mata, yang lebih cemerlang dari kilau gemintang di langit malam.

*+*+*+*+*+*



"Ya Allah, aku memohon kepadaMu kebaikan dari angin ini,kebaikan yang terdapat di dalamnya dan kebaikan yang Engkau perintahkan melalui angin itu. Aku berlindung kepadamu dari keburukan angin ini, keburukan yang terdapat didalamnya dan keburukan yg Engkau perintahkan melalui angin itu"


ReAD MoRE・・・

Friday 22 February 2008

Hari Kucing

22 Februari = Hari Kucing di Jepang.

Hal ini berhubungan dengan bunyi-bunyi yang dikeluarkan binatang. Kucing tidak mengeong di Jepang, dia menya. "nyaa nyaa nyaa", begitu yang terdengar di telinga orang Jepang. Lalu karena angka dua juga bisa dibaca "Nyaa", maka hari ini (satu-satunya triple "nyaa" dalam setahun) ditetapkan sebagai hari Kucing pada tahun 1987. Hohoho... unik juga. Katanya hari ini dikhususkan untuk mengungkapkan rasa sayang terhadap kucing lebih dari hari biasa.


Ah, bicara kucing, saya teringat adik saya yang gemar membiakkannya di rumah tapi tidak telaten memberi makan. Saya sampai heran, setiap kali pulang ke rumah, kucing bertambah populasinya. Kok bisa-bisanya kucing-kucing itu bertahan hidup tanpa mendapat asupan makanan yang cukup. Jangan-jangan ada kucing jantan yang menyuplai secara kusus kucing di rumah yang secara ajaib semuanya betina. ahaha, gak penting.



Ini foto Manis 3. Cucu dari Manis 1. Diambil sewaktu saya mudik pada musim panas tahun lalu. Entah kenapa adik saya tidak memberikan nama lain. Semuanya Manis.













Berkat kesigapan Manis 1 dan keturunannya inilah tikus-tikus kehilangan nyali untuk memunculkan muka mereka di dapur, kawasan cuci piring, maupun atap. Kakak saya pun tak perlu lagi menjerit-jerit saat melakukan tugas di dapur. Hihi...


*+*+*+*+*+*+*


Pindah topik. Kebetulan penelitian saya berhubungan dengan DNA, saya cukup tertarik dengan masalah kesehatan, dan saya cukup tersemangati oleh seorang Wanita Indonesia yang berani menggugat Amerika dan WHO pada berita yang saya baca hari ini, sebagai berikut :

http://www.tribun-timur.com/view.php?id=65146

Kuak Konspirasi Bikin Senjata Biologi dari Flu Burung

Buku Menkes Fadilah Bikin Gerah AS-WHO

Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari (59) bikin gerah World Health Organization (WHO) dan Pemerintah Amerika Serikat (AS).

Fadilah berhasil menguak konspirasi AS dan badan kesehatan dunia itu dalam mengembangkan senjata biologi dari virus flu burung, Avian influenza (H5N1).
Setelah virus itu menyebar dan menghantui dunia, perusahaan-perusahaan dari negara maju memproduksi vaksin lalu dijual ke pasaran dengan harga mahal di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Fadilah menuangkannya dalam bukunya berjudul Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung.

Selain dalam edisi Bahasa Indonesia, Siti juga meluncurkan buku yang sama dalam versi Bahasa Inggris dengan judul It's Time for the World to Change.
Konspirasi tersebut, kata Fadilah, dilakuakn negara adikuasa dengan cara mencari kesempatan dalam kesempitan pada penyebaran virus flu burung.

"Saya mengira mereka mencari keuntungan dari penyebaran flu burung dengan menjual vaksin ke negara kita," ujar Fadilah kepada Persda Network di Jakarta, Kamis (21/2).
Situs berita Australia, The Age, mengutip buku Fadilah dengan mengatakan, Pemerintah AS dan WHO berkonpirasi mengembangkan senjata biologi dari penyebaran virus avian H5N1 atau flu burung dengan memproduksi senjata biologi.

Karena itu pula, bukunya dalam versi bahasa Inggris menuai protes dari petinggi WHO.
"Kegerahan itu saya tidak tanggapi. Kalau mereka gerah, monggo mawon. Betul apa nggak, mari kita buktikan. Kita bukan saja dibikin gerah, tetapi juga kelaparan dan kemiskinan. Negara-negara maju menidas kita, lewat WTO, lewat Freeport, dan lain-lain. Coba kalau tidak ada kita sudah kaya," ujarnya.

Fadilah mengatakan, edisi perdana bukunya dicetak masing-masing 1.000 eksemplar untuk cetakan bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Total sebanyak 2.000 buku.
"Saat ini banyak yang meminta jadi dalam waktu dekat saya akan mencetak cetakan kedua dalam jumlah besar. Kalau cetakan pertama dicetak penerbitan kecil, tapi untuk rencana ini, saya sedang mencari bicarakan dengan penerbitan besar," katanya.
Selain mencetak ulang bukunya, perempuan kelahiran Solo, 6 November 1950, mengatakan telah menyiapkan buku jilid kedua.

"Saya sedang menulis jilid kedua. Di dalam buku itu akan saya beberkan semua bagaimana pengalaman saya. Bagaimana saya mengirimkan 58 virus, tetapi saya dikirimkan virus yang sudah berubah dalam bentuk kelontongan. Virus yang saya kirimkan dari Indonesia diubah-ubah Pemerintahan George Bush," ujar menteri kesehatan pertama Indonesia dari kalangan perempuan ini.
Siti enggan berkomentar tentang permintaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang memintanya menarik buku dari peredaran.

"Bukunya sudah habis. Yang versi bahasa Indonesia, sebagian, sekitar 500 buku saya bagi-bagikan gratis, sebagian lagi dijual ditoko buku. Yang bahasa Inggris dijual," katanya sembari mengatakan, tidak mungkin lagi menarik buku dari peredaran.
Pemerintah AS dikabarkan menjanjikan imbalan peralatan militer berupa senjata berat atau tank jika Pemerintah RI bersedia menarik buku setebal 182 halaman itu.

Mengubah Kebijakan
Apapun komentar pemerintah AS dan WHO, Fadilah sudah membikin sejarah dunia.
Gara-gara protesnya terhadap perlakuan diskriminatif soal flu burung, AS dan WHO sampai-sampai mengubah kebijakan fundamentalnya yang sudah dipakai selama 50 tahun.
Perlawanan Fadilah dimulai sejak korban tewas flu burung mulai terjadi di Indonesia pada 2005.

Majalah The Economist London menempatkan Fadilah sebagai tokoh pendobrak yang memulai revolusi dalam menyelamatkan dunia dari dampak flu burung.
"Menteri Kesehatan Indonesia itu telah memilih senjata yang terbukti lebih berguna daripada vaksin terbaik dunia saat ini dalam menanggulangi ancaman virus flu burung, yaitu transparansi," tulis The Economist.

The Economist, seperti ditulis Asro Kamal Rokan di Republika, edisi pekan lalu, mengurai, Fadilah mulai curiga saat Indonesia juga terkena endemik flu burung 2005 silam.Ia kelabakan. Obat tamiflu harus ada. Namun aneh, obat tersebut justru diborong negara-negara kaya yang tak terkena kasus flu burung.Di tengah upayanya mencari obat flu burung, dengan alasan penentuan diagnosis, WHO melalui WHO Collaborating Center (WHO CC) di Hongkong memerintahkannya untuk menyerahkan sampel spesimen.

Mulanya, perintah itu diikuti Fadilah. Namun, ia juga meminta laboratorium litbangkes melakukan penelitian. Hasilnya ternyata sama. Tapi, mengapa WHO CC meminta sampel dikirim ke Hongkong?

Fadilah merasa ada suatu yang aneh. Ia terbayang korban flu burung di Vietnam. Sampel virus orang Vietnam yang telah meninggal itu diambil dan dikirim ke WHO CC untuk dilakukan risk assessment, diagnosis, dan kemudian dibuat bibit virus.
Dari bibit virus inilah dibuat vaksin. Dari sinilah, ia menemukan fakta, pembuat vaksin itu adalah perusahaan-perusahaan besar dari negara maju, negara kaya, yang tak terkena flu burung.Mereka mengambilnya dari Vietnam, negara korban, kemudian menjualnya ke seluruh dunia tanpa izin. Tanpa kompensasi.

Fadilah marah. Ia merasa kedaulatan, harga diri, hak, dan martabat negara-negara tak mampu telah dipermainkan atas dalih Global Influenza Surveilance Network (GISN) WHO. Badan ini sangat berkuasa dan telah menjalani praktik selama 50 tahun. Mereka telah memerintahkan lebih dari 110 negara untuk mengirim spesimen virus flu ke GISN tanpa bisa menolak.

Virus itu menjadi milik mereka, dan mereka berhak memprosesnya menjadi vaksin.
Di saat keraguan atas WHO, Fadilah kembali menemukan fakta bahwa para ilmuwan tidak dapat mengakses data sequencing DNA H5N1 yang disimpan WHO CC.Data itu, uniknya, disimpan di Los Alamos National Laboratoty di New Mexico, AS.Di sini, dari 15 grup peneliti hanya ada empat orang dari WHO, selebihnya tak diketahui.Los Alamos ternyata berada di bawah Kementerian Energi AS. Di lab inilah duhulu dirancang bom atom Hiroshima. Lalu untuk apa data itu, untuk vaksin atau senjata kimia?

Fadilah tak membiarkan situasi ini. Ia minta WHO membuka data itu. Data DNA virus H5N1 harus dibuka, tidak boleh hanya dikuasai kelompok tertentu.Ia berusaha keras. Dan, berhasil. Pada 8 Agustus 2006, WHO mengirim data itu. Ilmuwan dunia yang selama ini gagal mendobrak ketertutupan Los Alamos, memujinya.

Majalah The Economist menyebut peristiwa ini sebagai revolusi bagi transparansi. Tidak berhenti di situ. Siti Fadilah terus mengejar WHO CC agar mengembalikan 58 virus asal Indonesia, yang konon telah ditempatkan di Bio Health Security, lembaga penelitian senjata biologi Pentagon.Ini jelas tak mudah. Tapi, ia terus berjuang hingga tercipta pertukaran virus yang adil,transparan, dan setara.

Ia juga terus melawan dengan cara tidak lagi mau mengirim spesimen virus yang diminta WHO, selama mekanisme itu mengikuti GISN, yang imperialistik dan membahayakan dunia. Dan, perlawanan itu tidak sia-sia. Meski Fadilah dikecam WHO dan dianggap menghambat penelitian, namun pada akhirnya dalam sidang Pertemuan Kesehatan Sedunia di Jenewa Mei 2007, International Government Meeting (IGM) WHO di akhirnya menyetujui segala tuntutan Fadilah, yaitu sharing virus disetujui dan GISN dihapuskan.





ReAD MoRE・・・

Thursday 21 February 2008

S dan M

Entah kenapa dua huruf ini sering diucapkan teman-teman Jepangku. Bukan. Yang dimaksud dua huruf ini bukan ukuran baju saya. Dua huruf ini merupakan singkatan dua sifat yang bertolak belakang namun terkait erat: Sadis dan masohis. Kata sadis tidak perlu saya bahas lebih lanjut karena maknanya terlanjur akrab di telinga kita. Masohis (masochist), saya baru tahu kalau kata ini bisa menjadi lawan kata sadis. Kamus bebas mendefiniskan masochist sebagai berikut :


1. The deriving of sexual gratification, or the tendency to derive sexual gratification, from being physically or emotionally abused.
2. The deriving of pleasure, or the tendency to derive pleasure, from being humiliated or mistreated, either by another or by oneself.
3. A willingness or tendency to subject oneself to unpleasant or trying experiences


Kok bahasa Inggris? Saya sedang malas menerjemahkan sehingga saya comot langsung dari sini. Awalnya saya hanya tahu definisi satu saja, makanya saya agak heran saat dengan entengnya bocah Jepang berbincang seperti ini :

A : "Yahahaha, gak papa lanjutkan saja dia khan M"
B : "Heeee... dia M toh ternyata!!"


Darimana anak-anak ini tahu dia mengalami "kepuasan" dengan dikerjain seperti itu? Pikiran serius plus polos mendominasi cara pandang saya waktu itu. Akibatnya saya tak bisa memahami arti percakapan yang beredar di sekeliling saya. Setelah membaca kamus, saya baru "ngeh" kalau M yang dimaksud adalah arti pada nomor dua : Kecenderungan untuk merasa senang kalau dikerjain/disiksa. Bukan kesenangan mesum seperti dalam bayangan saya.

Tiba-tiba saya teringat komentar seorang kawan di blog saya yang lain.

"Orang Jepang tuh leluconnya kalau gak jorok yah menganiaya orang. Aneh. Makanya ijime (penggencetan) tuh jadi masalah di sini. Mereka menganggap menyiksa orang tuh lucu sih!!!"


Betul, lucu kalau orang yang disiksa itu tipe M. Betapa klopnya kalau orang S ketemu M. Tapi apa benar selalu begitu? Saya sendiri tak yakin. Saya berpikir baik orang S maupun M adalah orang-orang yang berfantasi liar sehingga agak melenceng dari normal. Biarpun begitu, masih adaaa saja yang bertanya sambil memandang mata ini : Kamu S atau M? Saya mah yang sedang-sedang normal saja! S dan M dalam definisi yang mana? Tidak jelas!


ReAD MoRE・・・

Wednesday 20 February 2008

Omedetow!

Sebuah SMS masuk ke HP saya sore ini.


"Eh, katanya hari ini sudah keluar pengumuman perpanjangan beasiswa. Ntar lihat bareng yuk!"

Rupanya pesan dari bujang mongol, rekan perjuangan selama tiga tahun di sini. Saya sendiri hampir lupa kalau pengumuman ini pernah saya nanti-nantikan. Lagipula, saya terlalu berkonsentrasi menyelesaikan file presentasi yang deadlinenya besok. Beginilah balasan yang saya kirimkan :
"Yang bener?! Lagi sibuk berat neeh. Hmm, tapi oke lah klo mo liat. jam berapa?"


Saya kembali menekuni power point.
"Hari ini aku gak ada kegiatan koq. Jam berapa terserah kamu."
Wah, sekalian pulang dan sholat ashar saja dulu.
"Klo gitu jam 16:30. Gpp?!"
"OK ^_^"
Kami bertemu pada jam yang sudah dijanjikan. Bohong dink. Terlambat 11 menit karena ternyata saya harus menunggu dia datang dari labnya. Setelah berputar-putar mencari pejabat bagian mahasiswa asing, kami tak sempat bertemu muka dengannya. Yahh... mungkin kawan saya ini hanya menduga-duga. Saya belum teryakinkan kalau hari ini memang benar sudah ada pengumuman.



"Wah, gak ketemu neeh. Besok aja. Lagian kalau memang sudah ada pengumuman bukannya kita dapet surat pemberitahuan?"

"Enggak loh. Pengumumannya lewat kampus, abis tu baru disampaikan ke kita."

"Heeeeeeeeeee. Iya toh?"

Saya tak ingin memperpanjang percakapan. Matahari mulai redup. Saya teringat tak ada bahan makanan tersisa di kulkas selain kecap dan sambal tomat. Harus segera belanja kalau gak ingin nahan lapar selepas maghrib.

"Udah mulai gelap neeh (so what gitu loh?), besok aja klo mo nanya yah..."

"Iya deh."

Begitulah petualangan kami mencari khabar hari ini. Nihil. Tapi malam ini saya mendapat berita bagus. Dugaan bujang mongol itu ternyata tidak sepenuhnya meleset. Wow Wow!

Seorang sahabat yang berada di Hokkaido mendapat kepastian perpanjangan beasiswa hari ini. Ditambah cerita bahwa dia akan menjadi wakil rekan seangkatan dalam upacara wisuda nanti. Wow! Mahasiswa asing yang malah mewakili puluhan orang Jepang lain dalam wisuda di sebuah badan pendidikan di Jepang! Hebat gak?!

Selamat!

Besok menjadi deadline file presentasi saya, saya tengah berusaha menyelesaikannya sambil menelpon beberapa kawan, chatting dan menulis blog. Tapi insyaAllah selesai. Harus selesai!!!

**ada yang ngakak sewaktu saya menuliskan paragraf terakhir di atas pada papan chat**


ReAD MoRE・・・

Tuesday 19 February 2008

Yugo, Tito, Kosovo

Pertama kali telinga saya mendengar nama negara ini adalah saat duduk di bangku kelas 5 SD. Saat saya mulai akrab dengan pelajaran sejarah dan buku-buku. Saat saya terpikat oleh kemahiran guru IPS menerangkan tautan pemikiran antar negara. Saya merasakan sesuatu yang khusus dengan negara ini. Kesan baik dan simpati saya rasakan begitu tahu bahwa negara ini mendukung usaha perdamaian dunia. Ya. Yugoslavia tercatat sebagai salah satu pendiri GNB tahun 1961. Apalagi presiden waktu itu namanya sama dengan guru matematika sekaligus wali kelas sewaktu kelas satu SMP: Tito.


Namun saya baru tahu bahwa Yugoslavia memendam konflik etnis selama ratusan tahun.

Yugoslavia terpecah menjadi Slovenia, Kroasia, Serbia, Bosnia-Herzegovina, Montenegro dan Macedonia pasca perang.Satu etnis satu negara. Pemerintah komunis pernah berencana membentuk pemerintahan otonomi Kosovo tapi kandas tanpa sempat diikrarkan. Etnis Albania yang tinggal di Kosovo mendapat perlindungan ketika Tito memerintah. Tahun 1967 beliau menggusur Alexander Rankovic, seorang pejabat sentral Serbia yang dibenci di Kosovo. Atas jasa Tito inilah populasi Albanian meningkat dari 64% menjadi 71% dalam 4 tahun. Kondisi berbalik ketika Tito meninggal tahun 1980. Milosevic sebagai pemegang kekuasaan pasca Tito banyak menggunakan kekerasan untuk mengatasi perpecahan.



Masih jelas terbayang kisah tragis Bosnia-Herzegovina, dan kini Kosovo muncul ke permukaan setelah memprokamasikan kemerdekaan dua hari yang lalu. Kosovo masih menunggu pengakuan negara lain, sambil bersiap menghadapi serbia.

Entah kenapa serbia terkesan kejam dan bengis banget. Lebih tepat: kuat. Padahal mereka pernah dibabat oleh Kroasia. Mungkin kesan ini terlanjur terekam dan sulit dihapus saat tragedi Bosnia terjadi. Alasan Serbia ogah melepaskan Kosovo karena di situ terdapat gereja bersejarah yang sudah ratusan tahun menjadi simbol keagamaan. Etnis Albania memang nasrani pada mulanya, namun berhijrah ke islam mulai tahun 1489 saat Turki Usmani berjaya. Dan kini 90% populasi Kosovo adalah etnis Albania yang menjadi saudara seiman.

Ayo dong, ramai-ramai mengakui kedaulatannya. Sepertinya itu yang paling mereka butuhkan sekarang. Waktu yang tepat memberikan bukti persaudaraan. Saatnya mengulang sejarah yang sama saat Mesir menjadi negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia.

:::Maaf saudaraku, tak banyak yang bisa kulakukan sekarang:::


ReAD MoRE・・・

Monday 18 February 2008

Serial Shaytan

Iklan layanan masyarakat islam yang cool men!!
Lengkapnya, bisa diakses melalui link berikut :
http://www.youtube.com/view_play_list?p=01A692381DAEDF1D

Yang paling mengena nomor 6. -pendapat pribadi-
Selamat menelusuri ^__^


*+*+*+*+*+*+*+*



Hiks. Musim dingin gini, mengena bangetT! Susah sekali untuk keluar dari balik selimut. Apalagi suhu menjelang subuh kalau gak satu digit yah minus. Ya Allah, berikanlah kekuatan melawan keperkasaan musim dingin kala gelap. Ya Allah berikanlah kekuatan untuk meluruskan badan waktu fajar dan menampik bisikkan untuk tetap meringkuk di balik futon.



Hmm, di sini pun sering banget ajakan minum. Udah budaya sih. Moga2 kuat terus buat nolak. Selama di sini sih alhamdulillah belom pernah diajak acara minum-minum. Ada untungnya juga menyatakan secara tegas bahwa alkohol dalam pandangan saya tidak lebih dari sekedar pelarut yang tidak saya relakan melewati mulut.



Haiyaaah... saya anti asap!


ReAD MoRE・・・

Ego dan Kerjasama

"Kamu jelek sekali waktu main ganda dengan Naoya."
"Oh yah? Tadi memang banyak bola yang di luar jangkauan kok..."
"Bukan. Kamu belum bisa menempatkan diri di posisi yang tepat. Depan gak terlalu depan, terlalu ke belakang juga tidak."
"Lah itu khan karena Naoya belum terlalu bisa menerima bola, jadi aku siap-siap di tengah supaya jangkauanku luas."
"Yeee... kalau begitu Naoya khan bingung menempatkan posisi dimana. Makanya kadang berebut bola, kadang bola dibiarkan jatuh karena saling menunggu."


Kerjasama. Ya, saya lupa bahwa saat bermain ganda saya harus bisa membaca posisi kawan sendiri. Saat itu saya hanya berkonsentrasi saat lawan menggembalikan bola tanpa pernah menoleh ke belakang untuk mengetahui posisi Naoya yang menjadi pasangan saya.

Hal yang sama terulang ketika saya berpasangan dengan Natsuko-san. Saya membiarkan bola jatuh di antara kami.

"Wah.. aku gak ambil, biasanya khan kamu sudah mengambil bola seperti tadi, " katanya.

Waduh. Lagi-lagi saya belum cerdas membaca situasi.
Dalam latihan kali ini saya lebih banyak belajar tentang meredam ego sendiri, belajar lebih cerdas membaca situasi, dan juga belajar membagi kepercayaan dalam tim. Untuk memenangkan pertandingan, tidak mutlak dengan teknik bermain saja. Faktor mental pemain juga turut berpengaruh.


ReAD MoRE・・・

Sunday 17 February 2008

Apa Itu Bahagia

Lelaki itu masih berbicara sambil sesekali pandangan matanya menatap wajah saya. Saya sendiri tak menyangka bahwa sedikit cerita saya akan mendapat tanggapan seperti itu.

"Yah... cuman sekedar memperkuat kata-kata mas Sunu tadi. Saya merasakan sendiri kebahagiaan itu menghampiri ketika saya melepaskan harta dengan ikhlas. Bener loh. Hmm... saya juga berpikir kalau kekayaan kita yang sebenarnya adalah kekayaan yang kita bagi kepada orang lain.Anu..."

Dia terdiam sejenak. Mungkin sedang merangkai kata-kata dalam pikirannya.

"Hmm.. itu saja, Mas."

Gedubraks. Kawan-kawan yang duduk bersila di Mushola itu tertawa-tawa. Tak ada sambungan cerita setelah dinanti dengan memasang perhatian penuh. Saya hanya menceritakan perbedaan cara orang memandang uang yang dibelanjakan. Ada yang pelit sekali membelanjakan hartanya karena merasa tak cukup. Namun ada pula orang yang merasa bahwa harta yang dia keluarkan di jalan Allah akan menjadi pangkal rezeki baru yang akan mengalir kembali. Dan orang yang cara berpikirnya sepeti itu ternyata hidup lebih bahagia, karena tidak merasa kehilangan harta dengan sia-sia.

"Ah, kalau begitu saya juga ingin bercerita. Kejadian yang saya alami selama satu bulan ini. Tak ada maksud apa-apa loh. Saya hanya ingin berbagi pengalaman."

Perhatian pendengar segera tertuju ke pengisi utama acara malam itu.


"Saya tidak mendapatkan beasiswa. Saya harus membayar biaya kuliah sendiri sekaligus memenuhi kebutuhan hidup anak dan istri saya. Saya pernah kerja parttime di kombini. Tapi saya pikir, saya kurang cocok bekerja di sana. Kenapa? Saya harus menuangkan Bir atau minuman keras lain meski di bulan Ramadan. Padahal sudah jelas larangan perniagaan minuman keras, baik pembili maupun penjualnya."


Betul. Saya teringat riwayat yang menuliskan secara khusus mengenai minuman keras. Dosanya sama saja bagi yang membeli, menjual, dan yang berkaitan dengannya.

"Saya putuskan untuk berhenti. Meski saya tahu bakal lebih sulit lagi untuk bertahan di Jepang. "
Dia terdiam sejenak.

"Tapi ternyata, saya justru mendapatkan beasiswa tak lama setelah berhenti. Saya begitu bahagia, tentu saja. Begitu menerima uangnya, langsung saya belikan kamera. Sejak datang tahun 2004 sampai sekarang, keinginan untuk membelinya belum pernah terturuti."


"Wah, sampai sekarang saya juga belum punya kamera, Pak, " celutukku dalam hati.

"Saya lupa bersyukur kepada Allah. Saya belum mengeluarkan zakat dari beasiswa yang saya terima itu. Hanya satu minggu setelah saya membeli kamera, saya jatuh sakit dan harus diopname. Sakitnya tidak parah : Saya tidak bisa menelan.Tapi rasanya sakit sekali, meski sekedar untuk menelan ludah sendiri. Saya merasa mendapat peringatan dari Allah. Kenapa begitu?Biaya berobat saya di rumah sakit itu besarnya sama persis dengan harga kamera yang baru saja beli."

Saya melihat para pendengar manggut-manggut. Ah, saya juga kok.

"Saya langsung berjanji untuk mengeluarkan zakat dari beasiswa yang saya terima setelah keluar dari rumah sakit. Saya tak menyangka kalau balasan dari Allah datangnya begitu cepat. Tak lama setelah saya menutup telepon ke keluarga di Indonesia untuk menyumbangkan sejumlah uang ke kaum miskin, datang seorang saudara yang menyerahkan sebuah amplop. 'Ini dari orang Indonesia di sini' katanya. Saya teramat bersyukur."
"Setelah kembali ke rumah ada seorang saudara lain yang menghantarkan amplop serupa. Saya katakan : Kemaren saya sudah menerima dari orang-orang Indonesia loh..."
"Saudara itu mengatakan : Yah yang ini dari orang-orang Indonesia yang lain"

Senyum di bibir kami terasa semakin lebar.

"Saya tidak bisa mendustakan nikmat Allah yang datang bertubi-tubi. Belum selesai sampai di situ, saat saya membuka loker di kampus, ada sebuah amplop lain. Tak ada nama pengirim. Nama saya tercatat sebagai penerima. Saya benar-benar terkejut saat menjumpai segepok uang dengan jumlah yang teramat besar.Besar sekali. Lebih besar dari beasiswa yang saya terima. Saya hanya bisa mendoakan agar Allah membalas orang-oarang yang lembut hatinya itu dengan yang lebih baik."

Batin saya gerimis. Saya tahu benar perjuangan sang pembicara selama ini. Siang kampus, malam kerja, ditambah aktivitas dalam Persatuan Pelajar Indonesia. Tak jarang saya mendengar keberatannya bila saya mengajak bermain bulu tangkis. Yah, tak seharusnya saya meminta sisa energi yang beliau miliki. Sisa energi yang menjadi hak keluarganya. Namun setiap akhir pekan dia masih sempat meyiapkan sebuah kamar di apartemennya sebagai tempat diskusi agama, lengkap dengan sajian sekedarnya. Pun malam ini dia bisa hadir sebagai pembicara dengan membawa istri dan anak keduanya yang baru saja terlahir ke dunia.

Bahagia ternyata bukan saat kita mendapat harta, tetapi ketika kita membebaskan hak orang lain dalam harta yang kita terima. Pembicara juga mengatakan bahwa keseimbangan antara pemenuhan hak jasmani, akal, dan nurani adalah pangkal kebahagiaan.Bahagia adalah karunia.Bahagia adalah saat kita tak lagi buta membaca kebesaran-Nya dalam setiap kejadian yang kita alami.

Seseorang dengan akal dan jasmani yang baik tanpa nurani adalah "keblinger". Seseorang dengan akal dan nurani mumpuni tanpa ditunjang jasamani yang baik adalah "klenger". Dan seseorang dengan jasmani dan nurani yang bagus tapi tidak memiliki akal yang cerdas bakalan "minder".

*+*+*+*+*

Ah iya, saya pernah berpikir tentang bahagia juga tahun lalu. Saya simpan di sini.
Bukan tulisan saya yang menarik, melainkan sebuah komentar yang menjadi imbal balik. Berikut komentar itu *dengan sedikit pengeditan* (yang dicetak miring adalah cuplikan tulisan sahaya ^_^; ) :
Saat ditanya apa itu bahagia, apakah selama ini kamu bahagia, sudahkah ada jawaban yang segera muncul di kepala? Ataukah selama ini hidup hanya mengulang kesalahan-kesalahan yang membuat dada sesak dan ingin teriak?
Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat-tempat kamu ingin pergi, jadilah seperti yang kamu inginkan, karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan.


KETIKA BAHAGIA ITU DATANG...MAKA, NIKMAT TUHAN YANG MANAKAH YANG ENGKAU DUSTAKAN???


Allah memang selalu sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Mungkin aq tidak sempat menangis ketika gagal, tidak sempat bermimpi ketika yang kuinginkan belum tercapai, tapi aq punya satu keyakinan : Allah menghargai proses yang dilakukan oleh hambanya. Saat kegagalan di PKM (Penelitian Kreativitas Mahasiswa) sempat membuat shock, ketakutan ga bisa m'ikuti PIMNAS (Pekan Ilmiah Nasional Mahasiswa) yang tahun ini dihelat di Lampung, mulailah qcoba ikut LKTM, alhamdulillah juara di Fakultas. tapi hanya berhenti ketika seleksi universitas (no more...).

Jadilah seperti yang kamu inginkan, karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan.
Hanya mencoba lagi, masih ada kesempatan di poster ilmiah dan ini kesempatan terakhir. segala puji bagi Allah, LKTM yang tidak membawaq ke PIMNAS, ketika qbwt dalam bentuk poster berhasil membawaq ke PIMNAS Lampung, insyaAllah 16-22 Juli ini. Alhamdulillah^_^kegagalan demi kegagalan yang kualami -jika boleh disebut sebuah kegagalan-akhirnya menemukan muaranya, justru di ajang lomba yang paling mudah dan tidak menghabiskan biaya sama sekali (karena semua print out full color glossy ukuran A0 dibiayai dekanat, aq hanya mendesain @poster agar layak lihat:)

fabi'ayyi aalaa'i rabbikumaa tukadzzibaan?


Meskipun bukan hanya event untuk PIMNAS yang membuatq merasa gagal
Mungkin tak semua orang bisa melakukan apa yang diinginkannya. Terkadang ada semacam belenggu kasat mata yang membatasi gerak kita. Pasak yang bukan tak mungkin kita ciptakan sendiri tanpa sadar, meski sebenarnya kita mampu menembusnya dengan mudah.
Aq pernah tertolak juga di PPKM (Presentasi Pemikiran Kritis Mahasiswa),tapi semua itu telah kulupakan.
Banyak sekali nikmat yang aku rasakan akhir-akhir ini. Selaksa beban yang aku tumpuk sejak 3BULAN lalu dengan rahmat Allah bisa selesai.


Jum'at 6 Juli kemarin, terutama 2 berita bahagia datang (poster ilmiah yang berhasil membawaq ke PIMNAS dan proposal teh daun ubi jalar untuk anti diabetes yang diterima LRAMP (Lamelson Recognition and Mentoring Program sebagai finalis &akan dibiayai 500.000 US Dollar jika aq berhasil berkiprah dg baik di Student Technopreunership. Ini sangat berat memang, karena proposal ini individu...hanya berbekal keberanian dan energi yang semoga bisa kumunculkan di sana nantinya) hal2 ini...meskipun akan membuatq ga bisa liburan semester ini(Lampung lalu ke Bogor, dalam minggu yang berurutan) tapi itulah jalan yang ditentukan Nya.....mungkin akan ada rasa bersalah saat meninggalkan kampus saat sibuknya penerimaan MABA, awal program SKI dan BEM...tapi aq tidak ingin meninggalkan semua itu dengan tidak membawa apa2...lagi2 aq akan berusaha, meskipun aq tidak punya energi sekuat baja, tetap akan kucoba...agar kepergianku liburan ini tidak sia2...


Takkan ada bahagia tanpa sengsara, tak akan ada lega tanpa gundah. Bukankah kita hanya bergerak antara dua sisi yang berbeda?
do'a kalian sangat q harapkan...

sorry, maaf, afwan ketika membuat comment yang ga nyambung:( tapi tiba2 keinginan bercerita & menulisq muncul ketika membaca blog ini.
*+*+*+*+*
Hmm, sudah lewat setengah tahun dari penulisan komentar itu. Apa khabarmu sekarang, sahabat?


ReAD MoRE・・・

Saturday 16 February 2008

Sembelih Ayam di Jepang

Ini pertama kalinya saya makan masakan ayam yang dipotong sendiri di Jepang. Sudah hampir 4 tahun suplai daging halal selalu berwujud daging keras dan dingin. Hingga saya sempat menuai peringatan dari Kakak agar tak banyak mengkonsumsi daging beku. Tapi ceritanya lain dengan menu gulai ayam kali ini.



Ceritanya, seorang peternak ayam bangkok menghadiahkan seekor ayam yang sudah tua kepada kumpulan orang Indonesia.Yahaha, Wujud ayam bangkok itu segera berubah mejadi gulai ayam pedas tanpa makan waktu 24 jam. Rasa dagingnya berbeda dengan ayam beku yang selama ini saya makan. Entah karena fantasi makan ramai-ramai bersama orang-orang Indonesia, atau alasan lain, yang pasti gulai ayam ini lezat sekali. Apalagi saya tidak merasakan daging tua pada gulai ini. Katanya, salah seorang saudara memasaknya selama 2 jam penuh agar dagingnya empuk. Hmmm, Nyummy...


ReAD MoRE・・・

Friday 15 February 2008

Farewell Party

Perpisahan. Kalau dirunut berdasar sekolah, saya sudah mengalaminya 4 kali. Waktu TK, saya sudah lupa bagaimana suasana perpisahannya. Saat lulus SD, saya turut menyanyikan hymne guru dan kebagian menjadi pembaca doa penutup. Ketika SMP, saya bahkan tidak ikut acara perpisahan karena ikut seleksi awal ujian masuk SMA TN di Malang. Kelulusan SMA : wow banget. Mulai Malam Seni yang bertabur air mata, pembuatan buku tahunan, penyusunan hymne dan mars angkatan, sampai puncaknya di Prasetya Alumni. Dalam ingatan saya tak ada memori tentang perpisahan di sekolah bahasa Jepang, hanya ada wisuda. Ada gak yah?!

Lalu, yang menurutku cukup unik adalah pesta perpisahan beberapa hari yang lalu. Jumlah mahasiswa asing yang hanya segelintir, membuat dosen wali, junior, host-family sampai tutor berkesempatan memberikan kesan pesan kepada kami selama 3 tahun interaksi. Untung saja orang-orang yang mengenal saya tahu kalau saya mengidap puyeng mabuk pujian sehingga tidak berbual berlebihan saat menggambarkan sosok saya di depan.

Karena terlalu percaya bahwa kami berempat bakalan lulus, kampus mengadakan pesta perpisahan untuk mahasiswa asing satu bulan sebelum upacara kelulusan. Foto bersama dengan Mr. Kepala Sekolah. Jangan ngomong sembarangan, dia paham bahasa Indonesia!




Syukuran perpisahan juga dilakukan di rumah host family, Sagawa-san. Terima kasih atas perhatian dan segenap kasih selama tiga tahun. Terima kasih atas ketersediaan daging halal setiap kali perjamuan. Terima kasih telah mengantarkan kami ke berbagai keceriaan. Hanya sebuah jam yang bisa kami berikan, semoga kehadiran kami teringat setiap memandangi jarum yang mendetaki waktu.



Ah, sekarang terdengar lagunya Puff Daddy&Faith Evans dari kamar sebelah. Dinding kamar asrama tak bisa menebas nada yang berkeliaran. Eniwei, Ini tembang lawas yang jadi kenangan perpisahan SMA. ~Hmm, natsukashii!~




I'll be Missing You

Every day I wake up
I hope Im dreamin
I cant believe this shit
Cant believe you aint here
Sometimes its just hard for a nigga to wake up
Its hard to just keep goin
Its like I feel empty inside without you bein here
I would do anything man, to bring you back
Id give all this shit, shit the whole knot
I saw your son today
He look just like you
You was the greatest
Youll always be the greatest
I miss you big
Cant wait til that day, when I see your face again
I cant wait til that day, when I see your face again...

Yeah... this right here (tell me why)
Goes out, to everyone, that has lost someone
That they truly loved (cmon, check it out)

Verse one: puff daddy

Seems like yesterday we used to rock the show
I laced the track, you locked the flow
So far from hangin on the block for dough
Notorious, they got to know that
Life aint always what it seem to be (uh-uh)
Words cant express what you mean to me
Even though youre gone, we still a team
Through your family, Ill fulfill your dream (thats right)
In the future, cant wait to see
If you open up the gates for me
Reminisce some time, the night they took my friend (uh-huh)
Try to black it out, but it plays again
When its real, feelings hard to conceal
Cant imagine all the pain I feel
Give anything to hear half your breath (half your breath)
I know you still living your life, after death

Chorus: faith evans

Every step I take, every move I make
Every single day, every time I pray
Ill be missing you
Thinkin of the day, when you went away
What a life to take, what a bond to break
Ill be missing you

[puff] I miss you big

Verse two: puff daddy

Its kinda hard with you not around (yeah)
Know you in heaven smilin down (eheh)
Watchin us while we pray for you
Every day we pray for you
Til the day we meet again
In my heart is where Ill keep you friend
Memories give me the strength I need (uh-huh) to proceed
Strength I need to believe
My thoughts big I just cant define (cant define)
Wish I could turn back the hands of time
Us in the 6, shop for new clothes and kicks
You and me taking flicks
Makin hits, stages they receive you on
I still cant believe youre gone (cant believe youre gone)
Give anything to hear half your breath (half your breath)
I know you still living youre life, after death

Chorus

[faith evans] somebody tell me why

Interlude: faith evans

On that morning
When this life is over
I know
Ill see your face

Outro: 112

Every night I pray, every step I take
Every move I make, every single day
Every night I pray, every step I take
[puff] every day that passes
Every move I make, every single day
[puff] is a day that I get closer
[puff] to seeing you again
Every night I pray, every step I take
[puff] we miss you big... and we wont stop
Every move I make, every single day
[puff] cause we cant stop... thats right
Every night I pray, every step I take
Every move I make, every single day
[puff] we miss you big
*music fades out*


ReAD MoRE・・・

Thursday 14 February 2008

C.a.S.E.C

CASEC : Computerized Assessment System for English Communication

Hari ini banyak kelonggaran yang saya rasakan setelah sekian lama terikat oleh beberapa kondisi. Kebetulan saja selesai kuliah Bahasa Jerman, tiba-tiba Otsuka sensei memberitahukan kalau hari ini ada test untuk mengetahui kemampuan bahasa Inggris. Hanya perlu 40 menit katanya. Kok cepet banget? Penasaran. Meski mendadak, saya putuskan untuk ikut ujian.

Tes ini dibagai menjadi 4 bagian. Setiap bagian maksimal bernilai 250. Nilai sempurna 1000. Nilai yang diperoleh bisa dijadikan acuan TOEIC atau TOEFL. Cukup menggiurkan, apalagi kalau tes biasa dikenakan biaya 3500 yen (sekitar 250.000 rupiah), khusus mahasiswa tingkat akhir boleh ikut secara gratis.


Jumlah total pertanyaan cuma 55 soal. Pilihan ganda dan isian. Soalnya sedikit sehingga waktu yang diperlukan pun tak terlalu banyak. Pertanyaan yang muncul berikutnya adalah menyesuaikan dengan jawaban kita pada pertanyaan sebelumnya. Jadi sangat mungkin setiap orang akan mengerjakan pertanyaan yang berbeda. Katanya inilah yang membuat tes ini akurat. Lebih komplitnya silakan telusuri tautan di atas.

Hasil tes saya hari ini kurang menggembirakan. Mungkin karena selama setahun terakhir ini hampir tak pernah bersentuhan dengan bahasa Inggris. Nilai yang saya peroleh setelah di-convert ke TOEIC lebih buruk dari hasil yang saya dapatkan tahun 2005 lalu. Hah?! Shock. Saya masuk golongan orang yang celaka dalam kemampuan bahasa Inggris. Besok saya ingin ikut lagi ah. Hmm, hasilnya mungkin tidak akan jauh berbeda.


ReAD MoRE・・・

Syukur

Hari ini kembali saya menekuni makna kata. Syukur. Yah, kemaren saya mencoba mengalihkan orientasi yang hampir selalu terpasang ke puncak, menuju tanah lapang yang terhampar seketika dalam jangkauan. Dosen pembimbing mengatakan tak apa menghentikan percobaan. Percobaan yang saya lakukan dengan mengumpulkan serpihan semangat dalam sisa waktu yang terlampau singkat. Akhirnya saya membuktikan kata-kata seorang kawan. "Kamu beruntung loh masuk lab itu, dosennya khan baik banget."


Hampir satu tahun saya berada di lab ini. Ketegasan, ketepatan waktu, berpikir kritis adalah pelajaran yang saya peroleh. Peringatan atas kejadian yang terlalu bodoh saya lakukan, penjelasan singkat yang harus saya baca berulang kali, nada-nada tinggi yang terdengar saat saya ceroboh memakai alat, hal yang selama ini saya pikir dari sisi buram kini menjadi benderang. Itu tanda perhatian.

Ada satu lagi yang membuat saya tak bisa mendustakan nikmat Tuhan. Hari ini saya memastikan IP terbaik selama kuliah di Jepang. Atas pertolongan Allah, saya mengantongi nilai A untuk semua mata kuliah yang saya ambil di tahun ajaran ini. Alhamdulillahirabbil'alamin menjadi kata yang tiada bosan terucap dari bibir nurani.

14 Februari, meskipun saya tak merasakan keistimewaan dengan banyaknya orang yang membagikan coklat, hari ini begitu indah dengan nikmat. Saya memaknai muara ambisi tak lebih dari sekedar kepuasan diri. Selamat tinggal puncak tinggi yang sulit digapai, sekarang saya sedang berlari menuju lapangan luas yang datar dan permai. Di situ damai memandangi : tarian tetes keringat, fluktuasi emosi, dan asa nampak begitu menggelora. Seperti lapangnya kepala ketika tersadar fajar telah tiba. Saat alam raya bernyanyi tentang semesta. Mewangi mayapada, saat tangkai-tangkai doa menghidupkan bunga-bunga.


ReAD MoRE・・・

Wednesday 13 February 2008

r3h4T

Menjelang kelulusan ternyata membuat saya sensitif. Tak jarang saya ingin berteriak ke anak-anak yang malas, melakukan percobaan sekedarnya seolah kelulusan menjadi pelarian dari sikap pengecut atas tanggung jawab sebagai pelajar. Pelajar : Orang Yang Belajar. Dalam bahasa Indonesia malah lebih ektsrim lagi dengan mengategorikan status saya sebagai mahasiswa. Bukan siswa biasa.



Ya ya. Mungkin saya terlalu jauh membandingkan beratnya proses yang harus saya tempuh dibandingkan beberapa kawan sejurusan yang nampak tak peduli. Terima kasih buat sahabat di Hiroshima yang mengingatkan agar tak terlalu memaksakan diri. Setidaknya saya sudah mencoba sekuat kemampuan saya: memaksimalkan ketahanan batin dan kesehatan mental yang ada. Sekarang saatnya meregangkan otot leher yang terlalu lama saya paksa memandang ke atas


ReAD MoRE・・・

Tuesday 12 February 2008

Ternyata...

Ternyata menuju wisuda itu bagi saya :

1. Arena pertarungan batin dan pikiran
2. Medan pertempuran melawan tekanan
3. Ajang adu kuat antara keinginan menyerah dengan harapan
4. Sebuah percobaan melampaui tembok kesulitan
5. Turnamen lari dengan waktu
6. Kesempatan mengukur daya regang diri
7. Peluang aktualisasi, ekspresi dan kreasi
8. Saat belajar memetakan emosi

Menuju wisuda, apa yang anda rasakan?


ReAD MoRE・・・

Monday 11 February 2008

Topeng Itu Nempel

"Hah? Masak sih kamu lulusan TN?"
"Iyaa, udah kecil, suka ketawa-ketiwi, jago masak lagi!" sambung yang lain.

Apa hubungannya tubuh yang kecil, tawa, dan memasak dengan TN?

"Nah, lulusan TN dalam bayangan kalian gimana?" tanyaku balik.
"Hmm, yah, paling gak tingginya 170, badannya kekar, ngomongnya dikit dan tegas kayak tentara."
"Iya, iya. Lah, aku pikir kamu lulusan sekolah kepribadian! HuakakakakK!"


Saya ikut tertawa. Saya anggap saja kata-kata mereka pujian. Anak yang menurut mereka tak terkategori sebagai lulusan TN ternyata bisa lulus saringan dan sekolah di sana selama tiga tahun. Tapi kata-kata mereka membuat saya berpikir. Seringkali kita menggeneralisasikan obyek sesuai dengan imej umum yang ada. Lupa bahwa setiap orang adalah sosok yang unik.

"Eh, jangan salah, liat Bang Siagian. Gak tampak bataknya sama sekali!"
"Hoo iya! iya! Kelamaan di Jepang kau, sudah lupa jati diri Batak!"
"Iya loh. Aku baru nemu orang Batak yang bersuara lembut."
"Wahh jangan-jangan kamu gak bisa survive klo balik ke Medan nanti!"
"Woo, jangan salah. Liat si Sunu, kalau gak kenal, mana tau kalau dia dari Jawa! Begitu ngomong langsung 'menggelegar'! Hahaha" si abang melempar umpan.
"Bener loh, Sun. Orang Jawa tuh dalam bayanganku kayak Pak T.O. Selalu mengalah. Ya sudahh kalau tidak ada yang mau ambil, saya saja yang ambil. Ya sudah, gitu saja kok repot." si Uda malah menirukan kata-kata dan logat pak T.O.

Teteh, pak dosen, dan si Mbak terkekeh-kekeh.

"Iya deh. Saya bukan tipe orang Jawa yang menurut kalian selalu alon-alon waton klakon, nrimo, suka mengalah, lembut dan medok. Tapiiiiiiiii kalian lupa kalau saya ini orang Jawa Timur. Boleh dong ceplas-ceplos atau nyolot dikit!"

Percakapan ini memberikan bukti hipotesis dugaan saya di atas. Tapi lagi-lagi saya teringat, di kota kelahiran saya pun percakapan seperti ini pernah terjadi.

"Sun, kamu bukan asli sini yah?"
"Woi, enak saja. Asli lah. Bapak Madiun, Ibu Ponorogo. Kok ngomong gitu?"
"Lah, kamu klo bicara aneh sih."
"Misalnya?"
"Untuk mengatakan 'memang begitu' kamu bilang 'pancen ngono'..."
Saya baru sadar.
"Oh iya yah. teman-teman bilangnya 'terah ngono' yah..." saya manggut-manggut dalam hati.


Itu terekam setelah rapat OSIS ketika kelas dua SMP. Waktu mudik tahun lalu, saya mengalami pertanyaan serupa.

"Masnya bukan orang sini yah?"
"Loh, asli, Mbak."
"Logatnya aneh."

Saya tersenyum. Kata-kata itu bukan pertama kali bagi saya. Oh iyah. Saya pernah menginap di Malang selama satu minggu. Waktu itu ada acara khitanan kakak sepupu saya. Saat itulah pertama kalinya saya berada di tempat asing tanpa keluarga. Soalnya ayah dan ibu langsung kembali ke Ponorogo pada hari kedua. Saya merasa aneh dengan percakapan yang terjadi dalam rumah. Meskipun saya paham kata-kata umum yang dipakai dalam bahasa Jawa, saya tak bisa menghindari rasa terkejut.

"Mbak kolahe ning ndi?"
"Wah, nok kene gak onok kolah."
"Mosok? eneke ning ndi?"
"Ning cedak kali"
Terjemahannya kurang lebih begini.
"Mbak, kamar mandi dimana?"
"Wah, di rumah ini gak ada kamar mandi"
"Masak? Adanya dimana dunk?
"Di dekat sungai"

Akhirnya kesalahpahaman ini pecah saat saya menjelaskan dalam bahasa Indonesia. Kamar mandi di Malang di sebut 'jeding', sehingga ketika saya mengatakan 'kolah' kakak sepupu saya menyangka saya menanyakan kolam. Selama satu minggu itu saya belajar mengenai budaya yang berbeda untuk pertama kalinya. Lalu tanpa saya sadari logat dan kata-kata yang terpakai, ikut terbawa sebagai topeng baru saat saya pulang.


Sekarang saya berada di Jepang. Mau tak mau, di muka saya sudah menempel topeng bernama 'lulusan TN', 'orang Jawa', 'Orang Indonesia' dan juga 'Orang Islam'. Suka atau tidak, orang akan memandang diri saya dari topeng-topeng besar yang terlanjur menempel. Nilai-nilai, pandangan umum, atau kesan yang ada dalam orang asing di sekitar saya akan melihat saya bersama topeng-topeng kasat mata yang saya kenakan. Kalau saya berbuat sesuatu yang buruk, membuat kerusakan, kekecewaan, kerusuhan, kesedihan, otomatis imej orang-orang yang punya topeng sama dengan saya akan hancur. Seketika saat topeng yang saya kenakan tercoreng atau pecah.


Banyak topeng yang ada pada saya tidak terbaca dengan seharusnya. Hanya saja, saya tak ingin topeng terakhir yang saya sebutkan di atas retak oleh ulah diri ini. Di negeri asing ini, saya berharap mampu mengenalkan keindahan topeng itu sehingga lebih banyak orang yang rindu dan berbahagia memiliki, memeluk, juga bangga mengenakannya. Semoga...


**TN : (SMA) Taruna Nusantara


ReAD MoRE・・・

Sunday 10 February 2008

Refreshing ke Hitachi

Hari ini matahari tidak malu menampakkan wajahnya setelah kemarin tak terlihat karena terhalang garis-garis air yang belomba jatuh dari langit. Sesuai dengan rencana yang saya sodorkan pada rekan mahasiswa asing di college ini, hari ini kami akan pergi ke Hitachi untuk main ice skate dengan tiket gratis. Kok?

Jadi begini. Musim gugur tahun lalu kami berombongan ke arena itu dengan hostfamily. Tentu saja setelah melakukan cross-check, memastikan arena bisa dipergunakan oleh umum hari itu. Ternyata sesampainya di sana, arena sedang dipakai untuk pertandingan hockey nasional. Sesudah membuat perjanjian dan berkonsultasi mengenai jadwal pakai arena, kami terpaksa kembali dengan kecewa.

Dua minggu kemudian kami kembali ke Hitachi. Semangat tinggi dan celotehan mengenai keasyikan meluncur di atas es memantul-mantul dalam kendaraan yang membawa kami. Ahaha, sebenarnya saya belum pernah main ice skate sebelumnya. Hanya percaya dengan daya imajinasi yang saya peroleh saat melihat atlet figure-skate menari-nari dalam youtube. Akhirnya kami tiba. Dan kami sekali lagi harus kecewa karena arena dipakai untuk pertandingan hockey nasional. Lagi?!


Kali ini Otou-san tidak bisa menahan kegeramannya. Siapa yang betah merasa dipermainkan? Akhirnya kami beramai-ramai menuju kantor menejer dan melabrak meminta penjelasan. Pidato Otou-san membuat sang menejer membungkukkan badannya berkali-kali. Juga saat menyerahkan tiket gratis yang bisa kami pakai hingga awal april tahun ini. Ah, dia juga mengantarkan kami sampai naik ke mobil lagi.

Kami terlanjur berniat kuat untuk bermain ice-skate hari itu. Untuk mengusir mendung di hati, Oka-san mengusulkan untuk menuju arena di Kasamatsu. Kami pun meluncur ke sana dan alhamdulillah arena terbuka untuk umum. Jadilah hari itu menjadi pengalaman pertama saya meluncur di atas es. Lebih tepat : terpeleset di atas es. Ternyata image-training saya tidak terlalu banyak membantu.

Sayangnya saya termasuk orang yang nekad. Meski tidak bisa berhenti begitu meluncur, saya malah memacu kecepatan. Kenapa? Kalau berbetah-betah latihan berdiri, lalu berjalan pelan-pelan sambil berpegangan sepanjang pinggir arena, kapan saya bisa? Selain itu kaki terasa sakit kalau tidak dipakai meluncur. Hasilnya, kulit mata kaki saya terkelupas sehingga kaus kaki putih saya menjadi penuh corak merah. Ah, saya masih harus belajar menahan diri. Tapi hasilnya cukup memuaskan. Saya sudah bisa menjaga keseimbangan dan meluncur dengan riang setelah 1 jam. Hanya perlu menahan sakit akibat pendarahan.

Tiga bulan berlalu dengan cepat. Setelah disibukkan dengan ulangan, tugas akhir, laporan, ujian, diskusi, dan aktivitas lain, akhirnya hari ini kami mendapat kesempatan untuk menapakkan kaki kembali di atas es. Memanfaatkan tiket gratis yang kami simpan. Ini menjadi ke-3 kalinya saya bermain ice skate, setelah liburan musim dingin kemaren saya meluncur bersama seorang kohay di Yoyogi, Tokyo (2nd time). Seberapa jauh peningkatan kemampuan saya di atas es?

Tak banyak. Saya harus menangkap kembali bayangan keseimbangan selama 10 menit pertama. Saya yang terlanjur PD bisa meluncur harus lebih sabar menyesuaikan diri dengan medan. Es di arena ini terasa begitu licin dan menjerumuskan. Namun saya tak mau menyerah. Tak lama kemudian saya mulai terbiasa meluncur sambil berusaha meningkatkan keahlian. Saya pindahkan tumpuan kaki kanan ke kaki kiri, ke kanan lagi, kiri lagi, kurangi kecepatan, belok, pacu lagi, lurus terusss. Saya merasakan nikmatnya meluncur dengan kecepatan tinggi, bebas bergerak dan berekspresi. Boleh dong berfantasi. Saya coba melakukan gerakan memutar, yang kemudian saya sesali. Keseimbangan hilang, badan ini terbentur lantai beku keras sekali. Getarannya terasa berresonansi mulai tulang ekor sampai kepala.

Saya penganut paham hari ini harus lebih baik dari hari kemaren, termasuk kemampuan ice skate saat berlatih ke-3 harus meningkat dari sebelumnya. Hari ini saya belajar meluncur ke belakang. Ternyata susah, pergelangan kaki sakit. Akhirnya saya menyerah setelah beberapa kali jatuh dengan berbagai posisi. Sekali lagi saya diingatkan bahwa untuk mendapat predikat "bisa" diperlukan kerja keras, kesabaran, ketekunan, dan juga waktu.

Terlepas dari bekas-bekas jatuh hari ini, hati saya terasa lapang sekali. Selapang langit penuh bintang yang tengah saya pandangi.


*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*
Otou-san : ayah; sapaan untuk ayah, bapak-bapak atau orang seumuran ayah
Oka-san : ibu; sapaan untuk ibu, ibu-ibu atau orang seumuran ibu

*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*


ReAD MoRE・・・

Saturday 9 February 2008

kumpul makan

Alhamdulillah hari ini bisa menjadi ajang silaturahmi warga Indonesia di Ibaraki. Jadwal presentasi, kesibukan kuliah, rencana mudik, jadwal pindahan, baito dan berbagai kesibukan tanpa titik singgung membuat kami yang populasinya sedikit pun susah sekali bertemu.


Lalu, setelah sedikit terlambat dari kesepakatan, acara berlangsung dengan berkesan. Keterlambatan kali ini bukan karena kami sukarela mempertahankan budaya jam karet, melainkan ada salah seorang tetangga apartemen senior yang mendapat musibah kebakaran semalam. Hanya 15 menit saja, seluruh rumah hangus tanpa sisa. Mobil baru yang belum ada seminggu dibeli pun tak sempat terselamatkan. Penyebab nya diduga dari pemanas tenaga minyak tanah yang membakar cucian yang digantung di sekitarnya. Satu yang memprihatinkan adalah, penghuni rumah itu hanyalah sepasang manusia yang memasuki usia senja. Sang istri sementara ikut numpang di apartemen seniorku (yang lumayan luas) sedangkan suaminya masih dirawat di rumah sakit karena luka bakar.


Wah, saya melantur soal kebakaran rupanya. Oke, kembali ke acara kumpul makan. Setelah sholat dzuhur makanan yang disiapkan selesai di masak. Kami bergotong royong membuat kue lumpur, mie goreng ikan asin, dan garang asem ayam. Kebetulan saya punya cetakan kue lumpur yang terpakai untuk jualan dalam Festival Kota bulan November lalu. Fotonya ada sih, hanya saja agak terlambat saya ambil. Yang nampak adalah gambar setelah santapan.







Resep garang asem warisan bunda sedikit saya modifikasi.

Bahan :

1 kg ayam boneless, potong sesuai selera, remas2 dengan perasan lemon dan garam. 6 siung bawang putih, cincang kasar, tumis. 2 cabai merah besar, potong serong7 cabai hijau kecil, potong serong ,1 biji tomat, 1 biji bawang bombay, Yoghurt, sereh, daun jeruk, lengkuas. Garam secukupnya.

Cara Membuat :

Didihkan 2 liter air. Masukan bawang putih yang sudah ditumis, ayam, bawang merah, daun jeruk, lengkuas dan sereh. setelah mendidih lagi, masukan cabai. Setelah ayam empuk, masukkan yoghurt dan irisan tomat. Setelah mendidih untuk ketiga kalinya, garang asem siap disantap. Ah yah, jangan lupa masukin garam supaya tidak hambar.

Kebetulan dapur senior saya cukup komplit bumbunya sehingga rasa masakan kali ini memuaskan peserta yang hadir. Kami merencanakan kumpul-kumpul lagi 3 minggu ke depan dengan mengundang beberapa saudara yang berada di kampus lain. Semoga masih ada kesempatan bertemu sebelum berpencar ke pelosok negeri pada April nanti.

Selamat berjuang buat Bang Sainer yang mau presentasi minggu depan, Selamat Jalan kepada Mbak Lulu dan Pak Khairul yang akan kembali ke tanah air, Tetap semangat bagi Uda Dodi yang masih melanjutkan perjuangan 2 tahun ke depan, Selamat bersua untuk teh Susi yang sudah setahun berpisah dengan putri dan keluarganya, dan juga selamat berjuang buat saya.


ReAD MoRE・・・

Friday 8 February 2008

Kohay Beraksi

Kemarin menjadi kesempatan pertama saya menerima "hiburan" dari kohay (junior) Jepang di asrama. Setelah acara pelepasan mahasiswa tingkat akhir berakhir, adik-adik tingkat mengadakan semacam pentas seni dadakan untuk menghibur kami. Awalnya acara berlangsung menarik dengan kekreativan mereka beraksi. Namun lama-lama saya mual. Seolah tak ada lelucon cerdas, hampir semua mementaskan lawakan jorok. Apa sudah lupa kalau bulan ini masih puncak-puncaknya musim dingin? Apa sudah lupa kalau tak hanya lelaki saja yang menjadi penonton?

Tapi sepertinya hanya saya yang tertawa pahit. Penonton lain nampak begitu antusias melihat aksi mereka. Kalau tidak ingat niat baik mereka yang ingin merekahkan senyum di bibir senior, saya sudah angkat kaki cepat-cepat. Ah yah. Ada beberapa juga yang tampil dengan lucu tapi cerdas. Anak kelas 1 yang menirukan pertarungan Bezita dan Cell dalam DragonBall. Bezita diperankan anak yang mungil sekali. Cell dimainkan anak dengan perawakan kebalikan. Ceritanya bisa ditebak, Bezita menjadi bulan-bulanan Cell. Hahaha, kocak. Apalagi mereka sudah berusaha membuat kostumnya. Empat jempol buat usaha dan kekocakan mereka. Bravo!

Selain lawakan jorok, yang dominan adalah memakan sesuatu yang tidak lazim. Spageti mentah, bubuk kopi, sampai kertas. Prihatin sekali menyaksikan mereka yang dipaksa tampil seadanya. Pilihan ini nampaknya menjadi pelarian bagi mereka yang tidak bisa menampilkan sesuatu yang beda dan tidak berani melepaskan celana.

Tapi jangan salah. Setelah acara wisuda nanti giliran kami yang harus tampil di hadapan para dosen. Hari ini baru saja diumumkan kelompoknya. Makanya makan malam kali ini sengaja saya mengusulkan makan susi bersama rekan satu lab untuk membicarakan pentas seperti apa yang akan kami tampilkan. Hasilnya? Belum ada kesepakatan, ide bagus tak ada yang muncul dalam kepala saya. Satu yang digaris bawahi, saya tidak sudi ambil bagian dalam lawakan jorok.


ReAD MoRE・・・

Thursday 7 February 2008

Mengikat Sejarah

Ada satu pertanyaan yang belum terjawab saat saya lulus SMA. Kurikulum yang dipakai saat itu (2003) mengharuskan pelajaran sejarah masuk kedalam UAS (Ujian Akhir Sekolah) untuk jurusan IPA sekalipun. Saya tidak tahu apakah hal yang sama dialama anak-anak jurusan IPA sekarang yang penjurusannya dilakukan sejak kelas 2. Koreksi, sejak kelas XI. Pelajaran sosial lain seperti geografi, ekonomi, sosiologi yang saya pelajari sewaktu kelas dua SMA harus menerima ucapan sayonara begitu saya naik tingkat. Hanya satu pelajaran sosial : sejarah, yang kukuh diajarkan selama tiga tahun penuh tanpa pandang jurusan IPA, IPS atau Bahasa.


Boleh jadi penyusun kurikulum waktu itu menghendaki agar otak anak IPA tidak sekedar dilatih cara berpikirnya melalui pelajaran eksakta, tapi diimbangi pula dengan wawasan bagaimana cara berpikir orang-orang sebelum kita. Sayangnya sampai sekarang saya belum pernah tahu apa tujuan dari kurikulum yang ada hingga sepanjang pendidikan dasar dan menengah yang saya alami dia berganti beberapa kali.

Well, saya bukan benci sejarah. Justru saya senang dengan kisah-kisah yang tercantum di dalamnya. Buktinya saya merelakan sekian persen konsentrasi saya untuk mempelajarinya. Sampai saat duduk di tingkat akhir seperti sekarang pun, pelajaran sosial yang saya pilih adalah sejarah. Oke, oke. Sebenarnya saya tidak memilihnya sejak awal. Atas saran dosen wali dengan iming-iming pembahasan kebudayaan islam di akhir semester, saya terpikat untuk mengambil mata kuliah ini. Hasilnya? Angka 90 tertera pada lembar jawaban yang saya terima hari ini. Tapi bukan itu yang membuat saya senang.

Saya sudah dikenalkan dengan mata pelajaran ini sejak duduk di bangku SD. Dulu lamanya PSPB, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa. Isinya seputar perjuangan merebut kemerdekaan dan pengenalan nama-nama pahlawan nasional. Berlanjut terus hingga Masa Hindu-Budha dan berkembangnya kerajaan Islam, Sejarah Nasional Indonesia, jaman Prasejarah, Kebudayaan Mesir, Cina, Mesopotamia, Yunani, Romawi, Revolusi Perancis, revolusi Industri, hingga sejarah kontemporer abad 20. Sejarah yang saya pelajari begitu runtut, namun sayangnya tidak diiringi dengan timeline yang teratur mengenai kejadian pada masa yang sama di tempat yang berbeda.

Ah yah, wawasan baru berikut yang membuat saya lebih senang dibandingkan perolehan nilai kali ini. Pada masa Hideyoshi Toyotomi memerintah, jaman yang sama terjadi perang antara spanyol dan pribumi Filipina. Filipina waktu itu disokong oleh islam, namun sayangnya Hideyoshi justru mengerahkan tentaranya untuk menyerang Korea. Kalau saja waktu itu Hideyoshi mengirimkan pasukannya ke Filipina, boleh jadi itu menjadi kontak pertama dengan islam dan akan berpengaruh dengan perkembangan islam di negeri sakura. Kenapa Hidesyoshi bisa saja mengirimkan tentaranya? Waktu itu terjadi larangan terhadap kristen di Jepang karena kekhawatiran kolonisasi. Spanyol yang terhitung Kristen *katholik* cukup terkategori sebagai lawan. Jadi dia punya pilihan untuk membuktikan kekuatannya saat itu, membantu peperangan di Filipina, atau menyerang semenanjung korea.

Peperangan antara Spanyol dengan Kesultanan Sulu (islam) sendiri berlangsung hingga beberapa periode . 1598, 1600, 1627-1646, 1718-1721, 1748-175, 1844, 1850-1850, 1876. Ibukota Manila konon berasal dari bahasa Arab, (fi) Amanillah sebagai hasil interaksi dengan para pedagang dari sana. Sayangnya sebagian besar wilayah Filipina dimenangkan oleh Spanyol setelah pertempuran yang berlangsung puluhan tahun. Nama negaranya pun diseusaikan dengan Raja Spanyol waktu itu : Philip II dan rakyatnya disebut philipino, budak Philip. Waduh.


Pada masa yang sama, kerjaan Banten dan Mataram Islam sedang menghadapi ancaman serupa dari Belanda. Kekuasaan Turki Usmani pun sedang pada puncaknya waktu itu. Pada masa itu pula cahaya islam boleh dikatakan sudah sampai ke timur jauh.


Ah, lagi-lagi saya melantur. Tapi saya rasa kita perlu mengikat sejarah berdasarkan masa dan tempat agar bisa ditemukan link-link kasat mata yang bisa membuka cakrawala berpikir. Bagaimanapun sejarah yang tercatat adalah karya kaum penguasa, sehingga banyak fakta yang akhirnya tak pernah sampai ke generasi selanjutnya. Setidaknya dengan sejarah kita bisa lebih glokal. Berpikir global, bertindak lokal.

bacaan :


ReAD MoRE・・・

Wednesday 6 February 2008

Tidakkah Lelah?

Tidakkah lelah?
Melayangi puncak musim
Dalam pelukan dingin


Salju diam damai di luar sana
memolekkan putih polosnya

Tidakkah Lelah?
Menjejak isyarat kata
dalam lena membuai mata

Salju masih mengeja cecabang doa
Yang menghablur dalam asa


Tidakkah lelah?
Terus memanjangkan langkah
menampik gigitan suhu, demi secuil berkah?



Tidak!

Saat batin ikhlas ceria
Menyibak bebayang tirai cahaya




ReAD MoRE・・・

Masih Lanjut?

Amerika sedang sibuk dengan pemilu dan saya pun tengah sibuk mengurusi tugas akhir. Sebelumnya saya berharap kalau salah satu kandidat kuat Presiden Amerika benar-benar berani beda sesuai dengan semboyan yang digemborkan waktu kampanye. Kenyataanya simpati saya langsung buyar dengan berbagai berita yang isinya menyatakan bahwa dia tak ada bedanya dengan para pendahulunya. Tampaknya jargon bahwa siapapun yang menjadi presiden Amerika tak akan ramah terhadap islam tetap tak tergoyahkan. Kenapa yah agama samawi justru dijadikan penganutnya sebagai sumber konflik? Hingga kekuasaan dalam negara dan fenomena dalam pemerintahan menyimpan berbagai kepentingan dibaliknya.

Huh, saya tidak sudi menyumbangkan waktu lebih banyak untuk memikirkan pemerintah negara yang sudah jelas bukan kawan yang baik.


*+*+*+*+*


Hari ini saya selesai ujian akhir. Berbeda dengan ujian-ujian sebelumnya, hari ini tidak memberikan kesegaran, aroma kebebasan yang biasanya saya nikmati seketika. Masih ada tanggungan lain yang masih jauh dari selesai.


Nah, kali ini saya teringat bahwa adik saya pun akan menghadapi ujian akhir tahun 2008 ini. Sekarang istilahnya apa yah? UN? Unas? Ujian Nasional lah.

Sewaktu di telepon sih, anaknya santai-santai saja. Dia lebih bingung mau melanjutkan kemana setelah lulus SMA. Sebagai kakak sekaligus ayah yang harus membiayai sekolahnya, saya ikutan mikir. Tapi saya baru sadar kalau saya tidak mengenal adik saya dengan baik. Setidaknya saya tak pernah tahu bakat atau jurusan apa yang cocok dengan minat dan hobinya. Juga kemampuannya. Setiap pembicaraan di telepon atau obrolan di YM, dia kuat sekali pengen kuliah di Bandung. Yay! Mahal! Selain itu juga jauh, dan saya tidak (belum) yakin apakah adik perempuan saya itu bisa mandiri dengan baik nantinya.


Apa saya overprotective? Saya pernah memikirkannya saat dia protes dengan banyaknya larangan yang harus dipatuhi. Sepertinya sesuatu untuk kebaikan orang lain itu harus disampaikan dengan lebih bijak. Lalu saya mencoba berpikir seperti dia, usia anak SMA yang sedang tak tentu arah menentukan pilihan. Bukankah saya adalah seniornya yang sudah pernah mengalami gejolak seperti ini? Konsekuensinya, saya harus memberikan solusi, alternatif sekolah lanjutan yang terjangkau, tak terlalu jauh, dan tidak membuatnya tersiksa dengan pelajaran yang dibenci.


Tak terlalu jauh? Ahaha. Awal dia naik kelas XII, saya malah menyarankan untuk mencoba beasiswa ke Jepang. Entah karena dia benar-benar tidak tertarik, pada telepon yang terakhir kali dia mengatakan takut untuk hidup di Jepang. Saya sudah kehabisan ide untuk memotivasinya.

Sebenarnya ada beberapa pilihan kota seperti Surakarta, Semarang, atau Yogyakarta yang menjadi pilihan saya. Tapi saya belum bisa memutuskan. Nah, kalau saran saya dituruti dan justru menjerumuskan dia ke lobang derita gimana atuh? Padahal dia ingin masuk dengan PMDK yang berkasnya akhir bulan ini sudah harus dikirimkan. Ahh, pusing. Tapi alhamdulillah keluarga di rumah dan dia juga mau berbagi pusing. Yah, kita lihat saja nanti alternatif apa yang bisa saya usulkan dua minggu lagi.


ReAD MoRE・・・

Monday 4 February 2008

Jejaring Batin

Saya kecolongan lagi. Seminggu yang lalu seorang rekan di Lab saya dikabarkan tak jelas rimbanya. SMS tak berbalas, telepon tak diangkat, HP tak bisa dihubungi dan orang tuanya pun sudah menghubungi polisi. Kenapa kejadian ini bisa terjadi tanpa saya sadari? Kami berada dalam laboratorium yang sama, melakukan percobaan dalam jadwal yang tak berbeda, bahkan boleh dikatakan kami menghabiskan waktu bersama di kampus lebih banyak dibandingkan dosen wali atau teman Jepang saya yang lain.

Dua tahun yang lalu, seorang mahasiswa asing dari negeri jiran jejaknya tak terlacak setelah meninggalkan kampus tanpa pamit. Semua orang panik. Saya dipanggil ke ruang dosen untuk ditanyai tempat-tempat yang mungkin menjadi sarana transit sementara bagi dia. Termasuk alamat masjid, kontak dengan orang Malaysia di propinsi ini, juga nomor telepon yang sekiranya bisa menjadi petunjuk. Lebih dari orang-orang Jepang yang khawatir itu, saya merasa terpukul, tersindir, atau apalah istilahnya. Saya kurang peka membaca kondisi saudara seiman, meski tinggal dalam asrama yang sama.


Apakah tak ada perasaan apapun saat orang yang kita kenal mengalami kejadian di luar dugaan? Tak terbersitkah sedikit susah ketika kawan kita mendapat musibah? Tidak adakah penyesalan, sebenernya ada yang bisa saya lakukan untuk mencegah kejadian buruk terjadi? Tak adakah kekecewaan saat menyadari kita tak mengenal dengan baik sahabat? Tak pernah muncul bersalah kah saat tumpulnya kepekaan kita membiarkan halauan hidup seseorang berubah? Tak terasakah gulana, saat pikiran abu-abu kita dijadikan cara pandang dan mengeluarkan pendapat oleh orang lain? Ah, mungkin saya terlampau jauh berpikir, namun hati kecil ini berkata "saya merasa".


ReAD MoRE・・・

Saturday 2 February 2008

Bumi dan Perut

Juli tahun ini akan diselenggarakan Konefrensi Tingkat Tinggi negara G8 di Hokkaido untuk membahas isu lingkungan yang sedang marak : pemanasan global.

Mulai awal tahun ini pula berbagai dirintis berbagai usaha memperlambat peningkatan suhu bumi dengan trik hemat energi, pengurangan sampah, hingga penyebarluasan informasi terkait kepada masyarakat umum. Silakan baca jadwal penayangan acara bertema lingkungan di NHK Jepang, hampir setiap hari bisa disaksikan.
Hal dari dekat yang bisa diperhatikan antara lain :

1. Mulai 1 februari 2008, tas plastik tak lagi diberikan secara gratis di pasar swalayan. Tokoh pemerintah pun muncul dalam kampanye "my Bag" di TV untuk mengajak masyarakat memiliki tas khusus barang belanjaan guna mengurangi penggunaan tas plastik.
2. Gencarnya promosi produk elektronik yang ramah lingkungan sekaligus hemat energi.
3. Mulai tahun lalu, dilakukan uji coba pengubahan energi gelombang yang dihasilkan derap langkah penumpang di Stasiun Tokyo menjadi energi listrik
4. Aturan pemisahan sampah yang semakin ketat, juga usaha recycle, Padahal recycle belum mutlak ramah lingkungan karena bisa menghabiskan biaya yang lebih besar dibandingkan produksi barang baru.
Hmm, ternyata gak banyak amat.

Hanya sajaaaa. Masalah perut tetap menjadi utama bagi negara maju seperti Jepang sekalipun. Beberapa waktu lalu ditemukan zat berbahaya yang terkandung dalam makanan beku impor dari Cina. Akibatnya, produk makanan beku Cina sejenis ditarik dari pasar, penanganan dan penyelidikan lebih lanjut pun gencar dilakukan. Bahkan bagi yang masih menyimpan barang tersebut dirumah, akan didatangi petugas dari toko dimana dia membeli, lalu diberikan ganti uang tunai gratis tis sebagai ganti rugi. Pelayanan terhadap masyarakat memang patut diacungi jempol.

Seperti yang saya tulis sebelumnya, Jepang ketat sekali soal makanan. Tak jarang sayur atau buah yang masih layak makan namun sedikit layu akan terketak di rak khusus dengan label diskon. Produk susu, ikan, dan makanan lain pun akan mengalami nasib serupa : mendapat tempelan potongan harga. Maka waktu belanja yang paling ekonomis adalah saat malam, karena banyak sekali barang yang harganya bisa jadi setengah harga dibanding saat pagi/siang harinya. Restoran pun demikian. Kabarnya mereka tidak akan menyimpan makanan lebih dari satu hari kecuali hanya dijadikan pengisi bak sampah.

Ah iyah. Pernah juga sewaktu belanja di atas jam 10 malam ada kejadian yang cukup unik. Homeless berkumpul di supermarket! Untuk apa? Untuk mendapatkan makanan siap santap (bento, gorengan dll) yang tidak habis terjual hari itu. Wow!

Apakah orang diam saja melihat pembuangan sampah makanan yang sebenarnya masih layak dikonsumsi seperti ini? Tentu saja tidak. Selain dikelola lebih lanjut oleh Bank Makanan, pada umumnya sisa makanan itu akan diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak atau pupuk. Tak ada yang percuma, kecuali kesan pemubadziran terhadap jerih payah pembuat makanan itu. Aksi lain adalah freegan. Free + VeGan (Veganisme : vegetarian ketat yang tidak mau memakan produk hewani sebagai protes kekerasan terhadap binatang), freegan bisa diartikan sebagai gaya hidup menentang pola konsumtif dengan memakan produk sisa supermarket yang terbuang namun masih bisa dikonsumsi. Bukan berarti mereka miskin seperti homeless yang pernah aku pergoki, hanya saja itu dilakukan sebagai aksi protes ala environmentalist. Artikel tentang ini pernah dimuat di majalah Newsweek halaman 46-48.


Freegan banyak dijumpai di Inggris atau Amrika, sejujurnya aku sendiri belum pernah berjumpa dengan orang bergaya hidup serupa di Jepang.


Mungkin orang sering mengatakan untuk menghabiskan makanan di piring karena dibelahan bumi yang lain banyak anak yang kesulitan untuk sekedar makan. Heh, bukannya kita makan habis ataupun sisa sebenarnya tidak akan merubah kondisi anak yang di belahan bumi lain itu. Iya gak sih? Hanya saja kesadaran untuk menghargai makanan aku rasa tetap penting. Pesan moralnya : Selama di bumi ini masih ada orang yang kelaparan, berperilaku konsumsi secara berlebihan adalah tindakan kriminal!


Yah, tak perlu menjadi seekstrim freegan untuk mendukung lingkungan. Cukup mematikan lampu saat tak terpakai, tidak berbelanja berlebihan, membeli makanan secukupnya, sebisa mungkin memanfaatkan barang tanpa sia-sia. Setiap orang normal yang sadar dan peduli dengan lingkungan insyaAllah tahu caranya, tanpa perlu aku sebutkan lebih lanjut.

Kembali soal makanan. Produk Cina mulai dikritisi oleh masyarakat Jepang sehubungan dengan kejadian makanan beku yang aku tulis di atas. Dari segi harga, makanan cina bisa sepertiga lebih murah dibandingan barang yang sama made in Japan. Dengan tingkat kesejahteraan masyarakat Jepang sekarang, mereka bisa selektif memilih produk yang aman untuk kesehatan. Tapi bagaimana dengan negaraku sendiri yah? Produsen Cina sendiri mengatakan, kalau Jepang tidak lagi bersedia menerima ekspor produk kami, negara-negara timur tengah dan asia tenggara masih banyak yang bersedia membeli dengan harga lebih mahal. Tuh khan! Padahal orang di daratan cina sendiri perlu mencuci, membilas, merendam dengan garam sampai memakai sabun cuci khusus sayuran untuk membersihkan kandungan pupuk semprot yang mengendap dalam sayuran.


Harga barang yang merangkak naik tentunya menjadikan prioritas terisinya perut daripada isu lingkungan -termasuk kandungan zat dalam sayur bla bla blah- bagi sebagian besar rakyat negeriku. Semoga saja kesadaran mengkonsumsi barang tidak terhenti pada status halal saja tapi bernajut hingga thayib. Makanan yang halal dan baik bagi tubuh. Sekarang sampai sejauh mana yah pola pikirnya...


ReAD MoRE・・・