Saturday 12 April 2008

Kilas Seminggu

Satu minggu pertama di kampus baru. Banyak hal baru yang memerlukan adaptasi.

Senin.


Hari pertama. Jam pertama berisi penjelasan dari Nagafuchi-sensei tentang mata kuliah yang beliau pegang. Namanya : Koherensi Agama dan Sosial Masyarakat. Sebenarnya sks saya untuk ilmu sosial sudah memenuhi syarat untuk lulus. Kenapa saya ambil mata kuliah ini? Karena di silabus tertulis tentang islam dan kebudayaan Indonesia. Saya ingin tahu bagaimana orang asing mempelajari negara dan agama yang saya anut. Ah iya, Nagafuchi-sensei bisa berbahasa Indonesia, kata senior saya di kampus saat ujian pun OK menjawab dalam bahasa. Yeyeye!

Jam selanjutnya adalah eksprerimen. Kebetulan saja saya sudah pernah melakukan eksperimen serupa di kampus lama sehingga waktu yang diperlukan untuk selesai 1 jam lebih cepat dibanding rekans lain. Hmm... mungkin salah satu kelebihan saya adalah soal "kecepatan".

Ah, hari-hari selanjutnya pun tak jauh berbeda sih.

Satu kutipan yang saya petik : "Seorang Profesional tidak akan mencari alasan". Saya ingin jadi seorang pro. Makanya :

1. Saya tidak akan mencari-cari alasan bila saya gagal. Dengan kata lain, tidak ada kata gagal total. Seorang pesumo Jepang berhasil menjadi juara dengan menahan rasa sakit cedera kaki. Cedera tidak menjadi alasan untuk merebut kemenangan. Ada banyak kisah orang Jepang yang saya kagumi. -Orang2 yang sekarang juga masih hidup- Salah satu yang bisa membuat saya menilai seorang atlet itu profesional atau tidak adalah dari komentar dan prestasinya.

Misalnya, ada atlet yang jatuh di awal, namun bisa berhasil merebut juara. Tapiii ada juga atlet yang jatuh terus mengundurkan diri dari pertandingan, ditambah dengan komentarnya yang memuat seribu macam alasan atas kekalahannya. Apa sih susahnya mengakui kalau kondisi lawan saat itu memang lebih baik? Ada juga yang mengundurkan diri karena wasit berlaku tidak jujur. Yahaha... saya mengertin lah perasaan dicurangi, tapi kalau sudah terjun sebagai seorang profesional, harusnya sudah mempersiapkan diri dengan kondisi seperti ini. Makanya terkadang saya berpikir kalau juri yang sebenarnya adalah penonton. Seorang profesional lah yang bisa merebut hati penonton tanpa cacat.

2. Sebisa mungkin saya menyelesaikan order lebih cepat dari waktu yang saya janjikan.

3. Order yang diberikan ke saya akan saya rampungkan lebih baik dari perkiraan.

Yay... banyak yang mau ditulis, tapi 45 menit lagi saya harus ikut wawancara sebagai pengajar "kebudayaan yang berbeda" untuk anak-anak Jepang. Uang terima kasihnya lumayan, antara 500 ribu-600 ribu rupiah untuk 2 jam. Siap-siap dulu ah...

2 comments:

Amber said...

okay i can not read any of this but Kool

dimas yurisdiansyah said...

sip, terus berjuang ya sunu. hehehe bisa cari kerjaan sampingan toh ternyata :D