Tuesday 1 April 2008

Sakura Angkuh

Akhirnya masuk bulan April juga. Bulan yang menjadi tahun ajaran baru di Jepang. Para pelajar kembali ke sekolah dan kampus, anak-anak yang baru lulus menapaki tempat menuntut ilmu yang baru. Satu pemandangan yang sama : Jejak mereka ditemani oleh mekarnya sakura. Seharusnya saya turut senang karena kehadiran saya di kampus baru turut disambut olehnya. Namun sakura yang molek itu nampak begitu angkuh di mata saya. Keangkuhan yang menjadi sosok kesedihan dan perpisahan. Lambang ketidakabadian.


Mahkota yang mekar sempurna itu mulai jatuh satu demi satu. Saya pun turut tercekam untuk segera mengabadikan sosoknya yang mempesona itu sebelum luruh bersama angin. Orang bilang kalau keindahaan selama dua pekan lah yang menjadi pesona sakura. Kecantikan dengan usia yang pendek. Makanya orang terkonsentrasi untuk mengambil gambar yang haya bisa dilakukan hanya 14 hari dalam setahun. Tapi ada untungnya juga, kalau sakura mekar terus selama musim semi, dia kehilangan kekhususannya.

Entah kenapa saat memandang sakura bukan hanya keindahan dan rasa takjub yang muncul dalam dada. Ada juga peringatan akan kefanaan. Yah, tiada yang abadi. Sakura, tak ada yang salah denganmu. Tak seharusnya saya mengataimu angkuh. Kau Mekar dengan membawa kecemasan orang-orang yang takut kehilangan saat mahkotamu mulai berguguran sebelum sempat mereka abadikan. Itu bukan kehendakmu. Itu hanyalah sebagian pelajaran yang disiratkan oleh penciptamu.

Sayonara, saya ucapkan saat kuncup-kuncupmu mulai mekar. Hajimemashite menjadi kata yang sering keluar dari mulut saya saat mahkotamu terbuka sempurna ke lima penjuru. Terima kasih sudah turut menemani saat berpisah. Terima kasih atas sambutan di tempat baru. Terima kasih sudah memberikan satu pelajaran baru tentang kefanaan. Ah, alam memang tempat hikmah bertebaran. Semoga saya lebih peka untuk bisa menemukan.

No comments: