Sunday 8 February 2009

Maaf

Wanita itu meminta maaf. Maaf atas ketidakberdayaan yang melekat padanya. Namun lelaki di seberang lautan (LDSL) hanya tersenyum mendengar rangkaian kata-katanya.  Ya. Ketidakberdayaan itu bukan pilihan yang diambil dengan suka hati. Tak ada yang harus dipersalahkan.
 

"Jadi beban yang harus ditanggung lebih besar dari yang yang diperkirakan?"
"Iya. Kira-kira kapan sisa kiriman itu sampai?"
"Paling lambat awal bulan depan. InsyaAllah."

LDSL menghela nafas. Dia tau ada hikmah dan pelajaran yang hendak diajarkan Sang Maha Pencipta. Hanya dengan berbekal keyakinan itulah, dia mengikhlaskan tenaga dan pikirannya. Dukungan dan suntikan semangat dari orang-orang yang dia hormati turut menjadi penyokong agar dia tidak hilang arah., mungutuk kedaan di tengah jalan, atau merasa bahwa tidak seharusnya dia yang menjadi penanggung beban itu.  
Hey, bukankah dalam kedaan sempit seperti ini pun, Tuhan masih memberikan berbagai kemudahan? Bukankah LDSL masih mempunya pilihan yang baik? Saat LDSL memerlukan bantuan, Tuhan memberikannya lewat seorang saudara yang menawarkan kesempatan. Saat LDSL perlu suatu barang, seorang sahabat memesankan untuknya. Gratis.  Ketika LDSL merasa beban itu terlalu berat, Tuhan mengirimkan hiburan dari kawan-kawan yang membagikan keramahan. Maka, ucapan maaf dari wanita itu justru menusuk batinnya. Sebegitu tak berdanyakah LDSL hingga membuat wanita yang sudah banyak mengorbankan waktu, pikiran, tenaga, dan air mata itu meminta maaf kepada anak yang dilahirkannya? 

No comments: