Friday 26 February 2010

Sejuta Cinta Untuk Ayahanda

Ayah, apa khabar? Semoga segera pulih dari stroke yang merampas kebebasanmu bergerak dan bicara. Ayah, doakan agar saya dikarunia nikmat luar biasa berupa kesabaran dan kecerdasan mensyukuri nikmat-Nya.



Ayah, pada akhirnya usia lah yang perlahan menghapus segenap keperkasaan. Dan sekarang saya sadar bahwa masa muda teramat penting dimaksimalkan untuk berkarya. Untuk menebarkan manfaat. Untuk meraih kemungkinan tertinggi sebagai hamba Tuhan di dunia dengan segala kelebihan yang belum tercabut. Ya, engkau mengajarkannya tanpa perlu berkata sepatah kata pun. Mendengar kisahmu, membayangkan sosokmu dalam 3 tahun terakhir ini telah membuat saya sadar akan beragam nilai manusia dengan problematika dan kemudahan yang disertakan-Nya.

Ayah, 3 tahun ternyata terlalu cepat terlewat untuk mendapat gelar Sarjana. Terlalu cepat pula untuk harus paham, bahwa takdir-Nya bisa membalik keadaan seketika. Terlalu cepat berlalu tanpa memberikanku kesempatan berbuat banyak bakti karena terpisahkan jarak.

Ayah, insyaAllah dalam setiap sujudku akan selalu tersebut namamu. Semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan selama hidup di dunia dan menjadikan karunia anak-anak sholeh itu nyata seperti yang engkau lantunkan dalam doa. Yah, dengan segala keterbatasan saya, hal itulah yang mungkin bisa disumbangkan sebagai balasan atas jerih payah amalmu dengan pahala yang mengalir terus-menerus.

Ayah, meskipun tak pernah kuungkapan secara lisan lewat kata, selalu ada sejuta cinta yang bersemi biarpun tiada sua.

:::Senyum si Bapak dalam video di atas mirip dengan Ayah. Bedanya tentu saja ayah saya sekarang sudah lumpuh dan tidak mungkin berjalan mengambil buku diarynya. :-D. Yang paling membekas dalam ingatan saya adalah kerja keras ayah setelah kehilangan pekerjaan di Pelayaran. Ayah yang aslinya putih mulus karena hampir seluruh waktu kerjanya habis dalam ruangan ber-AC jadi hitam legam terbakar matahari dan bau keringat. Sampai sekarang wajah dan tangannya tetap tidak kembali putih, menjadi bukti usaha beliau di bawah terik sang surya.:::

2 comments:

Unknown said...

Kerja keras yang membuat hitam kulitanya
Bating tulang yang meremukkan sendi -sendinya
Keinginan tuk terlelap walau hanya sesaat
tak kan lagi dihiraukan demi buah hati dan belahan jiwanya tertawa dan bahagia.
Kasihnya tak terganti, melekat menjadi satu dalam ukiran jiwa kita....

Unknown said...

Betul. Menggaris bawahi kalimat terakhir pada komentar di atas..