Saturday 18 June 2011

Maintenance?

Deuh. Sekali lagi saya lupa lanjutan ayat dalam surat yang saya baca kali ini. Surat yang sama dengan 2 minggu lalu saat saya mendapat giliran sebagai imam. Kali ini saya kembali diingatkan oleh seorang Jepang yang menjadi makmum. Padahal kalau sholat secara munfarid, belum pernah ada masalah, lancar.

Iseng saya berceloteh, kenapa yah saat menjadi imam, kok selalu ada yang terlupa...
Muslim Jepang itu menjawab, "Maintenance memang susah. Imam islamic center aja selalu mengecek hafalannya sebelum mengimami. Semakin banyak hafalan, maintenancenya makin susah. Kalau saya mah, karena hafalan cumann sedikit jadi maintenancenya mudah...."



Eh? Tunggu! Hafalan saya juga belum seberapa. Tapi tapi tapi...setiap kali saya lupa kelanjutan ayat dalam surat yang dibaca dalam sholat, dia yang selalu memberikan hint. Hafalan mualaf ini sepertinya lebih banyak dari saya, padahal saya lebih lama menjadi muslim (well, kalau dihitung sejak lahir :-P ). Wuaa.... jadi pengen malu. Sambil maintenance, perlu juga menambah koleksi dalam memori. Harus!!

Dalam forum diskusi ba'da Maghrib itu saya juga diingatkan mengenai aktif mencari tahu. Kecenderungan orang dewasa adalah memahami secara garis besar dan tidak terlalu peduli dengan hal kecil yang dinilai sepele. Maka tak jarang bila menjelaskan suatu konsep terhadap anak-anak, orang tua sering kebingungan dengan pertanyaan yang terlontar di luar dugaan. Anak-anak lebih peka terhadap hal kecil, karena begitu banyak hal baru yang belum pernah mereka ketahui. Mirip dengan pertanyaan orang Jepang saat diskusi tentang suatu konsep baru yang tidak familiar dengan mereka.

Bila bertemu dengan pertanyaan yang diri sendiri tidak yakin dengan solusi yang benar, kalimat apa yang sebaiknya dilisankan? Kalau orang yang bertanya sudah sama-sama dewasa, bisa saja kita berkata : Hmmm, pertanyaan yang baik, sekarang saya belum bisa memberikan pencerahan, namun mari kita diskusikan dalam lain kesempatan. Lalu, proses pelarian diri saat itu bisa sukses karena tidak ada pertanyaan berikutnya yang beruntun mengejar. Kalau yang bertanya anak-anak, pertanyaan akan terus tercurah sampai dia mendapat jawaban yang memuaskan.

Ini celoteh bisu saya: Sebelum menyampaikan sesuatu, pelajari dan pahamilah dengan baik. Jangan melisankan sesuatu yang tidak diyakini runutan logikanya. Pikiran pendengar akan dipenuhi tanda tanya, sementara kapasitas ilmu yang ada tidak cukup untuk memberikan pencerahan. Diskusi kali ini berlangsung dalam dua bahasa, masing-masing bahasa memiliki rasa berbeda sehingga sedikit timbul kesalahpahaman. Seharusnya saya bisa memberikan sedikit pencerahan mengenai esensi materi malam itu, tapi kennapa kurang berani menyusun kalimat? apa karena kurang ilmu? Sungkan karena paling junior? Bingung karena diskusi mulai melantur ke arah yang berlainan? Hmmm, mungkin hanya perlu terjemahan yang tepat sehingga tidak memunculkan makna yang berbeda. Sekali lagi saya diingatkan pentingnya menguasai bahasa.



No comments: