Sunday 13 January 2013

Titipan Juara (1)

Hadiah indah hadir pada ulang tahun pernikahan kami. Hanya selembar foto hitam putih. Sederhana? Barangkali. Gambar di dalamnyapun hanya menunjukkan sebuah titik kecil dalam ruangan yang baru terbentuk. Namun titik itu akan memiliki riwayatnya sendiri. Maknanya begitu berarti: amanah pertama yang dititipkanNya kepada kami. Alhamdulillah. Artinya kami telah dipercaya untuk membimbing sebuah nyawa, menjadikan kami barometer awal menuju surga atau nerakanya.

Berbagai perasaan bergabung menjadi satu. Ada bahagia, cemas, haru, semangat membara, juga sekelebat rencana untuk mempersiapan janin ini dari dalam rahim, terlahir ke kampung dunia, hingga bekal-bekal untuk kampung abadinya. Waktu berlari. Janin itu berkembang dengan luar biasa. 

Tulisan tentang perkembangan janin mulai saya pelajari. Pemeriksaan rutin tiap bulan membuat kami jadi lebih paham perubahan wujud dan ukuran calon bayi kami. Visualisasi. Tidak hanya dalam tulisan dan gambar dari buku, foto-foto actual hasil USG sangat membantu menyadarkan kami bahwa ada sesuatu yang hidup, yang bertambah besar dan bergerak dalam rahim yang terbentuk pada istri saya. Selembar foto yang menyadarkan betapa besar Tuhan yang menciptakannya. Setiap kali melihat foto baru adalah detik-detik penuh kesyukuran. Setiap melihat perkembangan baru adalah detik dimana detak jantung berdegup lebih kencang. 

Kini dia menjelang trimester ke-3. Dedek Janin lebih nyata lagi berada di antara kami berdua. Saat membaca quran, dedek Janin memberikan respon gerakan-gerakan yang sekarang saya pun bisa merasakan lewat elusan tangan. Dia mendengar! Waktu-waktu berkomunikasi dengan bunyi menjadi saat yang saya nanti. Gerakannya yang mulai teraba menjadi suatu fenomena sendiri yang begitu berharga. Entah kenapa. 

Masih banyak yang perlu kami persiapkan. Persiapan pra dan paska kelahiran yang baik dan sesuai dengan tuntunan Rasul. Nama pun tak kami lupakan. Meski dokter sudah memvonis jenis kelamin dedek Janin, kami tetap menyiapkan nama untuk laki-laki dan perempuan. Alasannya? Well, karena kita baru benar-benar tahu jenis kelaminnya begitu dia lahir ke dunia. Kami pernah diceritakan bahwa ada sepasang suami istri yang calon bayinya berjenis kelamin perempuan, kata dokter. Ternyata saat lahir, bayinya laki-laki. Jadi, serahkan saja kepada Yang Maha Kuasa, Lelaki atau perempuan insyaAllah kami tetap berbahagia menyambutnya. 



 *udah lama gak nulis jadi belepotan, huhu....


ReAD MoRE・・・