Ini gawat. Waktu berlalu begitu cepat.
Tapi yang lebih gawat adalah saya merasa lebih enjoy di tempat partime daripada di kampus. Terkadang ada kuliah yang menarik atau acara program yang asyick. Namun entahlah, tempat partime saya sekarang terasa lebih menjadi 居場所, tempat dimana saya merasa nyaman. Kenapa yah? Well, Obrolan yang nyambung, dapet makan plus gaji, pula. Ehehehe. Awalnya saya hanya perlu sebuah pekerjaan sampingan untuk menyokong hidup saya di Jepang. Seiring berjalannya waktu, saya lebih banyak menghabiskan hari saya di tempat partime daripada di kampus. Lalu tanpa saya sadari, isu-isu yang terjadi di tempat partime lebih banyak mengisi kepala saya daripada tugas kampus. Nah loh!
Melihat sekali lagi titik tolak saya untuk mengambil S2, idealisme itu berangsur luntur. Yah mau gimana lagi, tuntutan prioritas yang akhirnya harus dipenuhi terlebih dahulu. penelitian? Thesis? Ah. itu bisa menunggu! Perut yang minta diisi harus dipenuhi dahulu.
Seminggu yang lalu seorang kakak senior saya mengajak diskusi tentang perbedaan saat saya masih mendapat beasiswa dan tidak. Bedanya? Tentu saja jelas. Kalau mendapat beasiswa, pikiran lebih leluasa dipakai memenuhi kebutuhan sosialisasi : aktif di komunitas ini itu, buang ide dan energi setelah kebutuhan sendiri tercukupi. Sekarang? Saya menghilang dari kegiatan-kegiatan itu. Waktu luang harus dipakai untuk produksi uang.
Ehem. Saya pernah berpikir untuk tidak terlalu memforsir diri menghabiskan waktu di tempat kerja sampingan. Kenapa? karena ada sesuatu yang hilang. Sebut saja waktu bercakap dalam bahasa indonesia, waktu tukar pikiran, waktu membaca untuk menambah wawasan, termasuk waktu untuk menjaga silaturahim dengan kawan-kawan.
Pernah pula tercetus untuk putus sekolah di tengah jalan kalau dapet pekerjaan yang cocok dan menyenangkan. Ada tawaran untuk bekerja di sebuah perusahaan dengan gaji lumayan. Obrolan dengan seorang sahabat menghentikan penelusuran cabang pikiran ini. Namun begitu, setiap kali ada tawaran dimana saya memenuhi qualifikasi, selalu terbersit niat untuk mencoba. Rejeki itu bisa dicari tapi kesempatan baik mungkin tidak datang dua kali....
Jadi gimanaaa dooonk?!
Pernah pula tercetus untuk putus sekolah di tengah jalan kalau dapet pekerjaan yang cocok dan menyenangkan. Ada tawaran untuk bekerja di sebuah perusahaan dengan gaji lumayan. Obrolan dengan seorang sahabat menghentikan penelusuran cabang pikiran ini. Namun begitu, setiap kali ada tawaran dimana saya memenuhi qualifikasi, selalu terbersit niat untuk mencoba. Rejeki itu bisa dicari tapi kesempatan baik mungkin tidak datang dua kali....
Jadi gimanaaa dooonk?!
ReAD MoRE・・・