Tuesday, 28 February 2012

Jelang Kabisat

Nampaknya lidah memang lebih tajam daripada pedang, menusuk tanpa terlihat, merubah suasana begitu cepat. Dan lidah-lidah tajam terus menggerus diri manusia, dengan segala fenomenanya, utamanya jika dia seorang wanita. Apatah itu berupa tanya, rangkaian kata atau segala yang terlontar apa adanya.Karena mereka begitu peka dengan rasa, merasakan kisah-kisah yang berputar dengan jiwa, sepenuh ataupun separuh...

Urusan hati, bukankah dia menjadi rahasia si Pemilik dengan Tuhannya?
******
Malam jelang 29 Februari, ditemani sepi di kantor. Mobil jemputan belum ada. Malam makin larut, sementara esok pekerjaan di akhir bulan sudah menunggu sejak matahari terbit. Entah mengapa jantung lebih cepat berdetak. Adakah sesuatu yang terjadi? Resonansi? Prasangka menari-nari. Pikiran terbang melewati negeri-negeri.

Adakah kenestapaan yang terpalsukan senyuman? Adakah rasa-rasa tak terungkap yang harus tersimpan? Adakah sensor-sensor yang menangkap terlalu beratnya beban?

Apakah ini relativitas yang dikata Einstein itu?
24 Jam terasa begitu cepat berlalu. Masih banyak pekerjaan yang menunggu.
Namun, Maha Besar Dia yang menciptakan dimensi waktu, berjalannya memupus sendu, menumbuhkan semangat baru. Bila berbagai rasa berkecamuk dalam kalbu, apakah itu tanda rindu?



ReAD MoRE・・・