Sunday, 31 August 2008

Pesan Dini Hari

Tiap hari saya selalu menerima sms dari seorang sahabat. Tiap hari, menjelang subuh. Awalnya saya mengira kalau sms ini hanya sekedar sapaan biasa untuk memulai hari. Ternyata tidak. Saya salah. Pesan ini hadir tiap hari. Indah kalimatnya. Begitu mengalir dan berganti setiap hari. Pesan yang mengingatkan untuk segera bangun, membuka simpul-simpul setan saat tidur. Saya salut. perlu keikhlasan, kreativitas dan semangat diri yang kuat untuk bisa mengirimkan hadiah seperti ini setiap hari. Sebuah aktivitas memerlukan energi untuk memulainya, dan perlu energi yang lebih besar untuk membuatnya kontinyu. Dan sahabat saya punya energi itu. Energi yang mengawali hari, yang dia bagi bersama sms yang melayang ke penjuru negeri, mengingatkan kembali kebesaran Ilahi. Tiap hari, menjelang subuh.


Jazakumullah khayran katsiran.

Ah yah. sebentar lagi tamu agung itu tiba. Sepertinya kegiatan seperti ini bisa turut menjadi ladang amal. Kring sahur, sms kultum atau pemanfaatan fasilitas HP gratis yang lain. Hanya perlu kreativitas dan semangat. Yah. Kreativitas dan semangat. Mari memulai!



ReAD MoRE・・・

Thursday, 28 August 2008

Tokyo di Akhir Agustus

Menyelenggarakan kegiatan besar ternyata tidak bisa didadak. Perlu berbagai persiapan dan pertimbangan yang matang supaya panita tidak kocar-kacir, peserta tidak meresa dipecundangi dan acara berlangsung tanpa perlu pemuluran waktu. Terutama yang terakhir. Pemuluran waktu. Awal pekan ini saya ikut sebuah pertemuan yang melibatkan pejabat kedutaan, para profesor, dosen, pimpinan organisasi masyarakat hingga mahasiswa, pekerja dan anak-anak.

Cuaca akhir Agustus di Jepang kurang ramah. Angin besar sering bertiup dan tahun ini langit akhir Agustus digelayuti awan hitam yang menumpahkan hujan. Bara musim panas mendadak sirna digantikan kesejukan. Bahkan dingin, karena kereta-kereta itu masih menyalakan AC dalam tiap gerbongnya.

Cuaca. Ya. Panitia kegiatan harus memikirkan faktor ini dalam perencanaan. Kegiatan outdor bisa diganti, namun kereta antar kota yang berhenti beroperasi akan menjadi masalah. Apalagi shinkansen juga tidak akan meluncur dalam cuaca buruk. Awal pekan ini telah terjadi antrian panjang di gerbang masuk shinkansen karena delay dan cancel. Masih ditambah ada saja orang yang mengakhiri hidupnya dengan menubrukkan diri dengan kereta. Ya, setidaknya hari itu saya harus menunggu dalam kereta yang berhenti sampai potongan tubuh mereka dibersihkan dari rel dan urusan dengan polisi dibereskan. Garis-garis air masih menghujam dari atas. Langit kelabu. Petugas kereta masih melaporkan progres yang terjadi, meminta maaf atas ketidaknyamanan yang sebenarnya bukan menjadi tanggung jawab mereka.




ReAD MoRE・・・

Sunday, 24 August 2008

Ramadan, welcome to my heart.



Welcome to Ramadan, the month of mercy.

Sit yourself calm and witness the beauty.
Feel the pure breeze under the shade of palm trees,
Forgiveness - even if sins stretch seven seas.

The month of reflecting on the life we’ve spent
And how it healed after every dent.
The time to realize your true objective
And to live Islam fully and not selective.

The time to appreciate the food and drink.
To unite rich and poor and provide the link.
The month of the struggle to grasp your soul,
For the next eleven months, in full control.

This is the time when the gates of hell are shut.
The devil is locked up and his work is cut.
The doors of mercy are opened up wide
And Allah’s blessings are always on your side

This is the month when the Qur’an was revealed,
The last revelation – the door had been sealed.
A true guidance for the whole of mankind,
No better words elsewhere will we ever find.

This is the month in which falls the Night of Power,
‘Better than a thousand months’, the blessings shower.
The angels descend on us so that they may see
The faces of believers in tranquility.

Don’t ignore this Ramadan; it could be your last.
Strive to obtain Allah’s pleasure and hold your fast.
Tomorrow could be your final day, be prepared.
Seize today by the neck and have no chance spared.


-tahir rashid-


ReAD MoRE・・・

Thursday, 21 August 2008

Sebuah Kisah Kompor Kos

Putrasiwi terkejut saat kakanda pembayun mengatakan bahwa adek bontot bakal kehilangan 10 kilo dalam seminggu. Bagaimana mungkin? Setahu Putrasiwi, adek bontot berbadan subur dan lincah. Rasanya cukup mustahil dia bisa kecolongan berat badan sampai 10 kilo. Apalagi hanya dalam 7 hari.

Ah, bukan. Kalau adek bontot tahu cara pengurangan berat badan secara singkat dan efektif seperti itu, pasti banyak orang yang bakal berguru padanya. Bukan tak mungkin dia jadi orang terkenal level RT atau kelurahan untuk bidang diet dan pelangsingan kilat. Hehehe.

Ternyata masalahnya dia belum terbiasa dengan makanan di tempat baru. Padahal kota itu hanya berjarak 4 jam dengan bus dari kediaman keluarga Putrasiwi. Kakanda pembayun sendiri tak menyangka kalau rasa dan selera masyarakatnya begitu berbeda hingga adek bontot harus rela manahan selera makannya. Jarang ditemukan menu yang cocok di lidah.

lalu putrasiwi bertanya, "Kenapa tak dipakai saja kompor dan perlatan masak yang jadi bekal dari rumah untuk survival? Bukankah adek bontot sudah dilatih mengolah makanan?!"

Adek bontot hanya menjawab, "Bagaimana pula diriku bisa memasak, Bang! Tak bisa kutemukan minyak tanah di kota ini!"

"Bicara apa pula kau ini adek bontot. Negeri kita bukannya kaya minyak. Kenapa kau tak bisa menemukan minyak tanah?!"

"Itu dia masalahnya, bang. Sudah bukan jamannya kita pakai kompor minyak. Era sekarang sudah pakai gas."

"Bah. jadi tak ada guna pula kau repot-repot bawa kompor dari kediaman kitaaa. Hanya jadi pengisi dapur kos-kosan kau saja. "

"Itu lah, bang. kenapa dulu kau tak belikan kompor gas saja. Kaulah yang lebih tau perkembangan jaman."

"Siapa bilang? Aku pikir rakyat masih gemar pakai kompor minyak. Memangnya rakyat lebih sanggup beli gas daripada minyak??"

"Wah wah wah. Abang lupanya terlalu sibuk kerja. Sekali-kali dengarlah berita, lihat TV, baca koran. Ada subsidi terhadap rumah tangga, makanya rakyat mulai beralih ke kompor gas."

"Lalu, kenapa kau tak beli saja?"

"Bang, abang lupa yah. Status aku sebagai anak kos. Mana pula dapat jatah subsidi!"



"Ah ya. benar juga kau. Yah sudahlah, bersabarlah. Dalam sebulan insyaAllah kau sudah bisa menyesuaikan lidah."

"Apapula menyesuaikan lidah. Bagaimana nasib kompor, panci, wajan dan segenap perlaatan masak yang telanjur aku bawa. Berat bang bawanya dulu. Berattt!"

"Yah, tunggulah sampai kau bisa menemukan minyak! Apa kau pikir dia bisa jadi barang langka yang harus dilindungi eh, susah dicari?"

"Walah, bang! sampai kapan aku harus makan di luar. Bisa tekor, bang!"

Putrasiwi hanya tertegun. Nasib kompor minyak di sebuah kos-kosan. Dia hanya tergolek tanpa bahan bakar. Adek bontot memutar akal untuk mendapat kompor gas dengan harga miring supaya dapur kos-kosan bisa mengepul. Setidaknya dia tak perlu membuang duit kecil untuk makan di luar. Putrasiwi masih heran, kenapa pula harga minyak makin melangit. Kenapa pula ada pengalihan prioritas bahan bakar dari minyak ke gas sebelum seluruh lapisan masyarakat siap pakai gas. Kakanda pembayun hanya berdoa supaya adek bontot bisa segera mengepulkan dapur kos-kpsannya. Putrasiwi berharap agar adek bontot dapat kompor gas murah dan kehidupan kuliah di kota barunya lancar. Lalu, apa harapan adek bontot yah?



ReAD MoRE・・・

Monday, 18 August 2008

Pulau Tanpa Kombini



Sebuah pulau tanpa kombini. Di sana saya melabuhkan diri selama dua hari. Menjejakkan jemari dengan pasir, melelehkan ubur-ubur dengan mentari, menyejukkan diri dengan angin dan ombak. Sebuah pulau tanpa kombini, antara Honshu dan Shikoku.



ReAD MoRE・・・