Thursday, 28 August 2008

Tokyo di Akhir Agustus

Menyelenggarakan kegiatan besar ternyata tidak bisa didadak. Perlu berbagai persiapan dan pertimbangan yang matang supaya panita tidak kocar-kacir, peserta tidak meresa dipecundangi dan acara berlangsung tanpa perlu pemuluran waktu. Terutama yang terakhir. Pemuluran waktu. Awal pekan ini saya ikut sebuah pertemuan yang melibatkan pejabat kedutaan, para profesor, dosen, pimpinan organisasi masyarakat hingga mahasiswa, pekerja dan anak-anak.

Cuaca akhir Agustus di Jepang kurang ramah. Angin besar sering bertiup dan tahun ini langit akhir Agustus digelayuti awan hitam yang menumpahkan hujan. Bara musim panas mendadak sirna digantikan kesejukan. Bahkan dingin, karena kereta-kereta itu masih menyalakan AC dalam tiap gerbongnya.

Cuaca. Ya. Panitia kegiatan harus memikirkan faktor ini dalam perencanaan. Kegiatan outdor bisa diganti, namun kereta antar kota yang berhenti beroperasi akan menjadi masalah. Apalagi shinkansen juga tidak akan meluncur dalam cuaca buruk. Awal pekan ini telah terjadi antrian panjang di gerbang masuk shinkansen karena delay dan cancel. Masih ditambah ada saja orang yang mengakhiri hidupnya dengan menubrukkan diri dengan kereta. Ya, setidaknya hari itu saya harus menunggu dalam kereta yang berhenti sampai potongan tubuh mereka dibersihkan dari rel dan urusan dengan polisi dibereskan. Garis-garis air masih menghujam dari atas. Langit kelabu. Petugas kereta masih melaporkan progres yang terjadi, meminta maaf atas ketidaknyamanan yang sebenarnya bukan menjadi tanggung jawab mereka.



No comments: