Sabtu kemarin adalah peringatan 69 tahun Nagoya University, sekaligus perayaan atas diraihnya 2 buah Nobel oleh alumnusnya. Dalam kuliah bulan ini nama
shimomura sensei jadi sering disebut, bahkan salah seorang Prof ku turut memberikan tugas untuk mencari artikel seputar penemuan yang kini begitu bermanfaat tidak hanya dalam dunia kimia saja, tapi juga kedokteran. Tapi aku tidak perlu repot mencari karena koran berhasa Inggris maupun Jepang yang terbit minggu lalu menuliskan banyak info yang aku perlukan. Ternyata oh ternyata, orang Jepang sendiri tidak tahu kalau penemu protein berpendar hijau yang sudah diaplikasikan untuk membuat sel abnormal bisa "dilihat" dengan mata telanjang adalah seorang Jepang.
Satu hal lagi yang tidak banyak diketahui orang adalah Shimomura sensei sebenarnya korban profesornya. Kok? Jadi ceritanya, profesornya sebenarnya baik hati, sehingga tema yang susah tidak diberikan kepada mahasiswa master maupun doktor yang ada di lab waktu itu. Kenapa? Kalau temanya susah, bisa-bisa mahasiswa didiknya tidak lulus tepat waktu. Akhirnya Shimomura yang waktu itu baru datang dari kampung dan belum masuk program, diberikan tema tentang protein itu. Dan Berhasil! Padahal banyak ahli dari berbagai belahan bumi sudah mengerahkan segenap biaya dan kemampuan untuk mengetahui wujud dan mekanisme perpendaran hijau dari protein itu namun gagal. Satu lagi kisah sukses yang tidak direncanakan manusia terkuak.
Pada hari yang sama, saya merencanakan untuk turut mendengarkan kuliah dari orang-orang yang dianggap pintar dan ahli tentang energi, masa depan bumi dan lingkungan. Sayangnya saya menjadi contoh kisah gagal dari yang direncanakan. Ceritanya begini...
Hari Sabtu, 18 oktober 2008, ada sebuah bazar khusus mahasiswa asing. Bazar yang diselenggarakan di International Residence Nagoya University (IR) ini sudah diincar banyak orang hingga ada yang rela mengantri sejak pukul 5 pagi padahal bazar baru dimulai jam 9.30. Nah, karena sudah beredar isu bahwa perebutan barang berlangsung sengit, saya pun menginap di kamar salah seorang penghuni IR supaya tidak perlu buru-buru berdesakan dalam kereta pagi. Tujuannya supaya saya dapat kasur baru tapi murah, karena benda ini termasuk barang pokok selain elektronik primer macam kulkas, mesin cuci atau ricecooker yang sudah ada di kamar sekarang.
Sayangnya, kami bangun kesiangan. Urutan antrian saya lebih cepat kalau dihitung dari belakang. Sudah bisa diduga, tak ada kasur yang tersisa. Saya hanya bisa merencanakan pembelian kasur baru di supermarket sahaja. Hikmahnya, untuk berebut dalam bazar antar orang asing di jepang, perlu niat kuat bangun pagi, kesabaran mengantri, kejelian mata mencari barang bagus, kecepatan tangan, dan keganasan untuk tega berebut. Saya belajar dari seorang bapak-bapak yang sukses mengambil apa saja yang tersisa barang-barang tanpa berpikir akan dipakai/tidak, berlebihan/tidak. Prinsipnya: Gila Untung dan Ogah Rugi.
Hawa musim pun semakin banyak membawa dingin... *huaching* Belum ada karpet pemanas dan selimut tambahan. Acara perebutan barang bazar berakhir setelah lewat tengah hari. Artinya jadwal kuliah yang ingin saya dengarkan sudah berakhir. Ditambah tidak memperoleh barang yang ditargetkan, badan capek, perut lapar, saya kehilangan nafsu mendengarkan kuliah lain yang dijadwalkan sore hari. Ingin main badminton saja, biar puas sekalian capeknya. Nahhh, soal inipun telinga saya terlambat mendengar kabar, kalau seorang bapak senior dan adek junior saya tengah asyick memukul shuttle di gedung olahraga. +_+ Rencana tinggal rencana...
ReAD MoRE・・・