Sunday, 15 May 2011

Daya Beli

Adik saya mendadak panik karena nilai dirham melewati angka 50 ribu rupiah bulan ini. Artinya, biaya kostnya di Yogya bakal naik sekian persen dari pembayaran sebelumnya. Bila dipikir, rentan sekali alat tukar kegiatan ekonomi yang kita sebut dengan uang itu. Nilainya berubah setiap waktu, berdampak pada daya beli pemegangnya.

Daya beli? Saya sedang berpikir tentang daya beli. Modalnya diberi oleh Sang pemberi Hidup. Namanya waktu, satuannya detik, menit, jam, hari, pekan, minggu, windu, bulan, tahun, abad, milenium, atau apalah manusia menyebutnya. Bila waktu itu dihitung dalam yen, gaji rata-rata parttimer di Nagoya adalah 880 yen/jam, artinya 15 yen masuk ke kantung setiap menit anda bekerja. Lima belas yen, sama dengan sekitar seribu lima ratus rupiah. Perlu diingat bahwa kita tidak bekerja dalam 24 jam, anggap saja kita bekerja 8 jam/hari, artinya bila kita bekerja setiap hari selama 8 jam selama 60 tahun, yen yang masuk ke kantung adalah 126,720,000.

Apakah seumur hidup kita akan bernilai sebesar nominal itu? 127 juta yen, 12, 7 Milyar rupiah?


Tulisan di atas hanyalah perhitungan sederhana bila nilai waktu kita 15 yen per menit. Nilai waktu kita yang sesungguhnya, ada di pikiran kita untuk mengaturnya. Setiap menit dalam 24 jam sehari milainya akan bervariasi tergantung cara kita menukarnya. Apakah kita menggadaikan waktu itu untuk tidur? Apakah kita menghabiskannya untuk bersenda-gurau? Apakah kita membelanjakan waktu kita sebagian besar di kampus?

Betapa beruntungnya kita, setiap hari modal kita kembali. Nominalnya masih tetap sama, 24 jam, dan kita diberi kebebasan untuk membelanjakannya. Sebagian kita tukar dengan uang melalui pekerjaan. Sebagian lagi kita tukar dengan ilmu saat kita belajar. Sebagian yang lain nilainya merugi karena dosa yang kita perbuat. Setiap kita mendapat jatah yang sama setiap hari, tergantung cara kita menggunakannya.

Lalu berapakah total nilai waktu kita? Allah Yang Maha Teliti perhitungannya terus memberikan nilai dengan adil sebagai balasan terhadap cara pemanfaatan modal yang 'dipinjamkan-Nya'. Modal yang nilai per-harinya stabil, terus menumpuk hingga kontrak kita di dunia berakhir. Waktu adalah sumber daya yang tidak terbaharui. Kita tak pernah tahu kapan dia tak bisa lagi dipergunakan. Daya beli kita setelah hari kebangkitan kelak kuncinya ada di pemanfaatan sumber saya ini.

Jadi?


No comments: