Nakajima Miyuki menyenandungkan manusia terlalu memandangi bintang yang ada di langit sehingga melupakan gemintang di bumi.
Saya coba mencari gemintang yang di bumi dengan bantuan satelit. Akhirnya dapatlah potret rupa bumi dengan gemintang di sana-sini: nighttime light. Bila dipandangi dari ruang angkasa, cahaya-cahaya artifisial yang menunjukkan aktivitas manusia inilah yang seolah nampak sebagai bintang di permukaan bumi. *Ahaha, saya hanya mengulas syairnya secara literal*.
*photo of Aegan sea at night, taken from onorbit.com*
Namun kalau dipikir, tak ada salahnya bila bintang-bintang di permukaan bumi ini dikaji lebih lanjut. Sebagai petunjuk arah? yah, bisa jadi, bukan arah mata angin melainkan arah kebijakan yang diperoleh dari analisa aktivitas manusia hingga memunculkan bintang-bintang di permukaan bumi. Energi. Isu ini akhirnya harus dimunculkan di sini. Iseng saya memasukkan 2 keyword ini ke Oom Google dan muncullah sebuah nama yang sudah menulsi jurnal terkait dengan bintang di bumi dan energi. Orang UK ini dapat beasiswa JSPS pula! Di Tokyo pulaa!! Mumupung secara fisik, jarak nagoya-Tokyo tak sampai 2 jam dengan Shinkansen, bagaimana kalu mengajukan permohonan diskusi secara langsung? Heh? Khan gak kenal.... Err, korespondensi saja kah.
Bicara soal energi, setelah gempa dan tsunami melanda Jepang 11 maret 2011 dan membuat isu PLTN Fukushima naik ke permukaan, orang Jepang mulai mengkaji soal sumber energi terbaharui. Seorang teman Jerman saya muak dan trauma dengan tragedi Chernobyl sehingga dalam kunjungan ke sebuah PLTN di Fukui, tak hentinya dia mengatakan bahwa tak ada yang benar-benar aman soal nuklir. Hmm... bisa jadi, karena kecelakaan mungkin saja terjadi. Dalam berita NHK jam 21:00 hari ini, juga dibahas kemungkinan implementasi sumber energi domestik : angin, air, panas bumi, tujuannya agar tidak lagi tergantung dengan minyak bumi dan batu bara yang harus di datangkan dari luar negeri.
Saya sendiri merasa kurang puas menguras ilmu soal energi terbaharui ini meskipun sudah dibela-belain ke Jerman dengan segala proposal meminta kucuran dana kampus tahun lalu :-( Eh, ternyata ada kesempatan kedua, kali ini ada seorang CEO Perusahaan Amerika yang datang ke Nagoya University, presentasi tentang Renewable Energi. Catat! 21 Juni 2011 16:00-17:30 di ES Building, Hallroom. Waktu kuliah dulu dia menulis soal implementasi sumber energi terbaharui di India, jadi saya ingin bertanya kasus Indonesia yang punya garis pantai terpanjang di duniaaaaaA.
*Tapi deuh, baru ingat tanggal itu saya harus naik pesawat ke Tokyo jam 8 pagi. Hiks.*
Pikiran saya meloncat lagi, gara-gara menulis batu bara dan minyak bumi. Lah, listrik kita pun kebanyakan dari dua sumber ini bukan? kalau kasus di Urumqi, China sana, batu bara masih tetapt dipakai karena jumlahnya melimpah, harganya murah. Tenaga angin juga dimanfaatkan, namun belum maksimal. Tenaga Surya? Well, harusnya bisa dimanfaatkan karena suhu di sana bisa mencapai 50 derajat Celcius. Sayangnya fakta ini harus disimpan rapat-rapat, karena pemerintah harus mebayar uang extra buat pekerja bila suhu udara melewati 48 derajat Celcius. Seorang saksi hidup, kawan saya, muslim urumqi mengatakan kalau kita meletakkan telur di luar rumah waktu siang hari, telurnya matang terpanggang. *rasanya gimana yah? kayak telur rebus?*
Kembali memandangi langit, waktu subuh masih sekitar satu jam lagi...
Dan, ah, yah. Kunjungan ke Brother earth!! Kapan ada waktu yah....