Friday, 9 September 2011

lapar Mata


Lapar mata, karena ternyata saya sudah lama tidak membaca. Momen yang tepat saat saya hendak mudik banyak resensi buku yang membuat budget harus dikotak-kotak lagi supaya ada sisa uang untuk membeli buku-buku berikut :

1. 99 Cahaya di Langit Eropa.
*Jeder!!* Keduluan. Sebagai efek samping research saya ke Jerman tahun lalu, menulis tentang jejak kejayaan islam di Eropa sudah diniatkan sejak sebelum naik pesawat dari Jepang. Keinginan menghasilkan 'karya lain' selain laporan tertulis ke universitas sebenarnya menjadi motivasi saat menulis proposal reserach (baca: minta dana :-P ) ke kampus...Ingin membaca buku ini lalu siapa tahu bisa menambahkan poin-poin yang belum tersampaikan yang terjaring dalam pengetahuan saya. *Tapi kapan yah nulisnya? hiks...*

Berikut resensinya [di tulis oleh Mbak Dee (Rahmadiyanti)] :

Judul: 99 Cahaya di Langit Eropa
Penulis: Hanum Salsabiela Rais, Rangga Almahendra
Penerbit: Gramedia, 2011
Tebal: 424 hlm

Dalam lintasan sejarah, selalu ada sekelompok manusia yang merasa lebih baik, lebih unggul, lebih superior dari manusia lain, yang kemudian melahirkan istilah rasisme. Rasisme juga yang jadi salah satu faktor pendorong diskriminasi, kekerasan sosial, bahkan yang lebih parah: genosida--pembantaian/pemusnahan sebuah kelompok/suku bangsa oleh kelompok lain. Sebut misalnya yang dilakukan Julius Caesar terhadap bangsa Helvetia. Bangsa Anglo Saxon terhadap suku Keltik. Nazi terhadap kaum Yahudi dan Slavia. Khmer Merah terhadap rakyat Kamboja. Hingga pembantaian bangsa Bosnia oleh Serbia dan suku Hutu terhadap Tutsi,di Afrika.

Tanpa bermaksud menafikan rasisme yang juga banyak terjadi pada agama lain, sepertinya abad ini Islam (dan kaum muslim) menjadi sorotan utama dan dalam banyak kasus mengalami berbagai diskriminasi. Peristiwa 911 (tampaknya kejadian ini harus selalu disebut) seperti menjadi faktor penguat Islam vis a vis Barat (baca Amerika dan Eropa). Meski kecurigaan-kecurigaan selalu ada di kedua belah pihak, banyak pihak berusaha mengubah stigma "berhadap-hadapan" tersebut, menjadi stigma "saling menguatkan" (kutipan endorsement Anies Baswedan). Salah satunya buku ini.

Bertutur gaya fiksi, dengan bernas--dan dalam banyak sisi menguras emosi--penulis menyampaikan jejak dan pertautan Islam dengan Eropa melalui perjalanannya menapaki beberapa kota di Eropa, antara lain; Wina, Paris, Cordoba, Granada, dan Istanbul. Sekali duduk saja saya membaca buku setebal hampir 400 halaman ini. Penuturan penulis sangat lancar, tak bergenit diksi, tapi tetap meninggalkan rasa sastra yang cukup dalam. Pesan-pesan bertaburan, tapi tersampaikan dengan cantik. Tentang peradaban Islam yang (pernah) memukau, tentang keagungan tokoh-tokoh muslim masa lalu--sekaligus kesalahan besar yang pernah dilakukan, juga tentang "kekalahan" kaum muslim.

Melalui tokoh Fatma misalnya, penulis menyampaikan pesan dakwah yang cantik, membalas perlakukan buruk non muslim dengan kebaikan. Jujur saya iri dengan Fatma, muslimah "biasa" imigran dari Turki yang dengan cerdas menjadi agen Islam.

Melalui tokoh Marion, kita diajak menelusuri "rahasia-rahasia" yang mungkin tak banyak kita ketahui dari Museum Louvre dan Arc de Triomphe yang berkenaan dengan Islam.

Melalui Der Wiener Deewan, sebuah restoran berkonsep All you can eat, pay as wish di Wina, kita diajak menyelami makna ikhlas.

Dan masih banyak keping-keping perjalanan penulis yang akan menyadarkan kita, betapa Islam begitu mulia, begitu agung, tapi seringkali umatnya lah yang membuat jelek imej Islam. Seperti kisah Kara Mustafa Pasha, yang disampaikan dengan begitu menyayat hati.

Setelah Selimut Debu dan Garis Batas, buku ini adalah buku traveling tak biasa yang saya suka. Semoga lekas hadir buku berikutnya dari penulis :)



2. 101 Info tentang Ilmuwan Muslim
[Siap-siap kalau ntar diamanahi anak-anak :-P ]
Penulis : Ridwan Abqari
Penerbit : DAR! Mizan
Tebal : 68 hal (tipis euy.... )
lmuwan-ilmuwan muslim yang terangkum di dalam buku ini mungkin sebagian sudah sering kita baca di berbagai sumber. Tapi merangkum dan membukukannya dengan simpel, menarik, dan mudah mengerti oleh anak-anak, menurut saya tak mudah. Buku ini berhasil mengumpulkan informasi tersebut dan mengolahnya dengan baik. Bagus banget buat orangtua untuk menambah wawasan dan memotivasi anak. Pesan lain yang juga penting, betapa sebagian besar ilmuwan muslim adalah manusia-manusia multi-talent dan lintas-ilmu. Ya ahli ilmu alam, ya filsuf, ya jago bikin syair indah.


3. HEBATNYA BUNDAKU (Dewi Mulyani) - DAR! Mizan, 2011.

Kumpulan kisah tentang ibunda para sahabat Nabi dan tokoh Islam seperti imam mahzab, dalam mendidik anak. Ada beberapa kisah yang sudah banyak diangkat, tapi sebenarnya kisah seperti ini, dibaca berulang kali pun akan selalu meninggalkan hikmah.

4. The BEST ADVICES OF SAYYIDINA ALI FOR LEADER - GIP, 2009, 58 hlm.
Buku kecil-tipis tapi isinya dahsyat. Surat Ali bin Abi Thalib, r.a, yang kala itu menjadi khalifah, kepada gubernur Mesir, Malik bin Harits Al Asytar. Berisi prinsip-prinsip dasar mengatur negara yang jika saja benar-benar diterapkan pada masa itu (juga masa kini), tak perlu diragukan betapa akan tercipta sebuah negara madani dengan pemimpin yang mumpuni. Dari pesan mengayomi rakyat, memilih staf pemerintah, angkatan bersenjata, hingga soal pajak dan penimbunan barang. Saya membayangkan pemimpin-pemimpin sekarang ketika dilantik juga disodorkan "mou" seperti ini :)


Dicukupkan dulu kana... setelah beli dan baca insyaAllah akan bikin resensi versi sendiri ^_^
(packing-packing-packing-packing-packing laaageeeeeeeeee)


No comments: