Setelah dipindahtugaskan ke Jakarta, banyak disarankan oleh para pendahulu untuk memilih tempat tinggal yang dekat dengan akses kereta. OK lah. Lokasi kantor juga cuman 5 menit pakai ojeg dari Palmerah. Waktu tempuh dari Rawabuntu sekitar 30 menit, sehingga total waktu tempuh dari pintu rumah ke kursi kantor sekitar 50 menit. Cukup ideal bagi saya yang menstandarkan waktu perjalanan rumah-kantor harus kurang dari 1 jam.
Kereta KRL Serpong-Tanah Abang cukup nyaman dengan ongkos 8000 rupiah sekali jalan. Tarif yang masih lumayan murah meskipun harus disambung dengan bus/ojeg menuju kantor. Alternatif lain adalah dengan menggunakan bus Trans BSD yang melewati ratu plaza-FX-Plasa senayan, bisa langsung turun di depan gedung kantor. Hanya saja dengan bertambah padatnya mobil di jalanan, waktu tempuh bus trans BSD ini bisa sampai 2-3 jam. +_+. Hanya saat saya ingin tidur selama perjalanan, saya pakai bus, selebihnya kereta masih menjadi pilihan.
Seiring dengan naiknya harga premium setelah subsidinya dicabut, tarif progresif KRL pun diberlakukan. Biayanya jadi lebih murah. Dulu saya harus emngeluarkan 8 ribu sekali jalan, sekarang hanya 2 ribu saja.
Masalahnya adalah, pengguna KRL jadi meningkat tajam. Sekitar bulan Mei,saya masih bisa kebagian kursi saat naik KRL dari stasiun rawabuntu jam 07.42. Sekarang? Buat masuk aja susah!
Akhirnya saya memutuskan berangkat lebih pagi, naik kereta pukul 07.19. Hasilnya? sama saja! Harus berdesakan untuk masuk ke dalam gerbong. karena orang-orang ydari beberapa staisun menuju jakarta memaksa naik (Sudimara, Jurang Mangu, Pondok Ranji), pintu kereta tidak bisa ditutup. Akibatnya? Jadwal keberangkatan kereta terlambat!
Efeknya lagi, saya terlambat masuk kantor. Padahal biasanya dengan naik kereta 07.42 saya bisa sampai di kantor pukul 8.20. Sekarang dengan naik kereta pukul 07.19 (yang kadang terlambat), saya sampai kantor jam 08.15.
Kesimpulannya, sekarang ini harus berangkat lebih pagi untuk berangkat kerja. Biasanya kereta pada jam berangkat kerja sudah fully occupied di stasiun Sudimara. Calon penumpang dari Jurang Mangu atau Pondok Ranji harus berjuang extra keras untuk mendorong massa masuk lebih dalam ke gerbong atau menunggu kereta selanjutnya. Alternatif lainnya, saya naik dulu kereta ke stasiun serpong yang akan berangkat kembali menuju Tanah Abang.
*ternyata banyak juga yang naik dari rawabuntu/Sudimara ke Serpong untuk kembali lagi menuju Jakarta, kemungkinan untuk bisa duduk lebih banyak. Tetap perlu dicatat bahwa turun di kebayoran/Palmerah, tenaga extra masih tetap diperlukan untuk menembus pagar manusia. Duduk-berdiri-goyang badan, menyelinap-melompat turun-antri keluar gate.
Karena banyaknya jumlah penumpang yang diangkut, 2 hari yang lalu kaca/plastik di pintu kereta melengkung sehingga pintu kereta tidak bisa menutup. pada kesempatan lain, ada gerbong yang pintunya bolong. Saya yang senang berdiri dekat pintu -supaya gampang turun- jadi agak syerem kalau-kalau saat kereta berjalan dengan adanya pergerakan masa sekian ratus kilogram yang menekan pintu, kacanya bisa jebol... *sudah mengalami sendiri*
Belum ditambah isu adanya copet yang turut menumpang kereta, terustama untuk rangkaian yang hanya 6 gerbong. waspadalah! Beberapa pengguna KRL banyak yang menyesalkan penurunan kualitas ber-KRL menuju Jakarta semenjak diberlakukannya tarif progresif. Ibu hamil, manula dan anak kecil kurang direkomendasikan naik KRL saat jam berangkat/pulang kerja. gerbong wanita pernah dikatakan tetap kurang nyaman buat ibu hamil/bawa anak kecil/orang tua, sesama wanita terkadang lebih tega ya....
No comments:
Post a Comment