Kamis ini hujan. Sama dengan minggu lalu. Saya hampir tertipu karena melihat mentari pagi ketika memalingkan muka ke jendela setelah sibuk mencari data sejak lepas subuh. Setelah menutup laptop, saya melihat dengan lebih jelas kalau jalanan sudah basah dan garis-garis air masih berjatuhan menghantam bumi. Tapi saya tidak protes, guyuran air langit ini menyejukkan hawa musim semi yang terlalu cepat terasa panas tahun ini.
Saya mulai terbiasa berdesakan di subway saat berangkat ke kampus. Tiga hari dalam seminggu saya harus ikut kuliah di jam pertama yang mulai pukul 8:50, artinya saya harus keluar dari kamar sekitar satu jam sebelumnya agar leluasa berjalan santai dan terbebas dari kata buru-buru.
Hari ini pun sama dengan Kamis sebelumnya, saya harus menerobos pagar manusia saat hendak keluar kereta. Saya sudah memposisikan diri dekat pintu keluar, namun jarak sekian centi itu harus ditempuh lebih lama dari biasanya. Tapi saya masih bersyukur karena saya hanya sampai pada level berdesakan. Pada jam yang sama saya berangkat ke tempat parttime waktu di Tokyo, saya tergencet dan tidak bisa bergerak. Kalau di pinggir badan saya akan tertempel pada pintu kereta, kalau di tengah, saya harus menghadapkan wajah ke atas untuk bernafas.
Saat orang-orang keluar, maka saya akan terseret arus meski stasiun itu bukan tujuan. Wahaha... kalau ingat kereta api di negeri sendiri. Orang bisa naik turun sesuka hati, naik di atap gerbong juga bisa. Oh iyah, ada juga saat berdesakan, saat harus lebih waspada karena barang berharga bisa jadi pindah tempat.
Menjelang maghrib. Hujan masih turun namun tinggal gerimis. Lampu jalanan mulai menyala, angin sejuk berhembus. Tiba-tiba saja saya ingin melihat pantai. Entah kenapa laut tak terlihat dari lantai 8 gedung ini, padahal tak sampai 30 menit kalau pergi dengan mengayuh sepeda. Aha, kenapa tak bersepeda ria saja akhir pekan besok?
No comments:
Post a Comment