Ceritanya saya tidak langsung beradaptasi dengan kondisi di Hongkong. Tapi saya cukup beruntung karena mudah sekali menemukan lawan bicara berbahasa jawa/Indonesia. Sungguh! Di hari libur orang-orang Indonesia berserakan di pusat-pusat keramaian, perempatan, dan tentu saja bisa dipastikan anda bisa menjumpai para pejuang devisa di sekitar Islamic Center di Kowloon. Berkat merekalah saya bisa menemukan masjid Wanchai, setelah nekad berangkat berbekal peta dan beberapa dolar Hongkong dalam dompet.
Saya bersyukur sekali menemukan suasana yang begitu mengindonesia di Hongkong. Teriakan menjajakan gorengan, pecel, bakso, soto, nasi campur, sampai kartu telepon membahana sepanjang trotoar di Nathan Road. Kebanyakan mereka menyangka bahwa saya sedang berkunjung dalam rangka lawatan bisnis. Hihi. Tapi setelah saya cerita, eh, saya malah dijamu dengan bakso, teh hangat, lalu dipandu menyusuri lorong kereta bawah tanah plus bonus tiket dari Wan Chai sampai stasiun terdejat ke hotel tempat saya menginap. Alhamdulillah. Rasa persaudaraan sebangsa seagama itu begitu indah!
*to be continued*
No comments:
Post a Comment