Kali ini tulisan tentang suasana kerja partime saya. Ceritanya saya diterima kerja di sebuah restoran Itali. Lebih tepat:family resto yang menyediakan menu Itali. Seminggu sete;ah wawancara, saya mendapat telepon yang menyatakan bahwa saya boleh bekerja. Proses berlanjut. Tanda tangan kontrak kerja paruh waktu disusul dengan pelatihan kilat menguasai medan tempur dapur. Yup. saya memilih menjadi koki daripada jadi pelayan.
Minggu pertama adalah masa penyesuaian. Saya harus menghafal nama bahan-bahan untuk masakan. Selanjutnya adalah menghafal nama + posisi penyimpanan + posisi peletakan alat, resep masakan dan tentu saja cara menghidupkan dapur karena saya dipercaya untuk jadi TOP. Orang yang bertugas membuka restoran di pagi hari. Yah, restoran ini buka mulai jam 7 pagi. Tugas saya adalah mempersiapkan opening sejak pukul 6: menyalakan lampu, membuka jalur gas, memasakan oven, penggorengan, mencuci alat+piring+gelas (oopss ini pakai mesin sih), memanaskan sup, menyiapkan salad, roti dan telur untuk menu pagi. Fyuhh. Bukan pekerjaan yang ringan.
Minggu kedua mulai coba-coba. Masakan gosong!! Apinya terlalu besar! Cara potong tidak sesuai manual!! Kurang asin! Lambat!! Membuat masakan jangan lewat dari 5 menit!! Belum hapal tempat dimana harus menaruh alat-alat +_+ Gyaaa~~
Minggu ketiga mulai terbiasa. Yosh. Masakan untuk stand by menu siang tidak gosong. Sudah bisa mengatur strategi besar kecilnya api sehingga masakan tidak perlu ditunggui. Posisi peletakan alat-alat pun OK. Kecepatan menyelesaikan order UP! Up!
Minggu keempat mulai menikmati. Alhamdulillah rekan kerja dan kepala restoran orangnya baik. Pengaturan jadwal kerja saya disesuikan dengan kesibukan kuliah. Tentu saja karena saya mengorbankan waktu efektif di pagi hari demi menjemput rejeki! Perhatian dari orang-orang di tempat kerja ini bikin betah. Terus terang saya suka karakter kepala restoran. Dia tidak pernah memarahi secara langsung kalau saya berbuat salah. Dengan caranya sendiri dia bisa membuat saya paham kesalahan, lalu diajari cara plus solusi yang benar. Pertanyaan yang terdengar sepele soal perkuliahan dan kesibukan justru terasa alami sebagai kedekatan. Wuihihihi. Dannn tentu saja karena saya dapet potongan 75% untuk sekali makan di restoran ini, kepala restoran tahu menu-menu mana yang boleh dimakan dan mana yang tidak untuk memastikan kepuasan saya sebagai pelanggan. Eh.... kenyamanan saya bekerja tanpa terancam kelaparan karena tak ada menu yang bisa dimakan.
Minggu pertama adalah masa penyesuaian. Saya harus menghafal nama bahan-bahan untuk masakan. Selanjutnya adalah menghafal nama + posisi penyimpanan + posisi peletakan alat, resep masakan dan tentu saja cara menghidupkan dapur karena saya dipercaya untuk jadi TOP. Orang yang bertugas membuka restoran di pagi hari. Yah, restoran ini buka mulai jam 7 pagi. Tugas saya adalah mempersiapkan opening sejak pukul 6: menyalakan lampu, membuka jalur gas, memasakan oven, penggorengan, mencuci alat+piring+gelas (oopss ini pakai mesin sih), memanaskan sup, menyiapkan salad, roti dan telur untuk menu pagi. Fyuhh. Bukan pekerjaan yang ringan.
Minggu kedua mulai coba-coba. Masakan gosong!! Apinya terlalu besar! Cara potong tidak sesuai manual!! Kurang asin! Lambat!! Membuat masakan jangan lewat dari 5 menit!! Belum hapal tempat dimana harus menaruh alat-alat +_+ Gyaaa~~
Minggu ketiga mulai terbiasa. Yosh. Masakan untuk stand by menu siang tidak gosong. Sudah bisa mengatur strategi besar kecilnya api sehingga masakan tidak perlu ditunggui. Posisi peletakan alat-alat pun OK. Kecepatan menyelesaikan order UP! Up!
Minggu keempat mulai menikmati. Alhamdulillah rekan kerja dan kepala restoran orangnya baik. Pengaturan jadwal kerja saya disesuikan dengan kesibukan kuliah. Tentu saja karena saya mengorbankan waktu efektif di pagi hari demi menjemput rejeki! Perhatian dari orang-orang di tempat kerja ini bikin betah. Terus terang saya suka karakter kepala restoran. Dia tidak pernah memarahi secara langsung kalau saya berbuat salah. Dengan caranya sendiri dia bisa membuat saya paham kesalahan, lalu diajari cara plus solusi yang benar. Pertanyaan yang terdengar sepele soal perkuliahan dan kesibukan justru terasa alami sebagai kedekatan. Wuihihihi. Dannn tentu saja karena saya dapet potongan 75% untuk sekali makan di restoran ini, kepala restoran tahu menu-menu mana yang boleh dimakan dan mana yang tidak untuk memastikan kepuasan saya sebagai pelanggan. Eh.... kenyamanan saya bekerja tanpa terancam kelaparan karena tak ada menu yang bisa dimakan.
No comments:
Post a Comment