Friday, 22 May 2009

Flu Babi di Jepang

Yth, Warga Indonesia di Jepang

KBRI Tokyo menghimbau warga masyarakat Indonesia yang berada di Jepang sehubungan dengan sedang merebaknya flu jenis baru (H1N1) di beberapa wilayah di Jepang, bersama ini disampaikan informasi yang bisa membantu untuk memahami jenis penyakit ini sehingga bisa terhindar dari bahaya penularannya.

Apa Gejala dari penyakit Flu jenis ini ?

Sebagaimana halnya flu, penderita akan mengalami demam,batuk-batuk, sakit kepala, nyeri persendian dan otot, sakit tenggorokan dan hidung tersumbat dan kadang disertai dengan mual-mual dan diare.

Bagaimana Melindungi Diri dari Penularan ?

Pola penularan dari virus ini adalah sama halnya dengan flu yang menyerang saat pergantian musim, melalui cairan yang dikeluarkan saat melakukan percakapan, bersin maupun batuk. Penularan dapat dilakukan dengan menghindari melakukan hubungan jarak dekat dengan orang yang memiliki gejala serupa dengan penderita flu (paling dekat 1 meter) serta melakukan kegiatan sebagai berikut:

1. Hindari untuk menyentuh bagian mulut serta hidung;
2. Bersihkan tangan secra menyeluruh dengan sabun dan air atau bersihkan dengan alkohol secara teratur (terutama sehabis menyentuh bagian mulut dan hidung serta benda-benda yang berpotensi menularkan virus);
3. Hindari hubungan jarak dekat dengan orang-orang yang mungkin menderita sakit;
4. Kurangi interaksi di lingkungan yang padat tempat orang lalu-lalang;
5. Perbanyak sirkulasi udara di ruangan dengan membuka jendela;
6. menerapkan pola hidup sehat termasuk tidur yang cukup, mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi dan tetap menjaga fisik selalu aktif.

Bagaimana seseorang mengetahui telah terkena virus H1N1 ?

Untuk membedakan antara flu biasa dengan flu H1N1 adalah sulit tanpa bantuan medis. Gejala yang dimiliki hampir sama. Hanya ahli medis dan pejabat kesehatan setempat yang bisa mengidentifikasi. Pada beberapa kasus mereka yang baru saja mengunjungi daerah-daerah yang banyak terdapat penderita virus ini (tidak melampaui jangka waktu 10 hari antara waktu kembali dengan mengalami gejala flu dimaksud) atau menderita panas tinggi sampai 38 derajat celsius, diharuskan untuk segera menghubungi pusat layanan konsultasi di masing-masing wilayah tinggalnya.

Apa yang sebaiknya dilakukan apabila Anda memiliki gejala-gejala penyakit tersebut ?
1. Tetap tinggal di rumah dan tidak bepergian ke tempat kerja, sekolah atau kerumunan orang;
2. istirahat dan perbanyak minum;
3. tutup hidung dan mulut ketika bersin dan batuk, apabila menggunakan tisu, agar bekas tisu dapat dibuang secara benar. Segera cuci tangan Anda dengan sabun, air atau dapat juga menggunakan alkohol.
4. Apabila tidak memiliki tisu saat bersin atau batuk, tutup mulut anda sedapat mungkin dengan menggunakan siku;
5. Gunakan masker untuk mencegah terkena cairan saat anda di lingkungan yang ramai orang;
6. beritahu keluarga dan teman-teman untuk memberitahu kondisi anda yang tekena penyakit dan hindari hubungan jarak dekat dengan orang lain;
7. sebelum menuju tempat sarana medis, upayakan untuk terlebih dahulu berkonsultasi dengan ahli kesehatan terdekat untuk mengetahui perlu tidaknya pemeriksaan secara medis.

Apabila seorang Ibu sedang masa menyusui bayi dan mengalami gejala penyakit ini apakah harus berhenti ?

Ibu yang menyusui dan terkena gejala penyakit tidak perlu menghentikan kegiatan terkecuali dianjurkan oleh dokter atau petugas kesehatan. Penelitian mengenai influenza menunjukkan bahwa pemberian ASI aman bagi bayi karena gizi yang diberikan melalui ASI memberikan imunitas dan daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit.

Apa yang harus dilakukan bila Anda perlu perhatian medis ?
1. Apabila memungkinkan, datangi pusat kesehatan dan laporkan gejala yang Anda alami. Jelaskan mengapa Anda merasa mengalami gejala terkena virus H1N1.
2. Gunakan masker saat anda keluar rumah.

KBRI Tokyo


ReAD MoRE・・・

Saturday, 16 May 2009

Tsurumai Hujan

Langit dijejali awan-awan kekenyangan. Penuh titik air, menjelma garis, terjun ke bumi, menggandeng kesejukan. Tsurumai Hujan, membilas tetanaman yang dihijaukan.


Tsurumai Hujan. Gempita segenap isi taman.

Pagi yang tenang. Entah kenapa burung tiada berdendang.
Aku diam. Mata terpejam. Saatnya pendengaran menjamah alam.


ReAD MoRE・・・

Friday, 15 May 2009

定額給付金:Sogokan Belanja!

Ada amplop di mailbox apartemen saya tadi pagi. Ah.. inikah rupanya surat untuk mengurus peneriman uang yang dibagikan gratis ke semua orang itu!! Akhirnya dapat juga setelah desas-desusnya terdengar sejak beberapa bulan lalu.

Intinya, saya bakal mendapat uang sogokan untuk membelanjakan duit di Jepang. Terlepas apakah pembagian uang sebesar 12 ribu yen ke seluruh penduduk (termasuk orang asing) usia produktif akan bisa mengaktifkan geliat ekonomi Jepang atau tidak, saya bersyukur ada tambahan pemasukan. ^_^. Sayangnya kemana uang ini dibelanjakan sudah jelas : biaya perjalanan presentasi saya seminggu lagi!! Tapi masalahnya, saya tidak yakin apakah uang ini akan bisa cair dalam seminggu ke depan. Hikz.


Masih terkait dengan upaya memutar uang, pemerintah juga menetapkan kebijakan tarf jalan toll 1000 yen kemana saja anda pergi asalkan tidak lewat area kota besar pada akhir pekan. Lumayan membantu bagi yang ingin pergi-pergi pakai mobil di hari libur.

Ternyata... jatah beasiswa saya justru naik sekian ribu yen dari periode tahun lalu. Padahal katanya Jepang sedang resesi. Konon ini adalah kebijakan "bagi uang sesuai biaya hidup". Jadi, penerima beasiswa monbusho yang kuliah di kota besar akan menerima nominal yang lebih besar dari mereka yang kuliah di pelosok.

Kembali lagi soal pembagian uang tunai untuk merangsang geliat ekonomi, hanya warga negara asing yang punya KTP Jepang dan sudah berada di Jepang sebelum bulan februari 2009 saja yang dapat jatah.


ReAD MoRE・・・

Monday, 11 May 2009

Memulai Rencana D

Terinspirasi oleh dua orang sahabat, saya akhirnya berani memulai rencana keempat. Huphh! Mumpung masih hangat kecipratan semangat. Sebelumnya saya sudah mencanangkan 5 rencana untuk 2010. Rencana A sedang berjalan, B dan C mulai dipersiapkan, lalu kini rencana D dapat jatah juga untuk mulai diperhatikan. Rencana E adalah pelarian bila terjadi kemungkinan terburuk. Semoga saja tidak perlu dijalankan.


Seperti rencana-rencana sebelumnya, langkah yang saya lakukan adalah :
1. Mengumpulkan informasi.
2. Meyaring, merangkum, menyimpulkan informasi.
3. Menyusun petunjuk yang akan dilakukan.
4. Bergerak! Menjalankan petunjuk yang ada.
5. Menghubungi obyek rencana.
6. Mengirimkan berkas sesuai petunjuk.
7. Mempersiapkan konsekuensi
8. Berdoa, tawakal setelah berusaha maksimal.
9. Terima keputusan.
10. Memilih, bila tersedia beberapa pilihan.
11. Menjalani pilihan yang saya pilih.

Intinya, saya sedang berusaha membuka peluang-peluang baru. Bukankah lebih menyenangkan kalau tersedia beberapa pilihan?

Sebelumnya saya sempat tidak yakin untuk memulai rencana ini. Tapi, melihat seorang sahabat berhasil memperoleh kesempatan sampai dua kali, dan seorang lagi baru saja memastikan kesempatan yang mirip, maka secara sepihak saya menympulkan bahwa saya pun berpeluang untuk memperoleh kesempatan yang sama.

Saya pun punya pendukung besar. Doa orang tua yang mustajab. Semalam saya menelepon rumah, menceritakan rencana ini. Ibunda hanya berkata bahwa beliau hanya bisa menyumbangkan doa. Bagi saya doa saja lebih dari cukup. Bukankah doa dari seorang Ibu untuk anaknya termasuk doa yang tidak tertolak? Setiap keberhasilan yang saya peroleh hingga detik ini, bukan tak mungkin adalah karunia Allah yang turun dari sari-sari doa yang dipanjatkan oleh kedua orang tua.

Maka kali inipun saya mantab melangkah. Saya sedang kehabisan alasan untuk kecil hati. Bismillah!


ReAD MoRE・・・

Friday, 8 May 2009

Buruk Muka after Berkaca

Kenapa kehidupan sekarang terasa begitu berat? Waktu menghimpit, tak ada lagi melalang buana dalam senggang. Itu pertanyaan saya akhir-akhir ini. Pertanyaan yang turut saya bawa ke sebuah rumah yang saya kunjungi.

Wangi teh melati begitu menggoda. Aroma nasi yang ditanak bersama daun salam menyeret selera makan mendekat. Tata cahaya yang menentramkan dan semarak berbagai tanaman hias dalam ruangan selalu menemani kunjungan saya ke kediaman beliau. Ya. Hari ini sekali lagi saya bersilaturahmi ke rumah seseorang yang banyak memberikan pelajaran dalam setiap pertemuan. Pelajaran tentang hidup yang tak selalu manis. Saya sering menemukan pantulan diri dari cermin bening : Kisah muda beliau. Bedanya adalah saya menyimpan keluhan dalam pikiran, terkadang merasa bahwa menjalani keseharian begitu berat. Kenyataannya, setelah saya sedikit curhat tentang beratnya ritme hidup saya, justru saya merasa malu. Selalu berulang begitu. Kehidupan beliau saat seumuran saya jauh lebih berat, namun beliau tidak mengeluh.

Singkat cerita, beliau mengambil S2 di Jakarta. Mulai pagi bekerja sampai pukul 17.00, lanjut dengan kuliah sampai jam 11. Mengulang pelajaran lalu istirahat pukul 1 dinihari. Kegiatan kehidupan dimulai lagi pukul 5 pagi. Sabtu minggu diwarnai berbagai agenda. Siaran radio, MC, hingga menjadi pelantun beberapa jingel iklan TV. Sekarang beliau menjadi seorang GM sebuah perusahaan Nasional yang sukses pengubah pola kerja cabang yang beliau pimpin di Nagoya.
"Ada hasilnya, tapi tidak sekarang..." beliau berkata begitu setelah saya curhat.

Kenyatannya belau sempat masuk rumah sakit karena tipus. Wajar. Dengan ritme hidup yang padat tanpa diimbangi pemenuhan hak tubuh untuk istirahat dan asupan gizi agar tetap sehat.

"Wahh... kalau bisa, pengennya sih bisa bertahan dengan ritme padat tanpa harus kena tipus. Hehehe" ujar saya sekenanya.
"Wah, ya enggaklah. Ini kan Jepang. Kamu tidak perlu banyak mikir soal transportasi yang macet.
"Iya yah... Jakarta macet."
"Betul. Apalagi jarak dari tempat kerja saya ke Salemba lumayan jauh."
"Di kampus tidak ada kantin, Pak?"
"Ada sih. Cuman gak kayak di sini. Kalau kuliah malam dapat makan. Nah, kalau malam masih lapar khan jajan seadanya di pinggiran jalan. Itu kali yang bikin kena tipus..."

Ada hasilnya, tapi tidak sekarang. Satu rasa dengan berbagai pertanyaan dalam diri : Jawaban akan datang, tapi tidak sekarang. Saat itu mungkin saya kan menyadari betapa indahnya skenario Allah yang luar biasa. Marilah berluas hati untuk hal-hal yang terlanjur terjadi dan tak bisa diubah lagi. Mari merencanakan dan memperjuangkan kebaikan untuk masa datang. Jangan putus asa. Jangan lemah hati. Jangan pernah menjauh. Segala sebab akibat yang berkelimpangan akan terasa indah pada saatnya. Jawaban akan datang, tapi tidak sekarang.

Saya mengucap syukur. Buruk muka saya segera terlihat setelah berkaca.


ReAD MoRE・・・

Wednesday, 6 May 2009

Jamak sadja

Hari Ahad lalu, KMI Nagoya mengadakan kajian Golden week mengangkat tema seputar Thaharah dan Sholat. Basi? Tidak juga karena ada beberapa poin baru yang saya dapatkan dalam kajian kali ini. Lagipula, mereview hal yang sudah pernah diketahui juga penting untuk evaluasi dan sarana pengingat.

Salah satunya adalah sholat Jamak. Ternyataaaaaaaaa.... Rasul SAW pernah menjamak 2 sholat tanpa suatu alasan khusus. Kisah yang diungkap Ust. Jaelani Abdussalam hari itu berawal dari pertanyaan peserta seputar sholat dalam perjalanan yang merembet kemana-mana hingga menyentuh masalah sholat jamak. *bagi yang ingin tau kevalidan & kelengakapan kisah ini silakan memburunya sendiri yak*

Jadi secara singkat, kita boleh saja menjamak sholat tanpa suatu alasan khusus. Tapi perlu diingat bahwa kebolehan ini tidak berlaku setiap hari! Kok enak sajaaa...

Masih berhungan dengan masalah ini, salah seorang senior saya ada yang pernah mengatakan bahwa jamak takhir itu mendingan daripada takdim supaya lebih ketahuan kalau memang tidak tersedia cukup waktu untuk melakukan sholat pada masanya. Kalau Takdim sepertinya terkesan udah diniatkan kalau tidak mau meluangkan waktu. Humm... padahal bisa jadi untuk lebih berhati-hati, memperhitungkan kalau ternyata waktu sholat kedua sudah habis sebelum sampai tempat tujuan. Tergantung kasus juga sih yak.



Lalu... keesokan harinya ada Kajian lagi dengan pembicara Ust. Yusuf Mansur yang membawakan tema Sedekah dan Kesuksesan. Saya datang terlambat karena ada tuntutan alam yang harus dipenuhi dulu hingga menjelang siang. Huehue. Alhamdulillah dalam sesi kedua yang saya ikuti sampai acara berakhir, banyak hikmah dan kisah-kisah menarik yang bisa petik (Woops.. bisa juga diakses untuk kisah-kisah penuh inspirasi yang lain!)

Malam harinya, di Masjid Honjin yang sedang dikuasi anak-anak UMIN dilangsungkan kajian bersama Dr. salah Soultan. Yang masih terngiang sampai sekarang adalah pentingnya membina hubungan yang harmonis dengan tetangga. Humm... Kisah yang beliau ceritakan berlokasi di USA pasca 9/11. Rumah seorang muslim diketok tetangganya yang orang Amerika tulen. Lalu terjadi percakapan seperti berikut :

"Kenapa kamu sudah seminggu gak keluar rumah?"
"Yah... takut kalee. Lihat saja bagaimana media menuduh orang-orang islam soal kejadian 9/11..."
"Jangan khawatir, kalau ada yang membahayakan kamu, bakal aku habisi dengan senapanku!!"

wew...

Muslim di sana yang waktu sempat takut melaksanakan sholat Jumat, juga dibela oleh para tetangganya yang menjagai selama sholat Jumat kalau saja ada orang yang hendak berbuat anarki. Dan kehidupan muslim di sana berlangsung normal... Bahkan dengan adanya kejadian itu sejumlah orang menjadi mengenal lalu memeluk islam.

Pengen nulis lebih detail soal poin dari tiap kajian. Tapi karena dijamak jadi satu dan momen nya sudah telat, cuman begini deh jadinyah... Untuk dapat hasil maksimal sepertinya memang harus dilakukan satu per satu. Sistem borongan tidak bisa dijadikan andalan!!!



ReAD MoRE・・・

Sunday, 3 May 2009

Perpanjang Saja! Bisa!

Berita bagus dari seorang senior berkenaan dengan perpanjangan beasiswa Monbusho. Sumbernya adalah seorang Pakistan yang sukses dengan 2 kali perpanjangan tahun lalu.

Jadi... mereka yang berkesempatan untuk wawancara perpanjangan untuk kedua kali, bisa dipastikan boleh memperpanjang beasiswa sekali lagi! Sampai S3, Bo!! MasyaAllah. Kesempatan neeh. Buat para Junior yang sekarang masih punya peluang tak terbatas, ayo berusaha. Raih 成績係数3.00!!! 頑張れぇpP!!


ReAD MoRE・・・

Reuni

"Mari bertemu di Shinjuku, west exit. Aku akan menunggu di sekitar wicket."

Hari itu penghujung April. Sakura sudah luruh berganti hijau daun. Langit muram, jejarum air menghujam dari awan-awan kelabu yang bergelayut di atas Tokyo. Sebuah pertemuan direncanakan akan terjadi siang itu. Perjumpaan setelah 6 tahun. Seberapa jauhkah diri masing-masing berubah? Reuni ini seolah menjadi cermin yang memantulkan sosok pada saat titik berpisah yang menjadi awal langkah menapaki jalan yang berlainan arah.
"Waaaa!! Kamu sudah mirip orang Jepang!" gadis itu sedikit memekik saat melihat lelaki berbaju marun yang melambaikan tangan di udara berjalan mendekat.
"Huekekek. Gak mungkin lah. Gimana kabarnya?"
"Baik."
"Okkey. Mau makan apa? Sushi, tempura, udon? Atau mau coba kare?"
"Eh? Selama di Jepang aku belum pernah makan kare. Memangnya ada yang halal?"
"Ada dooonkkk! Jadi makan kare aja kah?"
"okke~!"
"Seeppp! Ayo, ambil jalan ke sini!"
Sosok mereka melebur dalam keramaian Shinjuku, melewati trotoar yang dipadati manusia, menembus udara yang entah kenapa terasa dingin. Hujan hari itu tak hanya menurunkan air, juga suhu.

***

"Bagaimana kabar teman-teman di sana?"
"Hmm... Sudah pada kerja. Hampir semuanya di perusahaan semikonduktor."
"Wow. Lah kamu sendiri?"
"Peneliti. Tapi tidak berhubungan dengan tesis ku waktu S1."
"Yah... kalau sudah kerja, kebanyakan memang sama sekali tidak berhubungan dengan penelitian waktu S1 sih. Eh.. kabar ABC gimana?"
Gadis itu tak segera menjawab.
"Dia belum lulus."
"Aphhaa?! ABC yang pintar itu?!" Lelaki itu terkejut. ABC tak pernah turun dari peringkat satu. sesekali menjadi juara umum angkatan. Sosoknya menjulang berkacamata, olahraga juga gape. Sosok yang nyaris sempurna, salah satu dari dua orang yang tidak pernah dikalahkan oleh lelaki itu secara akademis selama 3 tahun SMA.
"Terus? terus? Masih kuliah?" lelaki itu penasaran.
"Cuti. Selama di sana, dia jarang menampakkan wujudnya. Sekali muncul lewat telepon, biasanya minta bantuan finansial."
"Wah. Udah gak sehat nih. Tapi tapi tapi... masak seeh ABC??! Bukankah dia orang yang terlihat begitu kuat motivasinya?!"
"Sepertinya memang ada masalah. Cuman gak ada yang tahu masalahnya."


Ah yah. ABC sepertinya memang bukan tipe orang yang terbuka. Lelaki berbaju marun itu berpikir bahwa untuk kuliah di luar negeri tidak hanya perlu kepintaran secara akademis. Ketahanan mental terhadap badai yang menghadang juga penting. Terutama bagi mereka yang sering berada di puncak dan jarang merasakan yang namanya gagal. Sekali jatuh akan terasa begitu terbanting. Sakit. Dan perlu banyak energi untuk bangkit.


"Ah yah, emangnya kenapa dulu kamu tidak jadi mampir ke negaraku?" gadis berkerudung hijau itu mengalihkan pembicaraan.
"Owh.. Yang waktu itu kah. Yah, ada seorang anggota rombongan yang agak teledor sehingga keberangkatan kami tidak bisa terlaksana. Hmmph. Begitulah, rencana bepergian bersama sepertinya harus direncanakan dengan matang. Padahal sudah terlanjur dipesankan tiket oleh NGIR untuk ke Indonesia. hiks..."
"Terus duitnya NGIR diganti?"
"Iya lahhh. Nitip ke PUT, yang rumahnya paling dekat dari kotaku. Waktu itu dia lagi mudik ke Indonesia."
"PUT mau nikah loh Juni nanti."
"Heeeeeeeeeeeeeee. Yang benerrrrrrrrrr?? Ama siapa? ama siapa? Jeruk?"
"Adek kelas SMP nya."
"Wewww... Subhanallah. Sayang banget di Jepang lagi gak ada libur bulan segitu. "*sigh*
"Kamu gak berubah yah..."
"Kamu juga kok. Masih tetap kayak dulu."

Mereka tertawa.



***********************************************************



Dalam memori lelaki itu, masa SMA lebih banyak diselimuti kelam. Dia jadi paham kenapa fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Lelaki berbaju marun itu pernah jadi korban. Tapi tak banyak yang tahu. Luka itu menggerus kepercayaan diri, sehingga dia begitu tertekan karena tidak bisa mengekspresikan diri. Yang lebih parah, luka itu masih terasa sampai sekarang, karena kesalahpahaman yang terjadi belum bisa diluruskan dan dia tak tahu siapa yang patut dipersalahkan. Seiring waktu, orang-orang yang pernah membentak dan menyerang secara mental bisa lupa, tapi tidak dengan si korban. Betul kalau luka di hati itu lama kering dan tetap membekas.

To be blamed for something you didn't do
is surely painful and stressful!!



Namun tak semuanya berwarna muram. Meski nyaris terlambat, lelaki itu bertekad untuk berubah. Tak ada yang tahu bahwa titik tolaknya adalah sebuah pertanyaan yang diajukan oleh gadis berkerudung hijau yang ditemuinya 7 tahun lalu. Pertanyaan yang jawabannya dijadikan sebuah kisah persahabatan dan mimpi anak-anak SMA dengan akhir yang begitu manis. Jawaban lelaki itu tak ada dalam cerita. Jawabannya terlalu hambar. Dia masih menata serpihan batinnya yang retak. Jawabannya terlalu sederhana, tapi mungkin dialah yang paling cepat mewujudkannya jadi kenyataan. Kisah itu masih tertoreh dalam sebuah buku dengan hardcover. Perwujudan dari salah satu tugas pelajaran bahasa Indonesia yang dibukukan per kelas. Lelaki itu merasa beruntung karena berada dalam kelas yang hangat di tahun keduanya. Sekarang pun dia masih berterima kasih atas kekocakan, kesolidan dan kekompakan 33 siswa di elite society, komunitas yang mereka beri nama begitu.



********************************************

Reuni, kadang membuka luka lama, tapi lebih banyak ceria yang ditebarnya. Lelaki berbaju marun menghaturkan terima kasih kepada Tuhan, yang sudah mengatur pertemuannyadengan orang-orang hebat. Lelaki berbaju marun itu begitu bahagia saat mendengar NKA akan lulus PhD dua tahun lagi, DEI yang jadi tokoh dan melanglang buana ke berbagai negara, juga cerita gadis berkerudung hijau tentang keberangkatnnya ke Jerman 4 bulan lagi. Yah. Hari itu hujan memang dingin mengguyur bumi, tapi tak mampu mengusir hangat yang mekar di hati.



*bots*


ReAD MoRE・・・

Saturday, 2 May 2009

Golden Week

Dunia yang sempit. Rasanya tak salah bisa saya menganggap begitulah kehidupan yang terjadi sejak tahun ajaran baru 2009. Rumah-tempat partime-kampus-rumah. Ini siklus sederhana keseharian saya. Internet belum terpasang hingga hari ini, sehingga kabar dunia hanya bisa saya petik dari siaran TV. Tiba-tiba saja saya merasa ada rasa tidak sanggup untuk mengurus beberapa amanah yang terlanjur dipercayakan. Alasannya? Saya tidak becus mengatur jadwal. 12 jam waktu saya habis di Lab bersama senyawa kimia, glovebox dan tabung nitrogen, sesekali istirahat makan dan curi-curi waktu untuk sholat. Sampai sekarang saya belum menemukan kapan ada waktu yang bisa dimanfaatkan untuk memenuhi tanggung sebagai orang yang kena embel-embel "pengurus". Apalagi saat ini saya lebih memprioritaskan kesehatan diri sebelum menggunakan waktu dan energi untuk suatu aktivitas. Ah, sebaiknya saya menuliskan saja kisah 12 jam Lab yang saya tempati sekarang....


Ritme hidup ini berawal dari tema penelitian yang diberikan oleh profesor di Lab saya. Entah apakah ini resiko sebagai Mahasiswa asing yang dibiayai Monbusho atau estimasi dan harapan berlebih terhadap kemampuan saya, sang Profesor memberikan sebuah tema yang cukup (baiklah, SANGAT) sulit. Seribu Tahun Penelitian, begitu kata beliau mengenai perkiraan waktu yang diperlukan untuk membuat tujuan research ini tercapai. Sebuah tema baru yang membuka peluang nobel. (well, well... tentu saja kalau berhasil. Perlu dicatat bahwa seorang penerima nobel yang saat tulisan ini diketik masih bernafas menyatakan pengunduran diri dari penelitian bertema serupa!!! ほら!!無理じゃん!!難っ!!)

Saat saya bertanya kenapa memilihkan tema ini, jawaban beliau :
1. Saya nampak kuat secara psikis. Tahan banting dan teguh mengahadapi kegagalan.
2. Saya punya willpower, motivasi dan bakat alami.
Dalam hati, saya hanya berdoa semoga kata-kata beliau ini (menjadi) benar.


Di sela-sela waktu eksperimen, beliau bertanya tentang hasil aplikasi master saya ke KAUST yang sampai sekarang pun entahlah tiada kabar berita. Beliau menawarkan peluang penelitian di Jepang dan meminta saya untuk memertimbangkan kemungkinan PhD di sini. Wew. Senang sih dengan tawaran ini, tapi kata 「はい、喜んで!」 tidak begitu mudah keluar. Memang betul bahwa sebagian besar penghuni Lab saya sekarang mendapat beasiswa dari berbagai tempat, dana research juga tersedia, peralatan analisis termasuk yang paling lengkap. Tapi... yah... tidak mudah. Jujur saja pilihan ini tercatat dalam rancangan peta masa depan saya. Sayangnya sekarang saya berada dalam percabangan pilihan dan belum bisa memutuskan. :D :D

Biasanya sekitar pukul 09:30, saya berangkat dari tempat partime ke kampus dengan bersepeda ria. Waktu seblum coretime Lab (start 10:00) ada sekitar 15 menit. 15 menit waktu itu saya pergunakan untuk : sikat gigi (setelah sarapan di tempat partime)--> buka email-> skipping subyek, baca yang kira-kira penting-->ganti kostum lab dan sarung tangan karet.

Setelah sampai dalam Lab maka flowchart eksperimen yang saya tulis kemaren malam menjadi panduan utama. Ah, yah. Saya ber-eksperimen bersama 2 orang supervisor sehingga kalau mau sholat atau menghilang sejenak harus ijin mereka dulu. Saya berusaha agar target hari itu bisa tercapai pada pukul 5 sore. Tapi yah begitulah, peneliti amatir macam saya belum bisa memperkirakan berapa lama waktu yang diperlukan selain yang tercatat dalam flowchart. Sebenarnya tidak masalah dengan aktivitas ibadah, hanya sajaaaaaa... jadwal makan benar-benar digerus habis. +_+ Belakangan saya menyadari bahwa lebih baik membawa bento, lauk-pauk, makanan ringan, kue, minuman ke ruang duduk, menyimpannya dalam kulkas dan laci meja kerja! Dan itulah yang dilakukan para senior di Lab saya. Sebelumnya saya heran kenapa orang-orang di Lab ini begitu tahan lapar namun berkomentar tentang betapa beratnya puasa ramadan! Ternyata simpanan ransum ada dalam laci meja kerja toh!!

Setelah aktivias di Lab selesai bukan berarti saya bebas bertualng ke facebook, Yahoo atau situs-stus lainnya. Hal-hal berikut harus dikerjakan :

1. Laporan perkembangan research yang dikumpulkan seminggu sekali.
2. Rencana eksperimen besok pagi -> baca jurnal (kadang bahasa Jepang, Inggris, Perancis, Jerman... fyuhh.. untungnya ada banyak translator OL yang bisa dimanfaatkan. huehue)
3. Menunggu senior pulang. Ini diaaa yang menyiksaaaaaa!! Orang paling senior baru pulang paling cepat sekitar 10:00 malam. Dan posisi saya di Lab adalah paling bontot! Masih ada supervisor, senior #1, senior #2....Kalau dua kerjaan saya di atas sudah selesai, maka saya akan pura-pura sibuk baca buku referensi. Pokoknya tidak terlihat menganggur. Naah, saat seperti inilah bisa dimanfaatkan untuk membalas email, baca komik OL (biar gak stress!!), chatting... -> eh, ternyata ada waktu yang bisa dimanfaatkan yak! Alhamdulillah. Kadang saya berniat nekad pulang tanpa peduli tatapan sipit penuh makna orang-orang di Lab. *gyahahuhahuha*

Sampai di rumah paling cepat jam 11. Mandi, makan tengah malam (yang sebenarnya sangat saya hindari, tapi terpaksa demi melangsungkan kehidupan *haiyyahh*), lalu tidur hingga alarm subuh berdentang sekitar 04:30. Setelah memenuhi panggilan alam dan sholat, segera kukayuh sepeda ditemani matahari yang hendak memunculkan wajahnya menuju tempat kerja demi kebahagiaan keluarga.

Yay... begitulah sekilas pola hidup seorang Final Year Student di Jepang yang mendalami bio-inorganic dan metalorganic chemistry, Senin-Sabtu. Kalau dipikir berat, maka menjadi berat. Maka saya memilih untuk menerima kondisi ini, menyesuaikan diri, dan mengambil celah untuk mempertahankan identitas. InsyaAllah bisa. Bukankah selalu ada Dzat yang bisa dimintai tolong dan dijadikan tempat mengadu kapanpun, dimanapun?

Dann.. Iyeyy!! Goldenweek tiba, artinya saya libur selama seminggu dan bisa menikmati dan mengatur jadwal pribadi tanpa perlu terikat dengan kampus!!



ReAD MoRE・・・