Central Park tak pernah sepi. Terlebih di hari Minggu seperti ini. Berbeda dengan hati sosok mungil itu. Sunyi. Tapi kali ini itu yang dia inginkan. Menyepi sejenak dari kehidupan dunia yang penuh tekanan. Dia pejamkan mata. Inderanya menangkap suara-suara kota. Derai tawa remaja, obrolan manula, juga bisingnya jalan raya.
Jarum jam di tangan kirinya menunjuk angka 12 dan 6. Satu jam lagi matahari terbenam. Ya. Saatnya meninggalkan central park. Dia memutuskan untuk bertamu ke rumah Tuhan. Kesibukan membuatnya jarang sekali bertandang ke sana. Dua minggu sekali? Ah, tidak. Kadang satu kali dalam sebulan. Sosok mungil itu rindu dengan Al Quran yang dilantunkan brother Sulaiman.
"Kaifa khaluka?"
"Ana bi khayr. Alhamdulillah."
Sapaan itu mengingatkan akan resolusinya. Resolusi tahun 2009. Ah, dia lupa. Buku mimpi itu sudah lama tak dia buka. Di sana tercatat dengan tinta biru : Belajar Bahasa Arab. Resolusi ini belum sempat terevaluasi. Enam bulan sudah terlewat sejak Januari. Sedih. Resolusi itu belum terrealisasi. Tapi belum terlambat. Semangat itu kembali dipahat agar tidak lerai seperti mahkota hydrangea yang dia lihat di sekitar Gate 6B, Central Park.
No comments:
Post a Comment