"Ta diterima di SBI loh. Untung saja. Tahun ini NEM anak-anak SD tinggi-tinggi. NEM dia cuma 25 koma sekian, padahal yang paling rendah untuk bisa masuk ke SMP satu tuh 27 koma sekian. "
"SBI? Yang katanya pake bahasa Inggris itu yak?"
"Iya. yang itu. Bayarnya uang pangkalnya 4 juta. Tapi anehnya bukunya kok fotokopi-an semua yak, gak jelas siapa penerbitnya. Uhm.. isinya ditulis dalam bahasa Inggris sih..."
"Wew. SMP saja 4 juta? SMA berapa dunk??"
"Kalau SMA 1 yah 12 juta. Anaknya Pak Mo langsung mundur teratur waktu mau daftar ke situ."
"Aphaa?? yang bisa sekolah cuman anak orang kaya saja kah..."
"Padahal kualitas sekolahnya belum tentu loh. SMA negeri kok malah lebih mahal dari SMA swasta ya...."
saya teringat Ning, teman adik saya yang harus bekerja sebagai penjahit selama setahun untuk menambal uang pangkal masuk SMA. Deuh. Pendidikan konvensional yang mahal! Sekolah menengah kok bisa lebih mahal dari biaya masuk ke universitas yak. Aneh. Setelah membayar mahal, dijejali berbagai pelajaran, apakah ada jaminan seorang siswa tahu minat dan bakatnya? UHm, mungkin sebagian besar masih akan mera-raba hendak kemana setelah lulus SMA. Well, kalau orang tua kaya dan kemampuan di atas rata-rata sih punya banyak pilihan. Kalau tidak?
Apakah ini seleksi alam?
Sebagai anak biasa dan tidak punya orang tua yang kaya saya berburu beasiswa sampai ke ujung dunia *halah*. Memangnya yang punya sekolah tuh Indonesia saja? Alhamdulillah, ada jalur-jalur khusus buat mereka yang kurang beruntung secara ekonomi untuk menikmati pendidikan konvensional. Hanya saja, harus kekeuh berjuang dan gak patah arang. Kalau tidak? Yah... gak lolos seleksi alam.
"SBI? Yang katanya pake bahasa Inggris itu yak?"
"Iya. yang itu. Bayarnya uang pangkalnya 4 juta. Tapi anehnya bukunya kok fotokopi-an semua yak, gak jelas siapa penerbitnya. Uhm.. isinya ditulis dalam bahasa Inggris sih..."
"Wew. SMP saja 4 juta? SMA berapa dunk??"
"Kalau SMA 1 yah 12 juta. Anaknya Pak Mo langsung mundur teratur waktu mau daftar ke situ."
"Aphaa?? yang bisa sekolah cuman anak orang kaya saja kah..."
"Padahal kualitas sekolahnya belum tentu loh. SMA negeri kok malah lebih mahal dari SMA swasta ya...."
saya teringat Ning, teman adik saya yang harus bekerja sebagai penjahit selama setahun untuk menambal uang pangkal masuk SMA. Deuh. Pendidikan konvensional yang mahal! Sekolah menengah kok bisa lebih mahal dari biaya masuk ke universitas yak. Aneh. Setelah membayar mahal, dijejali berbagai pelajaran, apakah ada jaminan seorang siswa tahu minat dan bakatnya? UHm, mungkin sebagian besar masih akan mera-raba hendak kemana setelah lulus SMA. Well, kalau orang tua kaya dan kemampuan di atas rata-rata sih punya banyak pilihan. Kalau tidak?
Apakah ini seleksi alam?
Sebagai anak biasa dan tidak punya orang tua yang kaya saya berburu beasiswa sampai ke ujung dunia *halah*. Memangnya yang punya sekolah tuh Indonesia saja? Alhamdulillah, ada jalur-jalur khusus buat mereka yang kurang beruntung secara ekonomi untuk menikmati pendidikan konvensional. Hanya saja, harus kekeuh berjuang dan gak patah arang. Kalau tidak? Yah... gak lolos seleksi alam.
No comments:
Post a Comment