:::Orang-orang beruntung dan berbahagia bila mereka tahu apa yang mereka suka dan tidak perlu memikirkan kesulitan untuk melakukannya:::
Apa alasan anda belajar ke Jepang?
Hampir setiap aplikasi beasiswa yang sejak akhir tahun lalu rajin saya pantau, muncul pertanyaan di atas. Wajib dijawab dengan sekian puluh kanji yang dirangkai menjadi kalimat. Ada pula yang hanya perlu 50 karakter kanji. Yang ini justru bikin bingung, apakah alasan singkat padat jelas yang kira-kira diinginkan oleh si pemberi beasiswa?
Lalu, apa alasan saya?
Biarpun bisa menjawab sambil menjilat sampai mulut berbusa-busa : Mulai dari pesona kecangihan teknologi, budaya hingga cita-cita menerapkan ilmu yang diperoleh demi kemajuan masyarakat, bangsa, negara dan dunia, tapi alasan utama selama ini adalah yang tertulis di judul. Betul. Gara-gara gratis.
Harus gratis karena bila tidak, saya tidak bisa sekolah kuliah.
Harus gratis karena saya tak ingin membuat orang tua lebih susah.
Harus gratis biarpun di negeri antah berantah.
Harus gratis walau keinginan tak searah.
Yah. Yang penting gratis. Syukur-syukur dapet uang saku yang cukup untuk beli sesuap nasi, selusin telur, sehektar tanah, sekarung intan dan segudang emas. :D
Sayangnya alasan tersebut tidak layak untuk ditampilkan dalam aplikasi beasiswa. Maka saya jadi terlatih mengarang alasan yang *tararararnn brangg!* berubah menjadi essay, motivation letter, personal statement, atau apalah namanya.
Ada orang bilang, masa sekolah adalah masa menyenangkan karena kita mempelajari apa yang kita suka. Apalagi kalau dapet beasiswa, kita dibayar untuk melakukan sesuatu yang kita sukai. Betul?
Alasannya betul. Tapi apakah selalu itu yang jadi alasan kita sekolah (lagi)?
Humm... bisa jadi :
1. Sekolah lagi supaya bisa naik jabatan. *Sebenarnya sih ogah, anak cucu udah banyakkk (lebay)*
2. Takut kerja, kebebasan gue terrengut paksa, kabur ah. Kuliah khan bentuk penyamaran yang paling elegannnNnNN.
3. Supaya dapet kerjaan dengan gaji yang pas-pasan. Pas buat beli rumah, mobil, pesawat, kapal pesiar.....
4. Khan keren kalo punya titel Master of blabla, Doctor ini itu, menaikkan harga jual buat dilamar/melamar anak orang penting. Bisa dipamerkan mertua klo kumpul arisan. Apalagi lulusan luar negeri. Wooo~~
Yang agak serius :
5. Suka mati dengan negara tempat kuliah. Jurusan sebodo amat. Group Band, mode, orang2nya lebih keren!
6. Demi kemajuan umat, bangsa dan negara.
Well, tapi konsekuensi sekolah gratis ada juga yang tak enak. Ada saatnya harus mengorbankan keinginan soal jurusan, karena pilihan jurusan yang gratisan kok ternyata tidak cocok dengan nurani. Hmm, maka berbahagiah mereka yang tahu apa-apa yang dia sukai lalu bisa dipelajari, diperdalam, lalu disebarkan manfaatnya buat orang lain. Orang seperti ini banyak tidak? Lebih banyak mana dengan orang yang milih jurusan karena terlihat begitu cemerlang (buat karir, misalnya)? Saya sendiri termasuk yang terjerumus dalam bidang yang kurang sesuai. Bukan karena saya tidak ada pilihan. Justru karena terlalu banyak pilihan ditambah merasa bisa eksis melakukan apa saja. Iya dunk. Bukannya kurikulum di Indonesia sudah membekali kita dengan dasar-dasar ilmu sosial (ekonomi, sosiologi, geografi, sejarah de el, el) sampai ilmu pasti (math, fis, kimia, bio). Makanya ambil jurusan apapun harusnya OK (gitu kali maksud para pembuat kurikulum).
ReAD MoRE・・・