Thursday, 4 August 2011

Hantaran

Waktu saya masih kecil, seringkali disuruh ibunda menghantarkan makanan ke tetangga. Terutama karena memang ada budaya ini menjelang bulan Ramadan. Dulu kiriman itu berupa nasi dengan lauk 7 rupa dilengkapi pisang raja dan kue apem. Kini orang mulai tidak suka repot hingga menggantinya dengan jajanan pasar 7 rupa. Yah, di Jepang mah tak mungkinlah ada kebiasaan seperti ini, tetapi menunjukkan kasih sayang terhadap tetangga MASIH eksis bahkan di negeri yang kata orang tingkat individualismenya tinggi. Bahkan di kota Nagoya yang katanya menduduki peringkat kota termahal kedua setelah Tokyo (sekaligus kota termahal ke-4 di dunia versi businessweek) *Huh, siapa yang bikin survey sih, jelas-jelas saya masih bisa hidup super hemat sambil menikmati beberapa kemewahan yang murah!*

Ini buktinya :

*sekotak Peach yang benar-benar menyegarkan malam ramadan di Musim Panas. Terima kasih, bu Mariko ^_^ *

Yang ini sebuah kartu ucapan hantaran dari tetangga Jepang kawan Turki saya : Silakan dimakan bersama-sama kawan-kawan yang lain, ya.

ttd, tetangga sebelah anda.



Bulan lalu kami merencanakan untuk mengadakan festival Ramadan di lingkungan RT, dengan mengundang warga Jepang yang tinggal di sekitar. Hitung-hitung sosialisasi komunitas muslim lah ya... Langkah awalnya PDKT ke orang-orang yang dituakan di RT, pak ketua RT, bu ketua urusan sampah dan para pengurus RT lainnya. Bismillah, semoga respon dan kesan yang tertangkap oleh mereka adalah yang baik-baik saja.

Bukankah banyak hadist seputar tetangga :

1. Malaikat Jibril as. selalu berpesan kepadaku tentang tetangga sehingga aku mengira dia akan menetapkan hak waris bagi tetangga. (HR. Al Bukhari)

2. Tiap empat puluh rumah adalah tetangga-tetangga, yang di depan, di belakang, di sebelah kanan dan di sebelah kiri (rumahnya). (HR. Aththahawi)

3. Tetangga adalah orang yang paling berhak membeli rumah tentangganya. (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Janganlah seseorang melarang tetangganya menyandarkan kayunya (dijemur) pada dinding rumahnya. (HR. Al Bukhari)

5. Hak tetangga ialah bila dia sakit kamu kunjungi dan bila wafat kamu menghantar jenazahnya. Bila dia membutuhkan uang kamu pinjami dan bila dia mengalami kemiskinan (kesukaran) kamu tutup-tutupi (rahasiakan). Bila dia memperoleh kebaikan kamu mengucapkan selamat kepadanya dan bila dia mengalami musibah kamu datangi untuk menyampaikan rasa duka. Janganlah meninggikan bangunan rumahmu melebihi bangunan rumahnya yang dapat menutupi kelancaran angin baginya dan jangan kamu mengganggunya dengan bau periuk masakan kecuali kamu menciduk sebagian untuk diberikan kepadanya. (HR. Athabrani)

6. Di antara kebahagiaan seorang muslim ialah mempunyai tetangga yang shaleh, rumah yang luas dan kendaraan yang meriangkan. (HR. Ahmad dan Al Hakim)

7. Tiada beriman kepadaku orang yang bermalam dengan kenyang sementara tetangganya lapar padahal dia mengetahui hal itu. (HR. Al Bazaar)

8. Barangsiapa ingin disenangi Allah dan rasulNya hendaklah berbicara jujur, menunaikan amanah dan tidak mengganggu tetangganya. (HR. Al Baihaqi)

9. Pilihlah tetangga (lihat calon tetangganya atau lingkungannya dulu) sebelum memilih rumah. Pilihlah kawan perjalanan sebelum memilih jalan dan siapkan bekal sebelum berangkat (bepergian). (HR. Al Khatib)

Yah, maka sekarang saya lebih paham lagi saat Ibunda menyatakan keberatannya pindah ke perumahan yang murah beberapa tahun silam. Tetangga memang bisa dijadikan alasan.

Berikut ada sebuah kisah tentang tetangga dan ibadah haji.


Abdullah bin al-Mubarak hidup di Mekkah. Pada suatu waktu, setelah menyelesaikan ritual ibadah haji, dia tertidur dan bermimpi melihat dua malaikat yang turun dari langit.

“Berapa banyak yang datang tahun ini?” tanya malaikat kepada malaikat lainnya.

“600.000,” jawab malaikat lainnya.

“Berapa banyak mereka yang ibadah hajinya diterima?”

“Tidak satupun”

Percakapan ini membuat Abdullah gemetar. “Apa?” aku menangis. “Semua orang-orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri padang pasing yang luas, dan semua usaha mereka menjadi sia-sia?”

“Ada seorang tukang sepatu di Damaskus yang dipanggil Ali bin Mowaffaq.” Kata malaikat yang pertama. “Dia tidak datang menunaikan ibadah haji, tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni.”

Ketika aku mendengar hal ini, aku terbangun dan memutuskan untuk pergi menuju Damaskus dan mengunjungi orang ini. Jadi aku pergi ke Damaskus dan menemukan tempat dimana ia tinggal. Aku menyapanya dan ia keluar. “ Siapakah namamu dan pekerjaan apa yang kau lakukan?” tanyaku. “Aku Ali bin Mowaffaq, penjual sepatu. Siapakah namamu?”

Kepadanya aku mengatakan Abdullah bin al-Mubarak. Ia tiba-tiba menangis dan jatuh pingsan. Ketika ia sadar, aku memohon agar ia bercerita kepadaku. Dia mengatakan: “Selama 40 tahun aku telah rindu untuk melakukan perjalanan haji ini. Aku telah menyisihkan 350 dirham dari hasil berdagang sepatu. Tahun ini aku memutuskan untuk pergi ke Mekkah, sejak istriku mengandung. Suatu hari istriku mencium aroma makanan yang sedang dimasak oleh tetangga sebelah, dan memohon kepadaku agar ia bisa mencicipinya sedikit. Aku pergi menuju tetangga sebelah, mengetuk pintunya kemudian menjelaskan situasinya. Tetanggaku mendadak menagis. “Sudah tiga hari ini anakku tidak makan apa-apa,” katanya. “Hari ini aku melihat keledai mati tergeletak dan memotongnya kemudian memasaknya untuk mereka. Ini bukan makanan yang halal bagimu.” Hatiku serasa terbakar ketika aku mendengar ceritanya. Aku mengambil 350 dirhamku dan memberikan kepadanya. “Belanjakan ini untuk anakmu,” kataku. “Inilah perjalanan hajiku.”

"Malaikat berbicara dengan nyata di dalam mimpiku,” kata Abdullah, “dan Penguasa kerajaan surga adalah benar dalam keputusanNya.”

*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+

Abu Abdurrahman Abdullah bin al-Mubarak al-Hanzhali al Marwazi lahir pada tahun 118 H/736 M. Ia adalah seorang ahli Hadits yang terkemuka dan seorang petapa termasyhur. Ia sangat ahli di dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, antara lain di dalam bidang gramatika dan kesusastraan. Ia adalah seorang saudagar kaya yang banyak memberi bantuan kepada orang-orang miskin. Ia meninggal dunia di kota Hit yang terletak di tepi sungai Euphrat pada tahun 181 H/797 M.

+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*

Kisah di atas diambil dari buku “Warisan Para Auliya” karya Farid al-Din Attar.

Edisi Inggris “Muslim Saints and Mystics: Episodes from the Tadhkirat al-Auliya (Memorial of the Saints) By Farid al-Din Attar”


*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*

Rasulullah pernah ditanya, "Ya Rasullah tunjukkan padaku amal perbuatan yang bila kuamalkan akan masuk syurga."

Jawab Rasulullah, "Jadilah kamu orang yang baik."

Orang itu bertanya lagi, "Ya Rasulullah, bagaimanakah akan aku ketahui bahawa aku telah berbuat baik?"

Jawab Rasulullah, "Tanyakan pada tetanggamu, maka bila mereka berkata engkau baik maka engkau benar-benar baik dan bila mereka berkata engkau jahat, maka engkau sebenarnya jahat."

1 comment:

Igniel said...

asiknya berlebaran di negri impian dan mendapatkan tetangga yang baik T___T
*ngiri mode*