Thursday, 19 December 2013

[Evaluasi] Perencanaan Keuangan Keluarga Kami (PKK)

Astaga! Pergantian tahun sudah dekat. Saatnya berbagai evaluasi dibuat. Kali ini saya hendak membuat draft bahan diskusi PKK dengan istri agar cinta kami semakin rekat menuju keluarga bermartabat yang dikaruniai anak-anak hebat.

Baiklah, diskusi kami di akhir tahun tak akan bebas dari debat. Namun saya yakin akan ada kata sepakat karena diawali oleh tulusnya niat. PKK ini dibuat untuk memuluskan jalan hidup dunia sekaligus menyiapkan bekal di akhirat. Kami tidak ingin kondisi ekonomi yang kurang baik menjadi penghambat hanya karena keteledoran dalam merencanakan dan berbuat.

Dalam hal PKK, saya mengibaratkan kelurga adalah sebuah perusahaan. Untuk mendirikannya ada perijinan, dalam mengoperasikannya ada peraturan. Posisi saya? Direktur utama, donk. Istri tercinta akan memegang wewenang perencanaan produksi, HRD dan Finansial. :-) Sebagai direktur utama, tugas utama saya adalah membangun visi untuk mengembangkan perusahaan. Sementara istri akan mengevaluasi kapasitas dan potensi perusahaan. 

Saya memang seorang Imam dan istri adalah makmum. Namun demi kemajuan bersama, tukar pendapat tak boleh dihindari. Sampai saat ini kami sudah sepakat bahwa sebelum memasuki ranah investasi, kesehatan arus kas harus mendapat prioritas. Perusahaan muda seperti kami yang belum genap 3 tahun masih perlu meraba-raba kebutuhan agar tidak besar pasak daripada tiang. Pengeluaran tak terduga masih lebih besar dibandingkan yang direncanakan, ranah investasi dan asuransi sudah dicoba meski hanya sebagian. 

Financial Planner, dalam pemahaman saya lebih fokus kepada profesi karyawan yang mendapat gaji bulanan dari perusahaan. kecenderungannya adalah Perencanaan lebih fokus kepada pengaturan pengeluaran. Padahal sebagai 'perusahaan', kami harus fokus terhadap pemasukan. Tidak mungkin kami terus melakukan costdown, penghematan atau pemecatan 'karyawan' demi meminimalisasi pengeluaran agar menambah tabungan. Nah! Seharusnya kami juga fokus untuk meningkatkan pemasukan agar perusahaan tidak merugi dan para karyawan bisa menikmati hidup dari gaji yang memadai.

Kami tidak terburu-buru menambah aset berupa properti atau kendaraan.Perusahaan kami tidak ingin terikat hutang konsumtif jangka panjang. Properti bisa menanti, kendaraan masih bisa dinikmati tanpa memiliki. Chiehh. Fokus, fokus! Tingkatkan pendapatkan, stabilkan kondisi keuangan.

Pada saat pendapatan jauh melebihi pengeluaran, penambahan aset baru masuk sebagai pilihan. Mau rumah? bisa cash. Ingin mobil? Tinggal pilih model. Di sini waktu menjadi kata kunci utama. Sedangkal pemahaman saya, kebanyakan 'perusahaan baru' akan terburu-buru menambah asetnya yang sebenarnya menjadi pasiva. Harga properti naik terus? Bukannya tinggal meningkatkan pendapatan melebihi inflasi dan kenaikan harga properti? 

Saya bukan tidak setuju memiliki properti secepatnya. Rumah pertama adalah idaman, tapi sebagai direktur utama saya tidak mau berhutang. Bagi kami saat ini, rumah adalah kebutuhan, bukan sebagai obyek investasi yang akan dijual lagi saat harga meroket tinggi. Oleh karenanya, direktur utama masih sabar menunggu sampai modal perusahaan cukup kuat untuk membeli aset. Waktunya? 5 tahun. Maksimal 7 tahun lagi. 

Sebelum usia direktur utama 35 tahun, rumah tapak sebagai aset sudah harus ditempati. Properti untuk investasi boleh berkembang setelah itu. Kalau sudah punya rumah pertama, hutang properti tak lagi jadi hutang konsumtif karena akan dikembangkan menjadi aset pendapatan pasif. Bila ingin menjadikan rumah pertama sebagai obyek investasi, kalau rumah dijual, hendak tinggal dimana? Dijual setelah harga naik sekalipun, harga properti di sekitar pasti sudah ikuta mendaki. Pilihan yang ada adalah tinggal di lingkungan yang 'lebih murah'. Oleh karenanya rumah pertama harus dijadikan aset, bukan obyek investasi. Lingkungannya harus bagus, karena benda masih bisa diwariskan tapi kondisi lingkungan tidak bisa diestafetkan begitu saja.

Bagaimana dengan kendaraan? Kendaraan adalah barang wajib menurut direktur utama. Roda empat akan mengandang, tapi tidak sekarang. Syarat kepemilikan kendaraan roda empat : berfungsi sebagai aset produktif yang meningkatkan pendapatan. Pendapatan di sini bukan hanya materiil, tapi juga kekayaan batin berupa ilmu, pengalaman dan network. Kapan? saat pengeluaran untuk biaya transportasi sudah terlalu tinggi dibandingkan biaya operasional kendaraan pribadi dalam setahun. Sekarang? well, selama tahun 2013 biaya transportasi dengan taksi dan rental masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan cicilan dan maintenace mobil. Alhamdulillah direktur utama menemukan partner rental mobil yang menyewakan dengan rate 25ribu/jam, sudah termasuk supir.

Istri akan fokus ke pelatihan SDM : Pengingkatan kualitas diri, termasuk pendidikan, training dan penambahan SDM semaksimal mungkin.


Detail perhitungan, persentase dan alokasi-alokasi akan ditetapkan dengan cara seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya.


Draft sementara :
1. Pemetaan aset dan pengeluaran 5 tahun ke depan.
2. Program Peningkatan Kualitas diri.
3. Sehatkan cashflow perusahaan, tambah pendapatan dan aset tanpa hutang konsumtif.

Dua hal di atas akan menjadi poin utama konferensi tingkat tinggi antara suami dan istri yang akan berlangsung selama cuti. iyey!


ReAD MoRE・・・

Wednesday, 18 December 2013

Flex-Time, Alhamdulillah!

Selama 2 bulan terakhir kantor tempat saya bekerja memberlakukan jam kerja yang fleksibel. Artinya, silakan datang lebih pagi/siang, asalkan tetap bekerja selama 8 jam. Alhamdulillah. Dengan adanya pilihan ini saya bisa berangkat lebih pagi, pulang lebih cepat. 

Keuntungannya : 
1. Waktu tempuh lebih singkat dengan udara lebih segar. Berangkat dari rumah : 06.25 Naik Kereta : 06.42-07.05 Sampai kantor : 07.10 
2. Lebih efektif menyiapkan dokumen/meeting karena pikiran masih segar di pagi hari.
3. Sampai di rumah lebih cepat. (Ya Iya dunk!) Keluar kantor : 16.30 Naik Kereta : 16.48-17.15 Sampai rumah : 17.25
4. Pada hari kerja, bisa sholat jamaah di masjid kompleks rumah 3x sehari. (Subuh-Maghrib-Isya') :-) 
5. Waktu main dengan ananda tersayang lebih banyak. 
6. Bisa bergantian dengan istri tercinta buat ibadah2 sunnah. 

 Kerugian :
1. Waktu jogging pagi tergerus. Biasanya bisa jogging anatara 05.30-06.00, sekarang buat persiapan berangkat ngantor. 
2. (Terkadang) terburu-buru berangkat ke kantor karena main dengan si kecil :-P -ayahlupawaktu- 

Alhamdulillah dengan adanya kebijakan baru ini, keseimbangan penggunaan waktu untuk bekerja di luar rumah dengan waktu keluarga lebih tercukupi. Total aktivitas di luar rumah 11 jam saja. 9 jam kantor + 2 jam waktu komuter. Saat ini, saya masih setia menjadi pengguna KRL Serpong/Parung Panjang/Maja - Tanah Abang. Meskipun terkadang kereta terlambat, dari segi biaya dan waktu kereta tetap pilihan terbaik untuk saat ini.


ReAD MoRE・・・

Wednesday, 24 July 2013

KRLku kini :-P

Setelah dipindahtugaskan ke Jakarta, banyak disarankan oleh para pendahulu untuk memilih tempat tinggal yang dekat dengan akses kereta. OK lah. Lokasi kantor juga cuman 5 menit pakai ojeg dari Palmerah. Waktu tempuh dari Rawabuntu sekitar 30 menit, sehingga total waktu tempuh dari pintu rumah ke kursi kantor sekitar 50 menit. Cukup ideal bagi saya yang menstandarkan waktu perjalanan rumah-kantor harus kurang dari 1 jam. 

 Kereta KRL Serpong-Tanah Abang cukup nyaman dengan ongkos 8000 rupiah sekali jalan. Tarif yang masih lumayan murah meskipun harus disambung dengan bus/ojeg menuju kantor. Alternatif lain adalah dengan menggunakan bus Trans BSD yang melewati ratu plaza-FX-Plasa senayan, bisa langsung turun di depan gedung kantor. Hanya saja dengan bertambah padatnya mobil di jalanan, waktu tempuh bus trans BSD ini bisa sampai 2-3 jam. +_+. Hanya saat saya ingin tidur selama perjalanan, saya pakai bus, selebihnya kereta masih menjadi pilihan.

 Seiring dengan naiknya harga premium setelah subsidinya dicabut, tarif progresif KRL pun diberlakukan. Biayanya jadi lebih murah. Dulu saya harus emngeluarkan 8 ribu sekali jalan, sekarang hanya 2 ribu saja.

 Masalahnya adalah, pengguna KRL jadi meningkat tajam. Sekitar bulan Mei,saya masih bisa kebagian kursi saat naik KRL dari stasiun rawabuntu jam 07.42. Sekarang? Buat masuk aja susah! Akhirnya saya memutuskan berangkat lebih pagi, naik kereta pukul 07.19. Hasilnya? sama saja! Harus berdesakan untuk masuk ke dalam gerbong. karena orang-orang ydari beberapa staisun menuju jakarta memaksa naik (Sudimara, Jurang Mangu, Pondok Ranji), pintu kereta tidak bisa ditutup. Akibatnya? Jadwal keberangkatan kereta terlambat! 

 Efeknya lagi, saya terlambat masuk kantor. Padahal biasanya dengan naik kereta 07.42 saya bisa sampai di kantor pukul 8.20. Sekarang dengan naik kereta pukul 07.19 (yang kadang terlambat), saya sampai kantor jam 08.15. Kesimpulannya, sekarang ini harus berangkat lebih pagi untuk berangkat kerja. Biasanya kereta pada jam berangkat kerja sudah fully occupied di stasiun Sudimara. Calon penumpang dari Jurang Mangu atau Pondok Ranji harus berjuang extra keras untuk mendorong massa masuk lebih dalam ke gerbong atau menunggu kereta selanjutnya. Alternatif lainnya, saya naik dulu kereta ke stasiun serpong yang akan berangkat kembali menuju Tanah Abang. 

*ternyata banyak juga yang naik dari rawabuntu/Sudimara ke Serpong untuk kembali lagi menuju Jakarta, kemungkinan untuk bisa duduk lebih banyak. Tetap perlu dicatat bahwa turun di kebayoran/Palmerah, tenaga extra masih tetap diperlukan untuk menembus pagar manusia. Duduk-berdiri-goyang badan, menyelinap-melompat turun-antri keluar gate. Karena banyaknya jumlah penumpang yang diangkut, 2 hari yang lalu kaca/plastik di pintu kereta melengkung sehingga pintu kereta tidak bisa menutup. pada kesempatan lain, ada gerbong yang pintunya bolong. Saya yang senang berdiri dekat pintu -supaya gampang turun- jadi agak syerem kalau-kalau saat kereta berjalan dengan adanya pergerakan masa sekian ratus kilogram yang menekan pintu, kacanya bisa jebol... *sudah mengalami sendiri* 

 Belum ditambah isu adanya copet yang turut menumpang kereta, terustama untuk rangkaian yang hanya 6 gerbong. waspadalah! Beberapa pengguna KRL banyak yang menyesalkan penurunan kualitas ber-KRL menuju Jakarta semenjak diberlakukannya tarif progresif. Ibu hamil, manula dan anak kecil kurang direkomendasikan naik KRL saat jam berangkat/pulang kerja. gerbong wanita pernah dikatakan tetap kurang nyaman buat ibu hamil/bawa anak kecil/orang tua, sesama wanita terkadang lebih tega ya....


ReAD MoRE・・・

Thursday, 13 June 2013

Seputar Aqiqah

Menikah memang tidak salah bila disebut menggenapkan separuh agama. Dalam bahtera yang ditempuh, masing-masing harus belajar lebih jauh mengenai aturan-aturan islam yang sebelumnya belum tersentuh. Terlebih saat kehadiran karunia berupa anak akhirnya menjadi nyata. Menjadi orang tua bukanlah semudah yang dibayangkan karena setiap detiknya adalah pembelajaran dan kesadaran bahwa pengetahuan kami berada dalam keterbatasan semakin menajam. 

Setelah bayi pertama kami lahir, mulailah kami mengkaji lebih mendalam mengenai aturan-aturan islam yang seharusnya dijalankan seputar kelahiran. Soal Aqiqah, kami mencari berbagai referensi untuk menyimpulkan mana yang harus dilakukan.

 1. Menyembelih kambing --> Sepakat. 1 ekor kambing untuk bayi perempuan, 2 ekor untuk lelaki.
 2. Disembelih pada hari ke-7. Sebagai pasangan muda yang merantau jauh dari orang tua, agak sulit bagi kami untuk merealisasikannya. Kehadiran bayi menjadi hal baru bagi kami dan perlu banyak penyesuaian diri.Kami menyembelih kambing pada hari ke-21. 
3. Mencukur rambut. Hadits yang shahih diriwayatkan oleh Bukhari, .... dan hilangkanlah kotoran darinya. Kotoran di sini dimaksudkan adalah rambut bayi. Apakah mencukur = menggunduli? Jujur saja, si Bapak tidak tega untuk menggunduli rambut si bayi perempuan yang lebat. Namun setelah coba dipotong dengan gunting secara merata ternyata kurang rapih, akhirnya rambut bayi kami digunduli, tapi tidak plonthos. :-p Ada larangan seputar cukur rambut ini: memotong sebagian dan menyisakan yang lain. Kesimpulan kami, rambutnya harus dicukur secara merata, tapi tidak harus gundul pacul. 
4. Sedekah seberat rambut yang dicukur. Hadisnya lemah. Sedekahnya OK, rambut yang ditimbang sanadnya banyak yang lemah, tidak ada yang shahih, katanya. 

Jadi yang kami lakukan : menyembelih seekor kambing, mencukur rambut secara merata, bersedekah ke anak yatim piatu (tidak seberat rambut yg dicukur, gak punya timbangannya huhehue).

Sebagian masyarakat berpendapat kalau aqiqah = sembelih kambing, marhaban = cukur rambut (40 hari setelah lahir). Karena kami tidak menemukan dasar hukum marhaban, cukur rambut kami barengkan dengan  menyembelih kambing.


 Referensi : 
1. Kado Menyambut si Buah hadi, karangan Ibnu Qayyim Jauzi (Pustaka al-Kautsar)
2. Ensiklopedi keluarga sakinah, karangan Muhammad Thalib (Pro-U media)
3. Berbagai artikel dari internet :-p


ReAD MoRE・・・

Thursday, 14 February 2013

Peka Harga?

Setelah tahun berganti tahun kembali tinggal di tanah air, akhirnya saya memperoleh kembali sense of price. Bukan apa-apa, saat awal-awal kembali ke Indonesia, saya benar-benar tidak tahu standar harga mahal-murah, wajar-abnormal. Tahun ke-3 ini saya mulai orientasi ibukota. Kantor di salah satu CBD Jakarta dimana saya menghabiskan sekitar setengah hari di sana mulai membentuk standar sendiri. Sebutlah budget sekali makan atau angkutan. 

Makan di sekitar kantor, setidaknya harus menyiapkan kocek 12 ribu hingga 50 ribu sekali makan, tergantung tempat dan menu yang dipilih. Saya sendiri mematok angka 15 ribu untuk makan siang, sudah dengan ayam/ikan dan 2 jenis sayur. Well, minuman tinggal ambil jatah teh botol/jus dari kulkas kantor.:-p Saya sedikit menghindari menu daging dan hasil olahannya seperti sosis atau bakso, merasa kurang aman dengan campuran bahan-bahannya. Terlebih, saya terlanjur terbiasa selektif memilih makanan karena lama tinggal di negeri mayoritas non-muslim, non-ahli kitab. Bukan berarti mengharamkan ini itu, tapi mencoba untuk hati-hati agar yang masuk ke dalam tubuh itu halal secara zat dan caranya.

Kenapa? Uhm, beberapa kali saat berada di tol Jakarta-Cikampek dan terperangkap macet, saya melihat satu truk penuh dengan babi menuju ibukota. Lalu muncullah isu bakso campur sapi-babi. Terlebih sekarang ini saat harga daging sapi naik tinggi sekali, bahkan lebih mahal dibandingkan harga daging sapi saat saya di Jepang. *akibat pengalihan isu parpol jelang pemilu? :-p * 

Kadang saya merasa bahwa harga makanan maupun jasa di ibukota kurang berimbang, sehingga pengalaman dan informasi lah yang bisa membuat kita lebih tenang mengambil pilihan. Sebutlah lokasi, ternyata di ibukota saya masih bisa menemukan tempat makan dengan menu di bawah 10 ribu. Ya, saya hanya membayar 8ribu untuk nasi, tuna pedas sayur kacang dan tempe goreng plus minumnya. Lokasinya strategis pula. Bila menunggu kereta pulang, terkadang saya mampir di situ untuk mengisi perut, persiapan fisik karena berdesakan dalam kereta komuter selama 30 menit.

Bila tidak sempat makan sebelum naik kereta pulang, maka saya beli es buah saja. Kasusnya kalau saya menunggu maghrib di kantor sebelum pulang, sampai rumah sekitar jam 8 malam. Awalnya hanya iseng saja, karena ingin makan buah tapi tidak sempat beli dan kalaupun beli tidak sempat dihabiskan stocknya sampai busuk :-p Ambil praktisnya, beli es buah yang isinya macam-macam dan insyaAllah habis sekali duduk. Alhamdulillah dalam perjalanan antara stasiun dan rumah ada tukang es buah murah meriah, harganya hanya 8 ribu rupiah, isinya bermacam buah. Sebutlah melon, buah naga, apel, bengkoang, nanas, anggur, alpukat, pepaya dan blewah. Pertama kali beli, main tebak harga. Perkiraan sekitar 15 ribu karena selain jenis buahnya banyak, volumenya tidak tanggung-tanggung, hampir seperempat buah terpakai. Si tukang es buah, gak rugi apa ya...

Soal angkutan, sudah satu minggu ini saya tidak pakai ojeg. Bensin belum naik, ongkos sudah naik 50%! Bila tidak terpaksa terkejar waktu, ojeg menjadi angkutan mahal. Lebih mahal dari taxi! Pilihan jalan kaki plus kopaja jadi alternatif. saya hemat ongkos hingga 80% plus tambah sehat karena jalan kaki sekitar 1,6 km setiap hari kerja. 

Kebetulan kantor memfasilitasi kesehatan dan olahraga. Saat cek kebugaran, nilai kardio (lebih kurang kapasitas jantung dan paru-paru) saya berada dalam level paling rendah. Waks! Langsung semangat olahraga aerob. Sudah setahun lebih tidak pernah jogging/bersepeda/hiking/renang, terlalu dimanjakan oleh kendaraan. Gambarou! Badan termasuk titipan dari Allah yang harus dirawat, jadi jangan sampai fungsi-fungsinya kurang maksimal karena kemalasan atau ketidaktahuan. huhehuhe. Apalagi kantor sudah berbaik hati mengcover biaya, harus dimanfaatkan! *gila untung, ogah rugi 

*hari ini berangkat dari rumah jam 7.15, sampai kantor 8.20, percobaan berangkat lebih siang hasilnya sukses! yes! 


ReAD MoRE・・・

Tuesday, 5 February 2013

Tiga Bulan kerja di Ibukota ;-)

Saat hendak dipindahtugaskan ke lain kota, maka cari tempat berteduh adalah yang jadi prioritas utama. Rumah, apartemen atau kontrakan? Well, nampaknya apartemen belum kami jadikan pilihan. Pertimbangannya lingkungan dan kondisi aparteemn yang sesuai budget tidak layak untuk hidup berkeluarga! Beda cerita kalau masih single, kamar sempit minim fasilitas pun tidak akan terlalu jadi pikiran. Bagaimana dengan rumah? Hum, budjetnya alhamdulillah masih belum cukup sehingga pilihan untuk tempat tinggal keluarga kecil kami sudah jelas: rumah kontrakan. Berburu kontrakan di ibukota ternyata gampang-gampang susah. Gampang karena banyak penawaran, susah karena sedikit yang masuk budget. 

 Kategori yang kami pilih sebagai tempat tinggal antara lain : 
 1. Akses rumah-kantor tidak lebih dari 1 jam.
 2. Jalan di depan rumah muat untuk 2 mobil bersimpangan. 
3. Tidak jauh dari Masjid dan rumah sakit 
4. Lingkungan nyaman, cahaya dan sirkulasi udara bagus. 
5. Ada halaman, buat parkir (biarpun blom punya mobil sendiri :-p)
 6. Sewanya tidak lebih dari 20 juta/tahun.

 Alhamdulillah akhirnya kami menemukan rumah yang cocok dan setidaknya bisa mengimbangi kategori yang kami buat di Nusa Loka, BSD City. 

Detailnya.
 1. Dari BSD ke kantor di Senayan bisa naik trans BSD feeder busway atau naik kereta dari Rawabuntu-Palmerah. kalau berangkat jam setengah 6 pagi, naik bus cuman satu jam. Kalau siang dikit, bisa 90 menit lebih. Kereta lebih stabil, bisa berangkat jam 7 dari rumah sampai di kantor jam 8 :p Alhamdulillah dengan adanya kereta, setelah subuh masih bisa beberes rumah dan halaman, kalau mau, sempat juga buat nyuci dan jemur pakaian. 
 2. Terpenuhi.
 3. Di dekat rumah sakit ada Masjid. Alhamdulillah keduanya bekerja sama memberikan program berobat nyaris gratis untuk warga yang tidak mampu. Lengkapnya di sini. Masjid ini alhamdulillah cukup aktif kegiatannya. :-) 
 4, 5,6 Alhamdulillah terpenuhi. Soal KRL Serpong-Jakarta, sejak tahun 2013 ini penumpangnya terasa makin padat saja, tidak jauh berbeda dengan kereta ekonomi, padahal harga tiketnya lebih dari 5 kali lipat sekali jalan. Biarpun berdesakan, tapi masih cukup reasonable lah buat dipakai, demi menghemat waktu PP ke kantor. :-P Harga Tiket KRL : 8000 rupiah, kereta ekonomi : 1500 rupiah. Parkir motor di stasiun seharian 3000 rupiah.

 Ojeg dari stasiun Palmerah-Senayan City, standarnya 10.000 rupiah, kalau tidak bilang sebelum naik, tukang ojegnya bisa minta 15 ribu :-P Kalau Hujan bisa minta 20 ribu... hiks. 

Ada angkutan Ciputat-Tanah abang yang lewat Senayan City- Hotel Mulia-TVRI-arah Tanah Abang,(2000 rupiah). Kalau mau sekalian olahraga jalan kaki, bisa melewati trotoar sepanjang kompleks DPR/MPR menuju stasiun Palmerah (ke/dari pertigaan Hotel Mulia). Banyak juga para komuter yang jalan kaki dari Palmerah, soalnya taksi dan ojeg biasa berebut. :-) 

*Nampaknya kalau berangkat pagi-pagi banget setelah Subuh, bisa sekalian jogging dulu di Gelora Bung Karno, trus mandi di shower kantor :-p

 Btw, ada alternatif juga dengan komunitas www.nebeng.com. Ide bagus untuk mengurangi kemacetan tanpa mengurangi kenyamanan. Sewaktu saya menginap di Milan, teman saya tsb menuju kantor dengan cara yang sama, satu mobil dipakai ber-4 dengan orang-orang yang searah. :-) Well, saya belum daftar di komunitas ini sih.

:: Update 17 January 2014::
Moda Transportasi dari kawasan BSD ke Senayan 
1. Kereta dari Stasiun Rawa Buntu  -- Kebayoran atau Palmerah, lanjut jalan kaki + kopaja/ojeg.
2. Bus Trans BSD - Ratu Plaza
3. Bus Agramas/Mayasari jurusan Tangerang-Bekasi/Cikarang, turun di exit tol Veteran (tanah Kusir) lanjut angkot 2x (naik arah Blok M, di halte simpang -Pakubuwono- ganti jur Tanah Abang) atau Ojeg.

*ongkos kereta 2000 rupiah.
*ongkos angkot sekali naik 3000 rupiah
*ongkos ojeg, sesuai tawar menawar :-p 


ReAD MoRE・・・

Sunday, 13 January 2013

Titipan Juara (1)

Hadiah indah hadir pada ulang tahun pernikahan kami. Hanya selembar foto hitam putih. Sederhana? Barangkali. Gambar di dalamnyapun hanya menunjukkan sebuah titik kecil dalam ruangan yang baru terbentuk. Namun titik itu akan memiliki riwayatnya sendiri. Maknanya begitu berarti: amanah pertama yang dititipkanNya kepada kami. Alhamdulillah. Artinya kami telah dipercaya untuk membimbing sebuah nyawa, menjadikan kami barometer awal menuju surga atau nerakanya.

Berbagai perasaan bergabung menjadi satu. Ada bahagia, cemas, haru, semangat membara, juga sekelebat rencana untuk mempersiapan janin ini dari dalam rahim, terlahir ke kampung dunia, hingga bekal-bekal untuk kampung abadinya. Waktu berlari. Janin itu berkembang dengan luar biasa. 

Tulisan tentang perkembangan janin mulai saya pelajari. Pemeriksaan rutin tiap bulan membuat kami jadi lebih paham perubahan wujud dan ukuran calon bayi kami. Visualisasi. Tidak hanya dalam tulisan dan gambar dari buku, foto-foto actual hasil USG sangat membantu menyadarkan kami bahwa ada sesuatu yang hidup, yang bertambah besar dan bergerak dalam rahim yang terbentuk pada istri saya. Selembar foto yang menyadarkan betapa besar Tuhan yang menciptakannya. Setiap kali melihat foto baru adalah detik-detik penuh kesyukuran. Setiap melihat perkembangan baru adalah detik dimana detak jantung berdegup lebih kencang. 

Kini dia menjelang trimester ke-3. Dedek Janin lebih nyata lagi berada di antara kami berdua. Saat membaca quran, dedek Janin memberikan respon gerakan-gerakan yang sekarang saya pun bisa merasakan lewat elusan tangan. Dia mendengar! Waktu-waktu berkomunikasi dengan bunyi menjadi saat yang saya nanti. Gerakannya yang mulai teraba menjadi suatu fenomena sendiri yang begitu berharga. Entah kenapa. 

Masih banyak yang perlu kami persiapkan. Persiapan pra dan paska kelahiran yang baik dan sesuai dengan tuntunan Rasul. Nama pun tak kami lupakan. Meski dokter sudah memvonis jenis kelamin dedek Janin, kami tetap menyiapkan nama untuk laki-laki dan perempuan. Alasannya? Well, karena kita baru benar-benar tahu jenis kelaminnya begitu dia lahir ke dunia. Kami pernah diceritakan bahwa ada sepasang suami istri yang calon bayinya berjenis kelamin perempuan, kata dokter. Ternyata saat lahir, bayinya laki-laki. Jadi, serahkan saja kepada Yang Maha Kuasa, Lelaki atau perempuan insyaAllah kami tetap berbahagia menyambutnya. 



 *udah lama gak nulis jadi belepotan, huhu....


ReAD MoRE・・・