Saturday 28 March 2020

Investasi di Tengah Ancaman Resesi

Tahun lalu, alhamdulillah kami berkesempatan untuk belajar investasi dalam dunia saham. Tentu saja saya belum ahli dalam analisa finance, sehingga untuk investor pemula seperti saya, diversifikasi portofolio sangat penting untuk menimimalisir resiko. Investasi ini untuk 15-20 tahun, sehingga kami tidak perlu khawatir dengan gonjang-ganjing dunia saham.Pilihannya tentu saja perusahaan yang cukup matang/stabil dan membagi dividen secara berkala. Alih-alih memilih perusahaan yang akan berkembang untuk dijual lagi (harus analisa pasar secara aktif), kami memilih menjadi investor 'pasif' dan fokus kepada dividen dibanding kenaikan harga saham. Faktanya, di tengah harga saham yang anjlok, kami tetap mendapatkan dividen selama bulan Feb dan Maret 2020. 


Ada yang berpendapat bawa saat harga saham turun, adalah saatnya membeli sebanyak mungkin. Hal ini berlaku bila kita sudah punya emergency fund (1 tahun biaya hidup) yang cukup sehingga memang ada 'cash' yang bisa dialokasikan untuk menambah portofolio. Kami tetap dalam jalur, membeli saham secara berkala sehingga dalam satu tahun kami memperoleh biaya rerata saat harganya rendah maupun tinggi. 

Hehe, kondisi dunia sedang carut marut dengan adanya Covid19, termasuk ekonomi dan supply chain makanan maupun industri sehingga memiliki uang tunai saat kondisi buruk menjadi pilihan lebih prioritas. Investasi selain dunia saham, juga nampaknya perlu merambah 'insourcing' : pemanfaatan dan pengembangan sumber daya yang sudah dimiliki. Punya sedikit lahan di rumah? Bikin kebun sayur kecil-kecilan. Saat ada stok sayuran, coba bikin asinan yang daya simpannya lebih lama. Surplus tepung, butter dan telur? Coba bikin kue kering. Punya waktu lebih karena tidak harus kerja ke kantor : baca buku, olahraga indoor, bikin dan kejar target jelang Ramadhan. 

Saat terjadi gempa dan tsunami di Jepang tahun 2011 lalu ada himbauan yang masih saya ingat sampai sekarang :

Kakek nenek, inilah saatnya memeras pengalaman hidup untuk menabur nasihat yang baik. Anak-anak, inilah saat untuk menjadi lebih 'matang' dan belajar membantu orang dewasa sesuai kemampuan. Ayah, ibu dan para pemuda , kalianlah tulang punggung masyarakat di lingkungan. Gunakan tenaga muda kalian untuk bermanfaat sebanyak-banyaknya. 

Setiap orang berusaha menjadi dirinya yang terbaik saat situasi sulit,  mengesampingkan hedonism, pleasure, ambisi, kekayaan dan stimulasi pribadi. Dijelaskan dalam Schartz Circumplex : value yang berseberangan akan sulit dijalankan bersamaan. Dalam kondisi tidak biasa, self-transcedence jauh lebih penting dibanding self-enhancement, dan saya rasa masyarakat Jepang lebih terkondisikan untuk kompromi dan menjaga tradisi. Penanaman value ini penting buat anak-anak, sehingga mereka bisa berkontribusi dalam masyarakat kelak, termasuk dalam mengambil keputusan hidup, pemakaian waktu, uang dan pilihan investasi.

No comments: