Wednesday, 10 August 2016

Merindu Zaman

Masih kental suasana ramadhan, bulan diturunkannya pegangan hingga akhir jaman. Berakhirnya bulan ditutup dengan penuh kesyukuran, melantangkan takbir, mengagungkan kebesaran Tuhan. Selipan doa berjejalan agar masih bisa bertemu lagi bulan suci tahun depan.

Fitnah sudah merajalela. Kebenaran sulit diterka hanya mengandalkan pendapat yang bertebaran di social media. Lalu bagaimana kita akan menghadapi fitnah paling kuat yang katanya menjadi salah satu ciri akhir zaman? Yes, yang itu. Saat neraka dajjal sesungguhnya surga dan surganya sejatinya adalah neraka.

Maka umat muslim disunnahkan untuk membaca surat Al kahfi setiap pekannya. Bagimana ayat-ayat dalam surat ini bisa melindungi dari fitnah dajjal? Yang saya pahami, bukan karena kita membunyikannya (tilawah), tapi dengan kita membacanya (iqra).

Surat yang melindungi orang beriman dari fitnah terkuat yang memutar balikkan surga dan neraka itu diawali dengan mengucap pujian, kesyukuran atas hadirnya pedoman hidup yang akan menjadi acuan saat kebenaran dan kebatilan sudah bercampur-aduk.
Beberapa fakta yang terjadi tentang rancunya kejadian yang disokong sekelompok manusia saat ini.

1. LaGiBeTe dianggap normal dan diakui secara legal di beberapa negara.
2. Seorang anggota Parlemen Inggris dibunuh sebelum Brexit.
3. Pada hari nasional Perancis (14 Juli), supir truk dengan pendingin menabrak keramaian lalu menembaki orang-orang di Nice. 84 orang tewas. –Kebenaran (pembenaran?) apa yang melandasi aksi ini?
4. Kudeta Turki. Lanjutan beritanya masih hangat sampai saat tulisan ini ditulis.
5. Pembakar masjid Tolikara diundang makan-makan ke istana negara.
6. Donald T*ump menjadi calon Presiden negeri adidaya terlepas dari haluannya yang jelas rasis. Eh? 
7. Mengikuti kisah awkarin? Pendukungnya banyak loh. Masih muda-muda pula.
8. Pro-kon capres pemilu 2014. Baunya masih tetap terasa.

Saya pikir akan masih banyak kejadian yang membuat sebagian orang bingung. Mana yang benar? Kemana harus memihak? Bagaimana harus bersikap?
Akhir pekan lalu kebetulan sempat bertemu dengan seorang bule muslim yang sudah membaca banyak referensi, hingga disebabkan oleh keterbatasan ingatan, agak bercampur hal-hal yang disebutkan dalam Al Quran, Hadits, atau pendapat orang (dalam hal ini ulama/ustadz). Saya yang terlibat dalam diskusi, cukup senang karena kami sepakat menjadikan Al Quran sebagai pedoman. Yes, itu yang utama. Sumber lain boleh menjadi pelengkap selama tidak bertentangan dengan petunjuk utama. Informasi yang bercampur semacam benang kusut insyaallah bisa terurai menjadi pemahaman yang lurus berdasarkan sumber yang terjamin kebenarannya.

Bukankah kebenaran mukjizat ini sebenarnya pernah dipertaruhkan dengan memasukkan berita kemenangan bangsa Romawi atas Persia yang baru terbukti beberapa tahun kemudian?

Saya mendapatkan istri yang kuliah di jurusan matematika. Bonus seorang ayah mertua yang kritis filosofis. Interaksi secara langsung maupun tidak, turut mengasah logika. Dan ini cukup membantu saya dalam melihat suatu isu.
Misalkan, eksistensi Tuhan, teori evolusi Darwin, dll. Kebenaran dalam logika matematika disebut dengan aksioma/postulat. Hal ini tidak perlu pembuktian. Misalkan semua bilangan yang dikalikan dengan 0 akan menjadi 0. Atau 1+1 = 2.

Teorema adalah konjektur yang terbukti.
Konjektur adalah pernyataan yang belum terbukti kebenarannya.

Dalam hal ini, Tuhan adalah aksioma. Kalau ada konjektur yang menyatakan Tuhan tidak ada, maka suruh mereka yang membuktikannya, bukan sebaliknya. Aksioma tidak untuk dibuktikan, tapi diuji konsistensinya, kalau bahasa audit : verifikasi.

Uji kebenaran bisa dengan permodelan dengan memasukkan beberapa variable lalu hasilnya ditulis menjadi tesis lalu dapet gelar master/doctor deh. Wkwkwk. Hasil verifikasi akan mendapat sertifikat :-P

Teori evolusi adalah teorema atau bahkan cuman sekedar konjektur saja, harus dibuktikan dengan fakta ilmiah. Bukan urusan kita lalu jadi sibuk mikirin cara mematahkannya, minta saja fakta ilmiah dari pendukungnya. Saya membaca bahwa evolusi memang terjadi pada virus dan bisa diamati secara real-time, namun evolusi yang merubah satu spesies jadi spesies lain yang sama sekali berbeda itu ada missing link yang membuat derajatnya masih sekedar ide atau konjektur saja.

Ada yang lebih parah, yakni Hoax. Konjektur dan Hoax ini kalau sudah beredar luas dan disepakati bersama, secara de jure dia akan menjadi kebenaran. Mengerikan.

Saat ini sedang berlangsung MTQ di Nusa Tenggara Barat, semoga akan datang masa MIQ (MQQ?) menjadi popular, forum verifikasi ayat-ayat Quran secara ilmiah yang mencerahkan umat. Mungkin modelnya seperti NAK dan yang berkumpul adalah anak-anak muda diawal aqil balighnya. Generasi emas yang paham tentang Al Furqon dan tidak galau dengan identitas dirinya. Ini menjadi PR besar bagi setiap keluarga : bagaimana menanamkan konsep yang membuat anak-anak yakin dan mengembangkan nalarnya, bukan berkata emang udah dari sononya atau katanya begitu dari dulu....

No comments: