Alhamdulillah akhir pekan ini cerah, kami berkesempatan untuk ke pantai pada saat surut sehingga kerang, tiram, rumput laut serta satwa-satwa bahari lainnya bisa diambil langsung dengan mudah tanpa perlu naik kapal. Sebuah anugerah untuk negeri yang lingkungannya terjaga. Biarpun musim panas, suhu udara di Washington masih sejuk dan angin berhembus cukup kencang. Keuntungan lainnya adalah pantai yang kami kunjungi bukan tujuan wisata umum sehingga berasa seperti pantai pribadi dan bebas dari bikini. #eh.
Ceritanya saya sedang membuka kerang yang sehari sebelumnya kami pungut dari pantai. Tanpa sengaja jari saya tergores ujung yg tajam dan berdarah.
"Ayah, kenapa berdarah?"
"Kena kulit kerang, tajam."
"Nanti eyra obatin ya. Eyra bisa obatin loh..."
Karena jumlah kerang yg harus dikupas masih cukup banyak, saya segera bersihkan luka lalu saya tutup lukanya dengan handyplast. Saya teruskan aktivitas yg tertunda.
Tak lama si gadis cilik datang lagi.
"Loh, kok diobatin sendiri. Khan eyra yang mau obatin"
Eh, loh, jadi tadi tuh serius toh. Maaf ya anak, ayah kira kamu hanya mencoba sopan dan basa basi saja menawarkan bantuan. Dasar gak sensitif, mana ada anak umur 3 tahun udh ngerti basa-basi. Doh.
"Emang eyra gimana ngobtainnya?"
"Gini... "
Celotehnya sambil memperagarakan. Membuka bungkus handylplast, menempelkan di jari saya, lalu menekan-nekan seolah memastikan sudah menempel dengan baik. Lalu mengacungkan jempolnya. Selesai, katanya.
Oh, maafkan ayah yang sedikit ragu akan kemampuanmu ya, nak.
"Sekarang udah gak berdarah?"
"Iya. Sudah tidak apa-apa"
Alhamdulillahi bi ni'matihi tatimmussholihaat.
Si bayi sudah jadi gadis cilik yang menyejukkan hati.
"Eyra mau bantu ayah!" Teriaknya riang sambil mendekat. Anak ini sedang kabur tidak mau tidur siang.
Saya sedang bersiap memasukkan baju ke mesin cuci sambil mengucek kerah dan bagian ketiak.
Si anak kecil akhirnya ikut diajarin mengecek baju dalamnya. Ambil sabun, dikucek, dibulas. Dikasih sabun lagi. Dikucek lagi. Sampai 3-4 kali. Entah bersih entah tidak, toh akhirnya masuk mesin cuci juga. Haha. Tapi melihat ekspresinya yang serius, keterampilan tangannya yang mengulang pola yang sama 3 atau 4 kali nampaknya tingkahnya kali ini perlu diapresiasi. Setidaknya saya ikat kenangan ini dalam tulisan .
"Ayah besok kerja lagi ya?" Tanyanya di Minggu sore.
"Iya. Eyra juga besok sekolah Khan ya?"
"Iya. Eyra senang sekolah! Ayah naik pesawat lagi? Nanti eyra jemput ya!"
"Insyaallah nanti eyra bisa naik pesawat bareng ayah."
"Bareng ibun dan dedek eigen juga?"
"Iya.."
"Pesawatnya yang kecil aja ya ayah!"
Kenapa Pesawatnya harus kecil? Eh, bukan saatnya nanya.
"Iya, kalau domestik pesawatnya kecil, eyra."
Saya tidak yakin yakin lawan bicara paham arti domestik.
"Alhamdulillah ya! Eyra sayang ayah" cup cup. Dia mendekat dan mencium pipi saya.
Meleleh.....
Pada hari yang sama pula kami harus membereskan barang-barang, memilah, menyimpan, membuang sebagian. Adiknya rupanya bangun lalu menangis.
"Ayah, dedek Eigen nangis! Gendong, ayah!" Eueleuh... udah bisa memerintah... "Dedek Eigen, jangan nangis. Ibun lagi beres-beres!" Nah loh, si bayi bahkan gak boleh ganggu urusan ibunya, katanya... Haha, biasanya adeknya keganggu tidurnya karena si kakak ribut dengan suaranya yang nyaring. Hari ini entah kenapa si kakak sedang bijak.
Pada hari yang sama pula kami harus membereskan barang-barang, memilah, menyimpan, membuang sebagian. Adiknya rupanya bangun lalu menangis.
"Ayah, dedek Eigen nangis! Gendong, ayah!" Eueleuh... udah bisa memerintah... "Dedek Eigen, jangan nangis. Ibun lagi beres-beres!" Nah loh, si bayi bahkan gak boleh ganggu urusan ibunya, katanya... Haha, biasanya adeknya keganggu tidurnya karena si kakak ribut dengan suaranya yang nyaring. Hari ini entah kenapa si kakak sedang bijak.
Ada saat gadis cilik ini tantrum, bandel, susah makan, maunya permen atau es krim saja, kadang menguji konsistensi aturan atau sengaja membangkang. Tapi hari ini dia adalah bidadari cilik yang enak dipandang dan tutur katanya menyenangkan.
Semoga kami senantiasa dimampukan untuk menanam kebajikan yang mengakar kuat dalam pribadinya hingga dia dewasa. Semoga kami bisa meneladani kisah-kisah keluarga dan orang tua terpuji yang diabadikan dalam al quran. Semoga allah memelihara diri kami dari ketersesatan setelah datang petunjuk. Semoga allah menjauhkan kami dari kemurkaan, setelah mengetahui jalan yang benar.
*Terima kasih buat si neng geulis, pengatur benteng rumah tangga ,yang tetap teguh dan sabar mendidik si kecil. Sudah melewati 5 Ramadhan usia pernikahan ini.... *
No comments:
Post a Comment