Friday, 27 February 2009

Tutor-tutorku

Ceritanya hari ini adalah pesta perpisahan penghuni Asrama Internasional Nagoya. Makan-makan lah. Plus tugas nari pocho-pocho yang memang gerakannya adalah hasil kreativitas mandiri. Nah, kesempatan kali ini sekaligus dilakukan perkenalan tutor yang baru. Wuih. Kesannya lebih menyenangkan dibanding dengan tutor sewaktu saya masuk. Hmm, mungkin karena sesama anak undergraduate kalee, ya, serasa sebaya dan obrolan nyambung. Singkat cerita saya mengusulkan maen ping-pong bersama biar cepat akrab, biarpun waktu mereka masuk bulan April nanti, saya sudah pindah kediaman di Mansion baru. +_+ Ping-pong sukses! Menyenangkan, apalagi beberapa orang Korea, China, dan Jepang terseret untuk ikutan. YIppiiee!! Jadi ramai.

Dihitung-hitung, sejak menginjakkan kaki di Jepang saya memang mengakrabkan diri dengan tutor. Yah, awalnya sih niat belajar komunikasi dengan kemampuan bahasa Jepang terbatas dan bahasa Inggris yang dimaksimalkan. Ternyata banyak keuntungannya. Misalnya, bisa nge-print gratis, pinjam komik, tau info barang murah, dan tentu saja dapat teman ngobrol di ruangan yang sejuk di musim panas dan hangat di musim dingin. Coba menginta nama-nama tutor saya. Hmm, ada Ken, Shigeko, Seorang yang lanjut master ke USA (waa lagi2 ingat wajah lupa nama!), Takeshi, Che, dan yang baru kenalan hari ini : Yuusuke dan Junpei.


Akrab dengan tutor *baru sekarang saya sadari* menjadi salah satu faktor pemercepat rasa betah tinggal di Jepang. Jujur saja ini yang lebih saya butuhkan daripada sederatan angka dalam secarik kertas di akhir semester. Yah, nilai memang penting, tapi untuk kasus saya, untuk bisa masuk ke arena belajar yang kondusif, pertama saya harus adaptasi, merasa betah, sehingga bisa belajar dengan menyenangkan. Dan para tutor itu telah menjadi pemicu bagi saya untuk bisa melangkah sampai sekarang.


Ternyata jenis tutor yang lebih saya perlukan bukan yang juara kelas dengan IP nyaris selalu 4.00 yang dianggap bisa membimbing saya belajar, melainkan tutor yang bisa menjadi teman bermain. Belajar khan bisa dilakukan sendiri, kalau bermain sendiri khan kesepian. Makanya kenangan-kenangan yang masih melekat dengan tutor bukan di ruang baca perpus atau Lab, tapi lapangan olahraga, taman, dining room, dan kadang-kadang kamar saat nonton rame-rame. Lagipulaaaaaaaaaaa, seingat saya tutor di kampus nyaris tidak pernah membantu soal pelajaran, kecuali bahasa Jepang. +_+


No comments: