"Sungguh, manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir (70:19 Apabila ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah (70:20), dan apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir (70:21)" Kecuali....
Tentu saja saya tidak ingin menjadikan ayat di atas untuk membenarkan keluh kesah kali ini, meskipun saya tidak diberani menyatakan diri termasuk ke dalam golongan orang yang mendapat pengecualian (dijelaskan dalam ayat-ayat berikutnya). Intinya sederhana. Badan saya capek, pikiran saya masih harus fokus, saya mengorbankan waktu istirahat dan makan, juga penampilan karena belum mandi, belum tidur, bau keringat karena baru selesai kerja semalam suntuk tapi ternyata orang-orang yang berjanji, membatalkan 10 menit dari waktu yang telah disepakati. Satu demi satu mereka menghubungi lewat telepon, menyatakan tidak bisa ikut kerja kelompok. Yay.
Saat anggota tim terakahir menghubungi, kesabaran saya sudah mendekati batas. Astaghfirullahaladzim, saya berbicara dengan nada agak tinggi, menyatakan kalau saya ini lelah dan sudah mengorbankan waktu demi menyesuaikan waktu luang mereka hari ini, kok enak sekali membatalkan janji. Ini tugas tim! Alhamdulillah saya masih bisa menguasai diri sehingga tidak mengeluarkan kata-kata yang bisa menyakitkan. Saya coba menahan sekuat tenaga agar tidak terlepas mengatakan segala pengorbanan, kerja keras maupun prestasi dan kebaikan yang saya lakukan di masa lampau sebagai pelampiasan.
Ya. Kali ini saya masih berhasil menguasai diri meskipun rasa kecewa #1 itu singgah di hati.
Kecewa #2 kali ini adalah kegagalan Tim Thomas dan Uber Indonesia. Sebagai peraih piala thomas sebanyak 13 kali, posisi Indonesia harusnya setara dengan Brazil atau Real madrid dalam dunia sepakbola. Kali ini saya melihat minimnya regenerasi pemain berprestasi. Ataukah masalah ada pada regenrasi PELATIH-nya?
"Pernahkan Anda memperhatikan sosok di balik kesuksesan RRC menguasai jagat badminton beberapa tahun terakhir ini? Dia selalu berada di pinggir lapangan setiap pemain RRC tampil, tubuhnya sedikit gempal dan tidak jangkung. Dialah Li Yongbo. Dulunya hanya menjadi pelatih putri RRC tapi sekarang sudah menjadi pelatih kepala."
"Kita mengenalnya sebagai pasangan Tian Bingyi ketika masih menjadi pemain dulu (1980-an). Musuh bebuyutannya yang dari Korsel adalah Park Ji bong - Kim Moon Soo. Salah satu pasangan Korea ini juga memimpin Tim Thomas dan Uber Korea saat ini. Musuh beratnya yang dari kita adalah Eddy Hartono Arby - Rudy Gunawan. Namun pasangan kita ini tidak terdengar kiprahnya di dunia bulutangkis setelah pensiun."
"Kita lihat, Li Yongboo ini kan "hanya" pemain ganda, tapi dia kok bisa sukses memoles pemainnya yang tidak hanya ganda namun juga di sektor tunggal. Pasangan Cai Yun - Fu Haifeng lahir berkat tangan dinginnya, namun di tunggal juga tak kalah, yakni Xi Xingfang, Lu Lan dan lain-lain."
(http://forum.detik.com/showthread.php?t=39174)
Pasangan ganda putra Malaysia di bawah asuhan Rexy pernah eksis mengalahkan pemain top China dan bahkan Indonesia. Jemput Rexy gih!
Pemain Jepang pun mulai patut diperhitungan. Dalam kancah Thomas cup kali ini Jepang sudah berhasil masuk ke semifinal. Pemain tunggal putranya (kenichi Tago) melaju sampai FINAL dalam All England tahun ini. (Dan dia masih MUDA!). Dari yang saya tahu, latihan klub olahraga di jepang sangat keras karena memang berorientasi pada prestasi. Tapi saya percaya bahwa klub serupa di tanah air tidak kalah hebat soal porsi latihannya. Pemain China hampir selalu menghadirkan wajah muda baru yang siap menggantikan posisi pemain lawas.
Jangan-jangan masalahnya ada di DANA pembinaan?! Secara para pemain Indonesia jarang muncul dalam pertandingan-pertandingan dunia... Padahal kata Alan Budi Kusuma dan Rexy Mainaky, pengalaman bertanding itu penting :
1. Ketegangan para pemain itu disebabkan oleh beban dan harapan untuk berprestasi. "Pelatih dan PBSI berharap mereka dapat berprestasi dengan baik. Belum lagi kalau mereka main di Indonesia atau menjadi wakil Indonesia, beban menjadi bertambah," Untuk meringankan ketegangan atlet,Alan menyarankan :
"Salah satunya dengan menimba pengalaman bertanding. Bagaimanapun juga pengalaman memang yang terbaik. Jam terbang itu mutlak dimiliki oleh seorang atlet. Pengalaman bertanding tidak bisa didapatkan hanya melalui teori,"
2. Rexy mengatakan, dia terbiasa kalah di awal2 keikut sertaannya di turnamen2 bergengsi tingkat dunia. Tapi selangkah demi selangkah, dia merasa semakin kuat dan terbiasa menghadapi tekanan sehingga dia bisa menjadi salah satu ganda terkuat di eranya.
Gyaaaaa~~ Olahraga profesional memang mahal, pembinaan dan latihan perlu biaya. Ataukah prestasi olahraga memang hanya untuk negara kaya?
Kecewa #2 kali ini adalah kegagalan Tim Thomas dan Uber Indonesia. Sebagai peraih piala thomas sebanyak 13 kali, posisi Indonesia harusnya setara dengan Brazil atau Real madrid dalam dunia sepakbola. Kali ini saya melihat minimnya regenerasi pemain berprestasi. Ataukah masalah ada pada regenrasi PELATIH-nya?
"Pernahkan Anda memperhatikan sosok di balik kesuksesan RRC menguasai jagat badminton beberapa tahun terakhir ini? Dia selalu berada di pinggir lapangan setiap pemain RRC tampil, tubuhnya sedikit gempal dan tidak jangkung. Dialah Li Yongbo. Dulunya hanya menjadi pelatih putri RRC tapi sekarang sudah menjadi pelatih kepala."
"Kita mengenalnya sebagai pasangan Tian Bingyi ketika masih menjadi pemain dulu (1980-an). Musuh bebuyutannya yang dari Korsel adalah Park Ji bong - Kim Moon Soo. Salah satu pasangan Korea ini juga memimpin Tim Thomas dan Uber Korea saat ini. Musuh beratnya yang dari kita adalah Eddy Hartono Arby - Rudy Gunawan. Namun pasangan kita ini tidak terdengar kiprahnya di dunia bulutangkis setelah pensiun."
"Kita lihat, Li Yongboo ini kan "hanya" pemain ganda, tapi dia kok bisa sukses memoles pemainnya yang tidak hanya ganda namun juga di sektor tunggal. Pasangan Cai Yun - Fu Haifeng lahir berkat tangan dinginnya, namun di tunggal juga tak kalah, yakni Xi Xingfang, Lu Lan dan lain-lain."
(http://forum.detik.com/showthread.php?t=39174)
Pasangan ganda putra Malaysia di bawah asuhan Rexy pernah eksis mengalahkan pemain top China dan bahkan Indonesia. Jemput Rexy gih!
Pemain Jepang pun mulai patut diperhitungan. Dalam kancah Thomas cup kali ini Jepang sudah berhasil masuk ke semifinal. Pemain tunggal putranya (kenichi Tago) melaju sampai FINAL dalam All England tahun ini. (Dan dia masih MUDA!). Dari yang saya tahu, latihan klub olahraga di jepang sangat keras karena memang berorientasi pada prestasi. Tapi saya percaya bahwa klub serupa di tanah air tidak kalah hebat soal porsi latihannya. Pemain China hampir selalu menghadirkan wajah muda baru yang siap menggantikan posisi pemain lawas.
Jangan-jangan masalahnya ada di DANA pembinaan?! Secara para pemain Indonesia jarang muncul dalam pertandingan-pertandingan dunia... Padahal kata Alan Budi Kusuma dan Rexy Mainaky, pengalaman bertanding itu penting :
1. Ketegangan para pemain itu disebabkan oleh beban dan harapan untuk berprestasi. "Pelatih dan PBSI berharap mereka dapat berprestasi dengan baik. Belum lagi kalau mereka main di Indonesia atau menjadi wakil Indonesia, beban menjadi bertambah," Untuk meringankan ketegangan atlet,Alan menyarankan :
"Salah satunya dengan menimba pengalaman bertanding. Bagaimanapun juga pengalaman memang yang terbaik. Jam terbang itu mutlak dimiliki oleh seorang atlet. Pengalaman bertanding tidak bisa didapatkan hanya melalui teori,"
2. Rexy mengatakan, dia terbiasa kalah di awal2 keikut sertaannya di turnamen2 bergengsi tingkat dunia. Tapi selangkah demi selangkah, dia merasa semakin kuat dan terbiasa menghadapi tekanan sehingga dia bisa menjadi salah satu ganda terkuat di eranya.
Gyaaaaa~~ Olahraga profesional memang mahal, pembinaan dan latihan perlu biaya. Ataukah prestasi olahraga memang hanya untuk negara kaya?
No comments:
Post a Comment