Seringkali orang menganggap bahwa rejeki adalah berupa materi yang masuk ke perut atau menempel di tubuh.Rejeki untuk jasad memang mudah disebut, karena wujudnya terlihat. Tubuh memerlukan makanan, minuman, pakaian dan perlindungan berupa tempat tinggal. Bila direnungkan lebih lanjut, rejeki dari Allah itu turun untuk segenap komponen diri kita sebagai manusia : jasad, pikiran dan ruh.
Bagaimana dengan akal kita dalam membentuk pemikiran? Ada sebuah doa yang diajarkan dalam Islam yang berbunyi "rabbi zidnii 'ilman warzuqnii fahman"; Artinya "wahai Rabku, tambahkanlah bagiku ilmu dan berilah rejeki pemahaman kepadaku. Doa ini menunjukkan bahwa rejeki bagi akal pikiran kita berupa pemahaman atas ilmu.
Lalu bagaimana dengan ruh kita, yang darinya akan muncul kekuatan dan dorongan untuk berbuat sesuatu. Mari kita perhatikan doa "Allahumma arinaa al-haqqa haqqan warzuqnaa ittibaa'ah, wa arinaa al-baathil baathilan, warzuqnaa ijtinaabah"; Artinya "ya Allah tunjukkanlah kepada kami yang benar itu benar dan berilah kami rejeki untuk mengikutinya, dan tunjukkanlah kepada kami yang salah itu salah, dan berilah kami rezeki untuk menjauhinya". Doa ini menunjukkan bahwa rejeki bagi ruh kita adalah kekuatan besar untuk mengikuti kebenaran dan menjauhi kebatilan. Dan hal ini hanya bisa diperoleh apabila kita senantiasa dalam keadaan merasakan adanya ma'iyatullahi dan muraqatullahi, kebersamaan dan pengawasan Allah swt.
Jadi rejeki yang Allah berikan kepada kita itu adalah bagi jasad, bagi akal dan bagi ruh kita. Maka marilah berlomba-lomba untuk memberikan "nutrisi" terbaik baik jasad, akal dan ruh kita.
*by Ust. Adi J. Mustafa, apa khabar beliau ya... *
No comments:
Post a Comment