Sunday, 27 November 2011

Sejarah dan Peta

Kita tak bisa mengajarkan Sejarah tanpa melibatkan peta. Setiap kali suatu peristiwa masa lalu (yang kini kita sebut sejarah) terjadi di suatu tempat, ia mengakibatkan hal lain di tempat lain. Selalu ada sebab geografis dalam setiap kejadian penting: penyerangan, perdamaian, pertahanan, ekspedisi, monopoli dagang, perkembangan ilmu.

Saya tidak pernah tahu soal ini. Kalau saya tahu, ingin rasanya membentangkan peta besar di tengah kelas, dengan orang-orangan beraneka bangsa dan kapal-kapal perang di laut. Agar siswa mengerti tentang jalur ekspedisi rempah-rempah, kolonialisme, perang dunia, dan semua yang dihasilkan masa lalu dan akibatnya pada negeri ini. (Irmayanti, 2011)

Seminggu lalu kakak Ipar saya membawa sebuah buku tentang Perang dan Amerika. Sayangnya saya belum sempat membacanya sampai tuntas. Namun dari sedikit yang sudah terbaca telah memicu semangat untuk memahami lagi sejarah dan geografi. Sebutlah dengan melihat peta dunia, wilayah berbagai negeri dan isu terkini yang ternyata sambung-menyambung menjadi satu dengan kejadian di masa lalu. Sudah ada buku dengan tema peta dan sejarah untuk berbagai topik, sayangnya harganya mahall (karena berwarna juga kali yah.... )

Well, ada sedikit cerita tentang Umar bin Abdul Aziz dan Revolusi yang dilakukan dalam pemerintahannya :


Umar Bin Abdul Aziz muncul di persimpangan sejarah umat Islam di bawah kepemimpinan dinasti Bani Umayyah. Pada penghujung abad pertama hijriyah, dinasti ini memasuki usianya yang keenam puluh, atau dua pertiga dari usianya, dan telah mengalami pembusukan internal yang serius. Umar sendiri adalah bagian dari dinasti ini, hampir dalam segala hal. Walaupun pada dasarnya ia seorang ulama yang telah menguasai seluruh ilmu ulama-ulama Madinah, tapi secara pribadi ia juga merupakan simbol dari gaya hidup dinasti Bani Umayyah yang korup, mewah dan boros.

Itu membuatnya tidak cukup percaya diri untuk memimpin ketika keluarga kerajaan memintanya menggantikan posisi Abdul Malik Bin Marwan setelah beliau wafat. Bukan saja karena persoalan internal kerajaan yang kompleks, tapi juga karena ia sendiri merupakan bagian dari persoalan tersebut. Ia adalah bagian dari masa lalu. Tapi pilihan atas dirinya, bagi keluarga kerajaan, adalah sebuah keharusan. Karena Umar adalah tokoh yang paling layak untuk posisi ini.

Ketika akhirnya Umar menerima jabatan ini, ia mengatakan kepada seorang ulama yang duduk di sampingnya, Al-Zuhri, "Aku benar-benar takut pada neraka." Dan sebuah rangkaian cerita kepahlawanan telah dimulai dari sini, dari ketakutan pada neraka, saat beliau berumur 37 tahun, dan berakhir dua tahun lima bulan kemudian, atau ketika beliau berumur 39 tahun, dengan sebuah fakta: reformasi total telah dilaksanakan, keadilan telah ditegakkan dan kemakmuran telah diraih. Ulama-ulama kita bahkan menyebut Umar Bin Abdul Aziz sebagai pembaharu abad pertama hijriyah, bahkan juga disebut sebagai khulafa rasyidin kelima.

Mungkin indikator kemakmuran yang ada ketika itu tidak akan pernah terulang kembali, yaitu ketika para amil zakat berkeliling di perkampungan-perkampungan Afrika, tapi mereka tidak menemukan seseorang pun yang mau menerima zakat. Negara benar-benar mengalami surplus, bahkan sampai ke tingkat dimana utang-utang pribadi dan biaya pernikahan warga pun ditanggung oleh negara.

Memulai dari Diri Sendiri, Keluarga dan Istana Umar Bin Abdul Aziz menyadari dengan baik bahwa ia adalah bagian dari masa lalu. Ia tidak mungkin sanggup melakukan perbaikan dalam kehidupan negara yang luas kecuali kalau ia berani memulainya dari dirinya sendiri, kemudian melanjutkannya pada keluarga intinya dan selanjutnya pada keluarga istana yang lebih besar. Maka langkah pertama yang harus ia lakukan adalah membersihkan dirinya sendiri, keluarga dan istana kerajaan. Dengan tekad itulah ia memulai sebuah reformasi besar yang abadi dalam sejarah.

Begitu selesai dilantik Umar segera memerintahkan mengembalikan seluruh harta pribadinya, baik berupa uang maupun barang, ke kas negara, termasuk seluruh pakaiannya yang mewah. Ia juga menolak tinggal di istana, ia tetap menetap di rumahnya. Pola hidupnya berubah secara total, dari seorang pencinta dunia menjadi seorang zahid yang hanya mencari kehidupan akhirat yang abadi. Sejak berkuasa ia tidak pernah lagi tidur siang, mencicipi makanan enak. Akibatnya, badan yang tadinya padat berisi dan kekar berubah menjadi kurus dan ceking.

Setelah selesai dengan diri sendiri, ia melangkah kepada keluarga intinya. Ia memberikan dua pilihan kepada isterinya, "Kembalikan seluruh perhiasan dan harta pribadimu ke kas negara, atau kita harus bercerai." Tapi istrinya, Fatimah Binti Abdul Malik, memilih ikut bersama suaminya dalam kafilah reformasi tersebut. Langkah itu juga ia lakukan dengan anak-anaknya. Suatu saat anak-anaknya memprotesnya karena sejak beliau menjadi khalifah mereka tidak pernah lagi menikmati makanan-makanan enak dan lezat yang biasa mereka nikmati sebelumnya. Tapi Umar justeru menangis tersedu-sedu dan memberika dua pilihan kepada anak-anak, "Saya beri kalian makanan yang enak dan lezat tapi kalian harus rela menjebloskan saya ke neraka, atau kalian bersabar dengan makanan sederhana ini dan kita akan masuk surga bersama."

Selanjutnya, Umar melangkah ke istana dan keluarga istana. Ia memerintahkan menjual seluruh barang-barang mewah yang ada di istana dan mengembalikan harganya ke kas negara. Setelah itu ia mulai mencabut semua fasilitas kemewahan yang selama ini diberikan ke keluarga istana, satu per satu dan perlahan-lahan. Keluarga istana melakukan protes keras, tapi Umar tetap tegar menghadapi mereka. Hingga suatu saat, setelah gagalnya berbagai upaya keluarga istana menekan Umar, mereka mengutus seorang bibi Umar menghadapnya.

Boleh jadi Umar tegar menghadapi tekanan, tapi ia mungkin bisa terenyuh menghadapi rengekan seorang perempuan. Umar sudah mengetahui rencana itu begitu sang bibi memasuki rumahnya. Umar pun segera memerintahkan mengambil sebuah uang logam dan sekerat daging. Beliau lalu membakar uang logam tersebut dan meletakkan daging diatasnya. Daging itu jelas jadi "sate." Umar lalu berkata kepada sang bibi: "Apakah bibi rela menyaksikan saya dibakar di neraka seperti daging ini hanya untuk memuaskan keserakahan kalian? Berhentilah menekan atau merayu saya, sebab saya tidak akan pernah mundur dari jalan reformasi ini."

Langkah pembersihan diri, keluarga dan istana ini telah meyakinkan publik akan kuat political will untuk melakukan reformasi dalam kehidupan bernegara, khususnya dalam pemberihan KKN. Sang pemimpin telah telah menunjukkan tekadnya, dan memberikan keteladanan yang begitu menakjubkan.

Gerakan Penghematan

Langkah kedua yang dilakukan Umar Bin Abdul Aziz adalah penghematan total dalam penyelenggaraan negara. Langkah ini jauh lebih mudah dibanding langkah pertama, karena pada dasarnya pemerintah telah menunjukkan kredibilitasnya di depan publik melalui langkah pertama. Tapi dampaknya sangat luas dalam menyelesaikan krisis ekonomi yang terjadi ketika itu.

Sumber pemborosan dalam penyelenggaraan negara biasanya terletak pada struktur negara yang tambun, birokrasi yang panjang, administrasi yang rumit. Tentu saja itu disamping gaya hidup keseluruhan dari para penyelenggara negara. Setelah secara pribadi beliau menunjukkan tekad untuk membersihkan KKN dan hidup sederhana, maka beliau pun mulai membersihkan struktur negara dari pejabat korup. Selanjutnya beliau merampingkan struktur negara, memangkas rantai birokrasi yang panjang, menyederhanakan sistem administrasi. Dengan cara itu negara menjadi sangat efisien dan efektif.

Simaklah sebuah contoh bagaimana penyederhanaan sistem administrasi akan menciptakan penghematan. Suatu saat gubernur Madina mengirim surat kepada Umar Bin Abdul Aziz meminta tambahan blangko surat untuk beberapa keperluan adminstrasi kependudukan. Tapi beliau membalik surat itu dan menulis jawabannya, "Kaum muslimin tidak perlu mengeluarkan harta mereka untuk hal-hal yang tidak mereka perlukan, seperti blangko surat yang sekarang kamu minta."

Redistribusi Kekayaan Negara

Langkah ketiga adalah melakukan redistribusi kekayaan negara secara adil. Dengan melakukan restrukturisasi organisasi negara, pemangkasan birokrasi, penyederhanaan sistem administrasi, pada dasarnya Umar telah menghemat belanja negara, dan pada waktu yang sama, mensosialisasikan semangat bisnis dan kewirausahaan di tengah masyarakat. Dengan cara begitu Umar memperbesar sumber-sumber pendapatan negara melalui zakat, pajak dan jizyah.

Dalam konsep distribusi zakat, penetapan delapan objek penerima zakat atau mustahiq, sesungguhnya mempunyai arti bahwa zakat adalah sebentuk subsidi langsung. Zakat harus mempunyai dampak pemberdayaan kepada masyarakat yang berdaya beli rendah. Sehingga dengan meningkatnya daya beli mereka, secara langsung zakat ikut merangsang tumbuhnya demand atau permintaan dari masyarakat, yang selanjutnya mendorong meningkatnya suplai. Dengan meningkatnya konsumsi masyarakat, maka produksi juga akan ikut meningkat. Jadi, pola distribusi zakat bukan hanya berdampak pada hilangnya kemiskinan absolut, tapi juga dapat menjadi faktor stimulan bagi pertumbuhan ekonomi di tingkat makro.

Itulah yang kemudian terjadi di masa Umar Bin Abdul Aziz. Jumlah pembayar zakat terus meningkat, sementara jumlah penerima zakat terus berkurang, bahkan habis sama sekali. Para amil zakat berkeliling di pelosok-pelosok Afrika untuk membagikan zakat, tapi tak seorang pun yang mau menerima zakat. Artinya, para mustahiq zakat benar-benar habis secara absolut. Sehingga negara mengalami surplus. Maka redistribusi kekayaan negara selanjutnya diarahkan kepada subsidi pembayaran utang-utang pribadi (swasta), dan subsidi sosial dalam bentuk pembiayaan kebutuhan dasar yang sebenarnya tidak menjadi tanggungan negara, seperti biaya perkawinan. Suatu saat akibat surplus yang berlebih, negara mengumumkan bahwa "negara akan menanggung seluruh biaya pernikahan bagi setiap pemuda yang hendak menikah di usia muda."

Mengapa sejarah tak berulang?

Sejarah selalu hadir di depan kesadaran kita dengan potongan-potongan zaman yang cenderung mirip dan terduplikasi. Pengulangan-pengulangan itu memungkinkan kita menemukan persamaan-persamaan sejarah, sesuatu yang kemudian memungkinkan kita menyatakan dengan yakin, bahwa sejarah manusia sesungguhnya diatur oleh sejumlah kaidah yang bersifat permanen. Manusia, pada dasarnya, memiliki kebebasan yang luas untuk memilih tindakan-tindakannya. Tetapi ia sama sekali tidak mempunyai kekuatan untuk menentukan akibat dari tindakan-rindakannya. Tetapi karena kapasitas manusia sepanjang sejarah relatif sama saja, maka ruang kemampuan aksinya juga, pada akhirnya, relatif sama.

Itulah sebab yang memungkinkan terjadinya pengulangan-pengulangan tersebut. Tentu saja tetap ada perbedaan-perbedaan waktu dan ruang yang relatif sederhana, yang menjadikan sebuah zaman tampak unik ketika ia disandingkan dengan deretan zaman yang lain.

Itu sebabnya Allah Subhaanahu wa ta'ala memerintahkan kita menyusuri jalan waktu dan ruang, agar kita dapat merumuskan peta sejarah manusia, untuk kemudian menemukan kaidah-kaidah permanen yang mengatur dan mengendalikannya. Kaidah-kaidah permanen itu memiliki landasan kebenaran yang kuat, karena ia ditemukan melalui suatu proses pembuktian empiris yang panjang. Bukan hanya itu, kaidah-kaidah permanen itu sesungguhnya juga mengatur dan mengendalikan kehidupan kita. Dengan begitu sejarah menjadi salah satu referensi terpenting bagi kita, guna menata kehidupan kita saat ini dan esok.

Sejarah adalah cermin yang baik, yang selalu mampu memberi kita inspirasi untuk menghadapi masa-masa sulit dalam hidup kita. Seperti juga saat ini, ketika bangsa kita sedang terpuruk dalam krisis multidimensi yang rumit dan kompleks, berlarut-larut dan terasa begitu melelahkan. Ini mungkin saat yang tepat untuk mencari sepotong masa dalam sejarah, dengan latar persoalan-persoalan yang tampak mirip dengan apa yang kita hadapi, atau setidak-tidaknya pada sebagian aspeknya, untuk kemudian menemukan kaidah permanen yang mengatur dan mengendalikannya

Masalah di Ujung Abad

Ketika Rasulullah Shalallaahu 'alaihi wa sallam menyatakan sebuah ketetapan sejarah, bahwa di ujung setiap putaran seratus tahun Allah Swt akan membangkitkan seorang pembaharu yang akan akan mempebaharui kehidupan keagamaan umat ini. Ketetapan itu menjadikan masa satu abad sebagai sebuah besaran waktu yang memungkinkan terjadinya pengulangan-pengulangan masalah, rotasi pola persoalan-persoalan hidup. Ketetapan itu juga menyatakan adanya fluktuasi dalam sejarah manusia, masa pasang dan masa surut, masa naik dan masa turun. Dan titik terendah dari masa penurunan itulah Allah Swt akan membangkitkan seorang pembaharu yang menjadi lokomotif reformasi dalam kehidupan masyarakat.


Itulah yang terjadi di ujung abad pertama hijriyah dalam sejarah Islam. Sekitar enam puluh tahun sebelumnya, masa khulafa rasyidin telah berakhir dengan syahidnya Ali bin Abi Thalib. Muawiyah bin Abi Sofyan yang kemudian mendirikan dinasti Bani Umayyah di Damaskus, mengakhiri sistem khilafah dan menggantinya dengan sistem kerajaan. Pemimpin tertinggi dalam masyarakat Islam tidak lagi dipilih, tapi ditetapkan.

Perubahan pada sistem politik ini berdampak pada perubahan perilaku politik para penguasa. Secara perlahan mereka menjadi kelompok elit politik yang eksklusif, terbatas pada jumlah tapi tidak terbatas pada kekuasaan, sedikit tapi sangat berkuasa. Sistem kerajaan dengan berbagai perilaku politik yang menyertainya, biasanya secara langsung menutup katup politik dalam masyarakat dimana kebebasan berekspresi secara perlahan-lahan dibatasi, atau bahkan dicabut sama sekali. Itu memungkinkan para penguasa menjadi tidak tersentuh oleh kritik dan tidak terjangkau oleh sorot mata masyarakat. Tidak ada keterbukaan, tidak ada transparansi.

Dalam keadaan begitu para penguasa memiliki keleluasaan untuk melakukan apa saja yang mereka ingin lakukan. Maka penyimpangan politik segera berlanjut dengan penyimpangan ekonomi. Kezaliman dalam distribusi kekuasaan dengan segera diikuti oleh kezaliman dalam distribusi kekayaan. Yang terjadi pada mulanya adalah sentralisasi kekuasaan, tapi kemudian berlanjut ke sentralisasi ekonomi. Keluarga kerajaan menikmati sebagian besar kekayaan negara. Apa yang seharusnya menjadi hak-hak rakyat hanya mungkin mereka peroleh berkat "kemurahan hati" pada penguasa, bukan karena adanya sebuah sistem ekonomi yang memungkinkan rakyat mengakses sumber-sumber kekayaan yang menjadi hak mereka. Bukan hanya KKN yang terjadi dalam keluarga kerajaan, tapi juga performen lain yang menyertainya berupa gaya hidup mewah dan boros. Negara menjadi tidak efisien akibat pemborosan tersebut. Dan pemborosan, kata ulama-ulama kita, adalah indikator utama terjadinya kezaliman dalam distribusi kekayaan. Jadi ada pemerintahan yang korup sekaligus zhalim, penuh KKN sekaligus mewah dan boros, tidak bersih, tidak efisien dan tidak adil.

Itulah persisnya apa yang terjadi pada dinasti Bani Umayyah. Berdiri pada tahun 41 hijriyah, dinasti Bani Umayyah berakhir sekitar 92 tahun kemudian, atau tepatnya pada tahun 132 hijriyah. Tapi sejarah dinasti ini tidaklah gelap seluruhnya. Dinasti ini juga mempunyai banyak catatan cemerlang yang ia sumbangkan bagi kemajuan peradaban Islam. Salah satunya adalah cerita sukses yang tidak terdapat atau tidak pernah terulang pada dinasti lain ketika seorang laki-laki dari klan Bani Umayyah, dan merupakan cicit dari Umar Bin Khattab, yaitu Umar Bin Abdul Aziz, muncul sebagai khalifah pada penghujung abad pertama hijriyah.

Yang dilakukan oleh Umar bin Abdul Aziz adalah mempertemukan keadilan dengan kemakmuran. Ketika pemimpin yang saleh dan kuat dihadirkan di persimpangan sejarah, untuk menyelesaikan krisis sebuah umat dan bangsa. Dan itu bisa saja terulang, kalau syarat dan kondisi yang sama juga terulang. Dan inilah masalah kita, pengulangan sejarah itu tidak terjadi, karena syaratnya tidak terpenuhi..

-Taufik Muhammad (2006)


ReAD MoRE・・・

Update 2 Bulan

Selamat Baru 1433 H!

Dua bulan terlewat sudah sejak terkahir kali blog ini diupdate. Bahkan salah satu momen terpenting dalam hidup saya tidak terdokumentasi di sini saking sibuknya *halah*

Momen tahun baru sekaligus buat flash back 2 bulan terakhir ahh...

September :
1. Conference di Aidai
2. Pulang mudik ke kampung halaman
3. Menikah
4. Minggu madu
5. Pindahan ke kota tempat kerja
6. Mengantar istri ke Jepang

Fyuh... alhamdulillah jadwal super padat terlewati dengan lancar.

Oktober :
1. Kerja, kerja, kerja. Huhu, ternyata dimana-mana yg namanya kerja itu sibuk ya.
2. Silaturahim kesana kemari di akhir pekan.

'Humm, sebulan terlewat tanpa terasa...@

Nopember :
1.Reuni angkatan SMA. Wew...
2.Mudik lagi pas Idul Adha :-)
3.kumpul keuraga besar mertua
4.Papai back to U.S

Demikian sekilas update, naluri menulis belum kembali T_____T


ReAD MoRE・・・

Friday, 9 September 2011

lapar Mata


Lapar mata, karena ternyata saya sudah lama tidak membaca. Momen yang tepat saat saya hendak mudik banyak resensi buku yang membuat budget harus dikotak-kotak lagi supaya ada sisa uang untuk membeli buku-buku berikut :

1. 99 Cahaya di Langit Eropa.
*Jeder!!* Keduluan. Sebagai efek samping research saya ke Jerman tahun lalu, menulis tentang jejak kejayaan islam di Eropa sudah diniatkan sejak sebelum naik pesawat dari Jepang. Keinginan menghasilkan 'karya lain' selain laporan tertulis ke universitas sebenarnya menjadi motivasi saat menulis proposal reserach (baca: minta dana :-P ) ke kampus...Ingin membaca buku ini lalu siapa tahu bisa menambahkan poin-poin yang belum tersampaikan yang terjaring dalam pengetahuan saya. *Tapi kapan yah nulisnya? hiks...*

Berikut resensinya [di tulis oleh Mbak Dee (Rahmadiyanti)] :

Judul: 99 Cahaya di Langit Eropa
Penulis: Hanum Salsabiela Rais, Rangga Almahendra
Penerbit: Gramedia, 2011
Tebal: 424 hlm

Dalam lintasan sejarah, selalu ada sekelompok manusia yang merasa lebih baik, lebih unggul, lebih superior dari manusia lain, yang kemudian melahirkan istilah rasisme. Rasisme juga yang jadi salah satu faktor pendorong diskriminasi, kekerasan sosial, bahkan yang lebih parah: genosida--pembantaian/pemusnahan sebuah kelompok/suku bangsa oleh kelompok lain. Sebut misalnya yang dilakukan Julius Caesar terhadap bangsa Helvetia. Bangsa Anglo Saxon terhadap suku Keltik. Nazi terhadap kaum Yahudi dan Slavia. Khmer Merah terhadap rakyat Kamboja. Hingga pembantaian bangsa Bosnia oleh Serbia dan suku Hutu terhadap Tutsi,di Afrika.

Tanpa bermaksud menafikan rasisme yang juga banyak terjadi pada agama lain, sepertinya abad ini Islam (dan kaum muslim) menjadi sorotan utama dan dalam banyak kasus mengalami berbagai diskriminasi. Peristiwa 911 (tampaknya kejadian ini harus selalu disebut) seperti menjadi faktor penguat Islam vis a vis Barat (baca Amerika dan Eropa). Meski kecurigaan-kecurigaan selalu ada di kedua belah pihak, banyak pihak berusaha mengubah stigma "berhadap-hadapan" tersebut, menjadi stigma "saling menguatkan" (kutipan endorsement Anies Baswedan). Salah satunya buku ini.

Bertutur gaya fiksi, dengan bernas--dan dalam banyak sisi menguras emosi--penulis menyampaikan jejak dan pertautan Islam dengan Eropa melalui perjalanannya menapaki beberapa kota di Eropa, antara lain; Wina, Paris, Cordoba, Granada, dan Istanbul. Sekali duduk saja saya membaca buku setebal hampir 400 halaman ini. Penuturan penulis sangat lancar, tak bergenit diksi, tapi tetap meninggalkan rasa sastra yang cukup dalam. Pesan-pesan bertaburan, tapi tersampaikan dengan cantik. Tentang peradaban Islam yang (pernah) memukau, tentang keagungan tokoh-tokoh muslim masa lalu--sekaligus kesalahan besar yang pernah dilakukan, juga tentang "kekalahan" kaum muslim.

Melalui tokoh Fatma misalnya, penulis menyampaikan pesan dakwah yang cantik, membalas perlakukan buruk non muslim dengan kebaikan. Jujur saya iri dengan Fatma, muslimah "biasa" imigran dari Turki yang dengan cerdas menjadi agen Islam.

Melalui tokoh Marion, kita diajak menelusuri "rahasia-rahasia" yang mungkin tak banyak kita ketahui dari Museum Louvre dan Arc de Triomphe yang berkenaan dengan Islam.

Melalui Der Wiener Deewan, sebuah restoran berkonsep All you can eat, pay as wish di Wina, kita diajak menyelami makna ikhlas.

Dan masih banyak keping-keping perjalanan penulis yang akan menyadarkan kita, betapa Islam begitu mulia, begitu agung, tapi seringkali umatnya lah yang membuat jelek imej Islam. Seperti kisah Kara Mustafa Pasha, yang disampaikan dengan begitu menyayat hati.

Setelah Selimut Debu dan Garis Batas, buku ini adalah buku traveling tak biasa yang saya suka. Semoga lekas hadir buku berikutnya dari penulis :)



2. 101 Info tentang Ilmuwan Muslim
[Siap-siap kalau ntar diamanahi anak-anak :-P ]
Penulis : Ridwan Abqari
Penerbit : DAR! Mizan
Tebal : 68 hal (tipis euy.... )
lmuwan-ilmuwan muslim yang terangkum di dalam buku ini mungkin sebagian sudah sering kita baca di berbagai sumber. Tapi merangkum dan membukukannya dengan simpel, menarik, dan mudah mengerti oleh anak-anak, menurut saya tak mudah. Buku ini berhasil mengumpulkan informasi tersebut dan mengolahnya dengan baik. Bagus banget buat orangtua untuk menambah wawasan dan memotivasi anak. Pesan lain yang juga penting, betapa sebagian besar ilmuwan muslim adalah manusia-manusia multi-talent dan lintas-ilmu. Ya ahli ilmu alam, ya filsuf, ya jago bikin syair indah.


3. HEBATNYA BUNDAKU (Dewi Mulyani) - DAR! Mizan, 2011.

Kumpulan kisah tentang ibunda para sahabat Nabi dan tokoh Islam seperti imam mahzab, dalam mendidik anak. Ada beberapa kisah yang sudah banyak diangkat, tapi sebenarnya kisah seperti ini, dibaca berulang kali pun akan selalu meninggalkan hikmah.

4. The BEST ADVICES OF SAYYIDINA ALI FOR LEADER - GIP, 2009, 58 hlm.
Buku kecil-tipis tapi isinya dahsyat. Surat Ali bin Abi Thalib, r.a, yang kala itu menjadi khalifah, kepada gubernur Mesir, Malik bin Harits Al Asytar. Berisi prinsip-prinsip dasar mengatur negara yang jika saja benar-benar diterapkan pada masa itu (juga masa kini), tak perlu diragukan betapa akan tercipta sebuah negara madani dengan pemimpin yang mumpuni. Dari pesan mengayomi rakyat, memilih staf pemerintah, angkatan bersenjata, hingga soal pajak dan penimbunan barang. Saya membayangkan pemimpin-pemimpin sekarang ketika dilantik juga disodorkan "mou" seperti ini :)


Dicukupkan dulu kana... setelah beli dan baca insyaAllah akan bikin resensi versi sendiri ^_^
(packing-packing-packing-packing-packing laaageeeeeeeeee)



ReAD MoRE・・・

Monday, 29 August 2011

Catatan di hari ke-29

Diriwayatkan dari Hasan, ia berkata, “Sesungguhnya Allah telah menjdikan Ramadhan sebagai ajang perlombaan bagi hamba-hambaNya. Mereka berlomba dalam rangka ketaatan dan meraih keridhaanNya. Lalu sebagian orang berlomba dengan gigih sehingga mencapai kesuksesan, sebagian orang tertinggal di belakang sehingga mendapat kekecewaan. Sungguh menakjubkan sikap orang yang bersenda gurau sambil tertawa di hari Raya Idul Fitri dimana orang-orang berbuat baik yang meraih kemenangannya dan sebagian lagi yang meraih kerugian"

*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*


Sunu mengucapkan Selamat hari Raya Idul Fitri 1432 H.

(Bersamaan dengan 30 Agustus 2011 sesuai hasil keputusan panitia Hilal islamic center Jepang pada malam 29 Agustus 2011 ^_^). Tahun ini Sholat ied untuk masyarakat Nagoya dan sekitarnya diselenggaraan di Port Messe Kinjo Futo, 24 menit dari Nagoya station dengan Aonami line. Jam 10:00 dijadwalkan sholat akan dimulai.

TaqobalAllahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum qiyamana wa qiyamakum. Kullu'am wa antum bi khyair.

*hiks sedihnya Ramadan sudah pergi... T___T *



*Hadits seputar akhir Ramadan, diambil dari buku Bughyatul Insan Fi Wazhaaif Ramadhan, (edisi terjemah : Mutiara Ramadhan Yang Terabaikan) karya Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah*


Salah seorang salaf berkata. “Kaum salaf biasanya berdoa selama enam bulan agar sempat bertemu Ramadhan. Kemudian mereka berdoa selama enam bulan pula agar amalan mereka pada bulan Ramadhan diterima.”

Suatu ketika Umar bin Abdul Aziz keluar untuk melaksanakan shalat hari raya Idul Fithri , lalu beliau berkata dalam khutbahnya, “Wahai sekalian manusia,sesungguhnya kamu telah berpuasa karena Allah selama tiga puluh hari, berdiri melakukan shalat selama tiga puluh hari pula, dan pada hari ini kamu keluar seraya memohon kepada Allah untuk menerima amalan tersebut.

Salah seorang salaf nampak sedih pada hari raya Idul Fitri. Maka ditanyakan kepadanya, "Sesungguhnya hari ini adalah hari bersuka ria dan bersenang‐senang.” Maka ia berkata, “Perkataan kamu benar, akan tetapi aku ini hanyalah seorang hamba yang diperintahkan oleh Tuhanku untuk mempersembahkan suatu amalan padaNya. Sungguh aku tidak tahu apakah amalanku diterima atau tidak.

Suatu ketika Wuhaib bin Al‐Ward melihat suatu kaum yang tertawa riang pada hari raya Idul Fithri, maka ia berkata, “Jika mereka itu adalah orang‐orang yang diterima amalannya, maka sesungguhnya bukan seperti itu ekspresi orang‐orang yang bersyukur. Dan, jika amalanmereka tidak diterima, maka bukan seperti itu sikap orang‐orang yang takut.”

Diriwayatkan dari Hasan, ia berkata, “Sesungguhnya Allah telah menjadikan bulan Ramadhan sebagai ajang perlombaan bagi hamba‐hambaNya. Mereka berlomba dalam rangka ketaatan dan meraih keridhaanNya. Lalu sebagian orang berlomba dengan gigih sehingga mereka mencapai kesuksesan, dan sebagian lagi tertinggal di belakang sehingga mendapat kekecewaan. Maka sungguh menakjubkan sikap seseorang yang bersenda-gurau sambil tertawa pada hari dimana orang‐orang berbuat baik meraih kemenangan dan orang‐orang yang berbuat bathil ditimpa kerugian.

Diriwayatkan dari Ali radhiallahu ‘anhu bahwasannya beliau biasa berseru pada penghujung malam bulan Ramadhan, “Aduhai andai aku tahu, siapakah gerangan yang diterima amalan‐amalannya agar aku dapat memberi ucapan selamat kepadanya, dan siapakah gerangan yang ditolak amalan‐amalannya agar aku dapat melayatnya.”

Hal ini mirip dengan perkataan Ibnu Mas’ud, “Siapakah gerangan di antara kita yang diterima amalannya untuk kita beri ucapan selamat, dan siapakah gerangan di antara kita ditolak amalannya untuk kita layat. Wahai, orang yang diterima amalanya, berbahagialah Anda. Dan wahai orang yang ditolak amalannya, keperkasaan Allah musibah Anda.”


ReAD MoRE・・・

Friday, 5 August 2011

Quran, dengan Hati [Video anak-anak penghafal dari seluruh dunia]

Sebutlah posting kali ini sebagai kelanjutan episode tergampar-gampar saya. Hanya saja kali ini saya sudah mati rasa, batin gerimis dan memasuki menit ke-3 saya sudah berlinang-linang. MasyaAllah, 110 penghafal Quran dari 70 negeri, dikumpulkan di Cairo. Usianya? Masih anak-anak, menjelang belia, bahkan beberapa belum baligh... mereka, begitu..... murni... dan orang tuanya sangat hebat mengenalkan Quran semenjak dini. [8/11 Ternyata viedonya dihapus dari youtube huahuahua~~ sayang banget. Trailernya aja : http://www.youtube.com/watch?v=zpO-a8AIz7M ] Setelah berburu, akhirnya mendapat link yang lain. Silakan menikmati filmnya di sini : http://vimeo.com/27416877



Dari satu negeri yang ingin saya kunjungi, untaian permata di tengah samudera Hindia: Maladewa, seorang anak perempuan pertama kali menyaksikan wujud pulaunya dari udara. Ya, anak berbakat IPA dan matematika ini mewakili negeri pertama yang terancam tenggelam karena pemanasan global, terbang mengendarai pesawat menuju negeri dimana Nabi Musa diutus dengan landasan yang berupa.... pasir pantai!

Seorang anak dari Senegal bercakap dengan ayahnya tentang Quran, sambil memandang luasnya Atlantik. Saya sedikit teringat kisah Lukman yang diabadikan dalam Al Quran, di atas muka bumi seperti apakah dia berpesan kepada putera-puterinya? Apakah sambil memandangi gemintang di langit? Apakah sambil merasakan tiupan angin yang sejuk bertiup? Apakah sambil mengelus kepalanya dalam pangkuan? apakah....

Pada video berikutnya, saya makin berlinang-linang. Seorang anak 10 tahun dari sebuah negeri pecahan Rusia, kebeningan hati dan suaranya menggetarkan hati. Bahkan Juri pun turut berlinangan. FYI, Anak ini buta huruf! Maha suci Allah. Maha Besar Allah. Anak tuna aksara ini hafal seluruh Al Quran!!


*+*+*+*+*+

Saya sangat gugup, tidak tahu bagaimana komputer ini bekerja... Namun begitu saya mulai membaca ayat-ayatNya, saya menjadi tenang. Semuanya jadi mudah... saat saya selesai membaca satu halaman, otomatis langsung muncul halaman berikutnya....

[Nabiollah, Tajikistan, 10 tahun]

+*+*+*+*+*

Komentar orang-orang :
Anak ini harusnya membaca Al Quran untuk Presiden (Mesir?) (agar terbuka hatinya?).
Sungguh Al Quran luar biasa, seseorang yang tidak mengerti bahasa Arab sekalipun bisa melafalkannya dengan fasih. Heu, saya langsung jatuh hati dengan anak ini. Menurut saya dia yang paling luar biasa di antara peserta lainnya, baca tulis saja tidak bisa, keluarga sangat sederhana, usia masih amat sangat muda, dikaruniai suara yang merdu dan tentunya menyimpan potensi tanpa batas. Saya yakin Nabiollah anak yang cerdas. Alhamdulillah setelah dia mendapat penghargaan, rejeki dari Allah pun turun. Dia bisa masuk sekolah dengan beasiswa dan semoga jalannya ke depan banyak mendapatkan kemudahan. Termasuk dalam mewujudkan keinginan ayahnya supaya dia menguasai bahasa Arab, Persi, Rusia dan Inggris :-)

Selengkapnya silakan menelusuri link berikut.


Episode berikutnya saya simpan saja lah, supaya lebih enak diikuti ^_^.
Tafadhol :

Bila para penghafal Quran ini berasal dari seluruh dunia, maka tak heran syarat Imam Masjid yang saya tuliskan dahulu harus menguasai banyak bahasa terdapat pada urutan pertama. Imam Bukhari yang berasal dari Uzbekistan dengan wajah asia tengah tentunya bertemu dengan para pemuda lain dari berbagai penjuru bumi karena kecintaaan pada sang illahi rabbi... lalu, konsep internasional seperti manakah yang bisa mewadahai manusia berbeda ras dan bahasa secara damai?

*Saat bertemu kawan-kawan Uzbekistan yang tipe wajahnya mirip-mirip , langsung lah tersambung dengan Nabiollah, dan ingat pula dengan Al Quran.... dan ingat pula hafalan yang pas-pasan T__T Waktu umur sepuluh tahun, saya lebih banyak menghafal sejarah dunia, nama-nama negara beserta ibu kotaknya termasuk pasal-pasal dan butir-butir pancasila heu, salah prioritas? salah arahan? Tanya Kenapa. * T__T

* Ya Allah, karuniakanlah anak keturunan kami kelak menjadi generasi penghafal Quran, yang memuliakann namaMu di negeri manapun dia berpijak, yang mendirikan sholat di bumi manapun dia berada, yang berani menyeru kepada kebenaran meski sekelilignya masih dalam kegelapan T__T karuniakanlah fisik yang kuat, hati yang lembut, pikiran yang bening dan jiwa yang bersih, dengan prestasi kebaikan yang melebihi generasi kami hingga bisa mendekati kualitas para sahabat yang ada semasa nabi SAW masih menghirup nafas di bumi... *


ReAD MoRE・・・

Thursday, 4 August 2011

Hantaran

Waktu saya masih kecil, seringkali disuruh ibunda menghantarkan makanan ke tetangga. Terutama karena memang ada budaya ini menjelang bulan Ramadan. Dulu kiriman itu berupa nasi dengan lauk 7 rupa dilengkapi pisang raja dan kue apem. Kini orang mulai tidak suka repot hingga menggantinya dengan jajanan pasar 7 rupa. Yah, di Jepang mah tak mungkinlah ada kebiasaan seperti ini, tetapi menunjukkan kasih sayang terhadap tetangga MASIH eksis bahkan di negeri yang kata orang tingkat individualismenya tinggi. Bahkan di kota Nagoya yang katanya menduduki peringkat kota termahal kedua setelah Tokyo (sekaligus kota termahal ke-4 di dunia versi businessweek) *Huh, siapa yang bikin survey sih, jelas-jelas saya masih bisa hidup super hemat sambil menikmati beberapa kemewahan yang murah!*

Ini buktinya :

*sekotak Peach yang benar-benar menyegarkan malam ramadan di Musim Panas. Terima kasih, bu Mariko ^_^ *

Yang ini sebuah kartu ucapan hantaran dari tetangga Jepang kawan Turki saya : Silakan dimakan bersama-sama kawan-kawan yang lain, ya.

ttd, tetangga sebelah anda.



Bulan lalu kami merencanakan untuk mengadakan festival Ramadan di lingkungan RT, dengan mengundang warga Jepang yang tinggal di sekitar. Hitung-hitung sosialisasi komunitas muslim lah ya... Langkah awalnya PDKT ke orang-orang yang dituakan di RT, pak ketua RT, bu ketua urusan sampah dan para pengurus RT lainnya. Bismillah, semoga respon dan kesan yang tertangkap oleh mereka adalah yang baik-baik saja.

Bukankah banyak hadist seputar tetangga :

1. Malaikat Jibril as. selalu berpesan kepadaku tentang tetangga sehingga aku mengira dia akan menetapkan hak waris bagi tetangga. (HR. Al Bukhari)

2. Tiap empat puluh rumah adalah tetangga-tetangga, yang di depan, di belakang, di sebelah kanan dan di sebelah kiri (rumahnya). (HR. Aththahawi)

3. Tetangga adalah orang yang paling berhak membeli rumah tentangganya. (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Janganlah seseorang melarang tetangganya menyandarkan kayunya (dijemur) pada dinding rumahnya. (HR. Al Bukhari)

5. Hak tetangga ialah bila dia sakit kamu kunjungi dan bila wafat kamu menghantar jenazahnya. Bila dia membutuhkan uang kamu pinjami dan bila dia mengalami kemiskinan (kesukaran) kamu tutup-tutupi (rahasiakan). Bila dia memperoleh kebaikan kamu mengucapkan selamat kepadanya dan bila dia mengalami musibah kamu datangi untuk menyampaikan rasa duka. Janganlah meninggikan bangunan rumahmu melebihi bangunan rumahnya yang dapat menutupi kelancaran angin baginya dan jangan kamu mengganggunya dengan bau periuk masakan kecuali kamu menciduk sebagian untuk diberikan kepadanya. (HR. Athabrani)

6. Di antara kebahagiaan seorang muslim ialah mempunyai tetangga yang shaleh, rumah yang luas dan kendaraan yang meriangkan. (HR. Ahmad dan Al Hakim)

7. Tiada beriman kepadaku orang yang bermalam dengan kenyang sementara tetangganya lapar padahal dia mengetahui hal itu. (HR. Al Bazaar)

8. Barangsiapa ingin disenangi Allah dan rasulNya hendaklah berbicara jujur, menunaikan amanah dan tidak mengganggu tetangganya. (HR. Al Baihaqi)

9. Pilihlah tetangga (lihat calon tetangganya atau lingkungannya dulu) sebelum memilih rumah. Pilihlah kawan perjalanan sebelum memilih jalan dan siapkan bekal sebelum berangkat (bepergian). (HR. Al Khatib)

Yah, maka sekarang saya lebih paham lagi saat Ibunda menyatakan keberatannya pindah ke perumahan yang murah beberapa tahun silam. Tetangga memang bisa dijadikan alasan.

Berikut ada sebuah kisah tentang tetangga dan ibadah haji.


Abdullah bin al-Mubarak hidup di Mekkah. Pada suatu waktu, setelah menyelesaikan ritual ibadah haji, dia tertidur dan bermimpi melihat dua malaikat yang turun dari langit.

“Berapa banyak yang datang tahun ini?” tanya malaikat kepada malaikat lainnya.

“600.000,” jawab malaikat lainnya.

“Berapa banyak mereka yang ibadah hajinya diterima?”

“Tidak satupun”

Percakapan ini membuat Abdullah gemetar. “Apa?” aku menangis. “Semua orang-orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri padang pasing yang luas, dan semua usaha mereka menjadi sia-sia?”

“Ada seorang tukang sepatu di Damaskus yang dipanggil Ali bin Mowaffaq.” Kata malaikat yang pertama. “Dia tidak datang menunaikan ibadah haji, tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni.”

Ketika aku mendengar hal ini, aku terbangun dan memutuskan untuk pergi menuju Damaskus dan mengunjungi orang ini. Jadi aku pergi ke Damaskus dan menemukan tempat dimana ia tinggal. Aku menyapanya dan ia keluar. “ Siapakah namamu dan pekerjaan apa yang kau lakukan?” tanyaku. “Aku Ali bin Mowaffaq, penjual sepatu. Siapakah namamu?”

Kepadanya aku mengatakan Abdullah bin al-Mubarak. Ia tiba-tiba menangis dan jatuh pingsan. Ketika ia sadar, aku memohon agar ia bercerita kepadaku. Dia mengatakan: “Selama 40 tahun aku telah rindu untuk melakukan perjalanan haji ini. Aku telah menyisihkan 350 dirham dari hasil berdagang sepatu. Tahun ini aku memutuskan untuk pergi ke Mekkah, sejak istriku mengandung. Suatu hari istriku mencium aroma makanan yang sedang dimasak oleh tetangga sebelah, dan memohon kepadaku agar ia bisa mencicipinya sedikit. Aku pergi menuju tetangga sebelah, mengetuk pintunya kemudian menjelaskan situasinya. Tetanggaku mendadak menagis. “Sudah tiga hari ini anakku tidak makan apa-apa,” katanya. “Hari ini aku melihat keledai mati tergeletak dan memotongnya kemudian memasaknya untuk mereka. Ini bukan makanan yang halal bagimu.” Hatiku serasa terbakar ketika aku mendengar ceritanya. Aku mengambil 350 dirhamku dan memberikan kepadanya. “Belanjakan ini untuk anakmu,” kataku. “Inilah perjalanan hajiku.”

"Malaikat berbicara dengan nyata di dalam mimpiku,” kata Abdullah, “dan Penguasa kerajaan surga adalah benar dalam keputusanNya.”

*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+

Abu Abdurrahman Abdullah bin al-Mubarak al-Hanzhali al Marwazi lahir pada tahun 118 H/736 M. Ia adalah seorang ahli Hadits yang terkemuka dan seorang petapa termasyhur. Ia sangat ahli di dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, antara lain di dalam bidang gramatika dan kesusastraan. Ia adalah seorang saudagar kaya yang banyak memberi bantuan kepada orang-orang miskin. Ia meninggal dunia di kota Hit yang terletak di tepi sungai Euphrat pada tahun 181 H/797 M.

+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*

Kisah di atas diambil dari buku “Warisan Para Auliya” karya Farid al-Din Attar.

Edisi Inggris “Muslim Saints and Mystics: Episodes from the Tadhkirat al-Auliya (Memorial of the Saints) By Farid al-Din Attar”


*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*

Rasulullah pernah ditanya, "Ya Rasullah tunjukkan padaku amal perbuatan yang bila kuamalkan akan masuk syurga."

Jawab Rasulullah, "Jadilah kamu orang yang baik."

Orang itu bertanya lagi, "Ya Rasulullah, bagaimanakah akan aku ketahui bahawa aku telah berbuat baik?"

Jawab Rasulullah, "Tanyakan pada tetanggamu, maka bila mereka berkata engkau baik maka engkau benar-benar baik dan bila mereka berkata engkau jahat, maka engkau sebenarnya jahat."


ReAD MoRE・・・

Tuesday, 2 August 2011

LIVE from Masjidil Haram

Berikut Link siaran langsung dari Masjidil Haram.



Semoga memunculkan rasa rindu untuk bisa sholat di sana, dimana pahalanya dilipatgandakan sebesar 100 ribu kali lebih utama dibandingkan sholat di tempat lain. Masya Allah!



Selamat menikmati. ^_^


ReAD MoRE・・・

Monday, 1 August 2011

Ramadan @ Summer 2011

Untuk bahan introspeksi, apa saja kebiasaan buruk selama Ramadhan?

1) Tidur lagi setelah sholat subuh
2) Ngabuburit dengan hal yang tidak bermanfaat
(nongkrong, ngobrol ngalor ngidul)
3) Masuk kerja (ngampus) siang, tapi pulang buru-buru
4) Produktivitas kerja menurun
5) Makan buka puasa sampai kekenyangan
6) Ngemil sambil nonton TV

Humm, apalagi yah. Sudah 9 tahun tidak menikmati Ramadan di rumah sih :-P
Tapi Alhamdulillah banget, sejak Taifun #6 mengunjungi Jepang, suhu udara bertahan tidak menembus angka 30 derajat Celcius. Padahal seharusnya bulan ini adalah puncak-puncaknya musim panas. Padahal pada bulan Juli kemarin suhu mencapai 38 derajat celcius di Nagoya... Padahal.... Wew.. Maha suci Allah yang memberikan rahmatnya pada awal-awal bulan Ramadan dan semoga suhu udara tetap seperti ini hingga Idul Fitri. *heu, pengen enaknya*


Menjelang Ramadan Jamaah sholat Isya' bisa 10 kali lipat biasanya. ^_^
Itu di Islamic Center Nagoya http://nagoyamosque.com/

Kemudian buat bujang-bujang lokal maupun Internasional yang tidak sempat memasak buka dan sahur, makanan cukup melimpah di Masjid sehingga solusi bersantap pun bisa ditemui di Masjid. Jazakallah khayr kepada Brother Hasan yang setiap hari mengatur distribusi makanan. Tahun ini pun dia sudah bersiap I'tikaf selama sebulan penuh sambil mengajak saya yang masih belum memastikan jadwal. +__+

Bicara soal I'tikaf, tak bisa lepas dari masjid di Jepang. Ada banyak loh. Bisa disimak di sini : http://www.masjid.jp/list.html


Ah yah, hari ini rumah kedatangan 18 tamu, teman-teman adik di UG* yang pulang mengeksplorasi Pulau Sempu dan hendak kembali ke Yogya lewat jalur selatan. Yah, paniklah Ibu karena pasar sudah tutup, sementara anak-anak itu perlu makan setelah seharian puasa. Alhamdulillah ada seorang kawan yang punya kolam ikan dan menjelang Magrib bisa dimintai pesanan mendadak. Heuh, kalau begini ingat kebiasaan orang Jepang yang tidak bertamu secara mendadak.





ReAD MoRE・・・

Tuesday, 26 July 2011

Kalian

Ya ya Yay. Ternyata selama satu minggu ini saya bisa menulis blog setiap hari. Kualitas tulisannya? Uhm. Entah. Tapi soal kuantitas dan produktivitas bolehlah sedikit disebut. Sedikit saja, karena saya tak tahu apakah keluangan waktu dan semangat menulis ini akan bertahan sampai berapa lama.

Di posting sebelumnya saya sempat menyebutkan soal produktivitas saya bertahun lalu. Pemicunya sebenarnya karena terkagum-kagum dengan sebuah negeri yang baru ditapaki. Iya. Jepang, dimana nyaris 1/3 umur saya sudah dihabiskan di sini. Saking kampungannya saya waktu itu, semuanya ingin diceritakan. Orang-orang yang jalannya super cepat di Shibuya. Ada cerita saat berjalan keluar stasiun, tiba-tiba seorang sensei kami menyalib dari belakang, lalu tap-tap-tap berlenggang kencang menuju arah kampus. Tentang Futon. Tentang diskon di hari Rabu. Tentang Sakura. Tentang masakan survival saya. Tentang toilet yang bisa menyemprot otomatis. Yah, kebanyakan isinya memang tak penting. Seputar kehidupan sehari-hari yang waktu itu begitu terasa warna-warni. Karena banyak hal yang dilakukan baru pertama kali. Karena itu adalah tahun-tahun awal proses adaptasi.

Semuanya ingin diceritakan, sehingga setelah dibaca-baca kembali sungguh melelahkan. Banyak informasi bercampur hingga membuat tulisan tidak fokus. Belum ditambah logika saya yang melompat-lompat. Padahal salah satu tujuan menulis saya adalah untuk melatih komunikasi. Sampai lulus SMA saya belum pernah bicara di depan publik sambil memegang mic. Lalu tiba-tiba saja di Negeri ini saya ditodong untuk jadi MC, di hadapan pejabat lagi. Deuh, saya si anak bawang yang lulus SMA baru kemaren sore kok bisa-bisanya ketiban sampur. Lalu terjadilah. Sebuah kata tabu saya ucapkan untuk menyebut para undangan: Kalian.

Setelah acara berakhir kena semprotlah saya.
"Kok berani-beraninya kamu menyebut KALIAN di depan."
Saya sama sekali tidak sadar bahwa sudah menyebut kata yang dinominasikan kurang sopan dalam sebuah acara resmi.
"Eh? Iya toh?! saya menyebut 'kalian' yah tadi..." jawab saya polos. Sejak kejadian ini saya berusaha untuk berhati-hati dalam bicara. Karena yang sudah diucap dan didengar tidak bisa diedit lagi. Tidak bisa di-tipe-ex, tidak bisa di-delete maupun dihapus pakai tombol backspace. Terhitung sejak kejadian bertahun lalu itu hingga sekarang, tanpa disengaja profesi MC sering dipercayakan ke saya. Padahal saya ini tidak mahir melucu, tempo bicara kadang terlalu cepat, kadang bingung pula melanjutkan kalimat. Kok bisa-bisanya.... *karena gak ada orang lain kali yah, huehuehe*

Namun saya percaya bahwa bahasa lisan juga turut dipengaruhi oleh bahasa tulisan. Setidaknya kesan tentang seseorang bisa ditelaah dari tulisann-tulisannya. Bagaimanapun saat menulis, munculah pemikiran, nilai, perasaan yang biarpun berusaha ditutup serapat apapun akan tetap kelihatan. Dengan tulisan saya berusaha belajar memilih diksi yang baik dengan harapan mahir menyusun kalimat-kalimat efektif. Betul. Kalimat efektif yang singkat, tidak ambigu, tidak banyak bumbu yang mengganggu.

Kalimat efektif. Ini salah satu pelajaran yang saya dapatkan di awal-awal bergabung dalam sebuah milis kepenulisan. Tulisan saya dibantai karena terlalu banyak ber-haha-hihi. Bagi para sesepuh milis waktu itu, mungkin bahasa saya adalah bahasa alay kalau diibaratkan bahasa gaul anak jaman sekarang. Saya kapok dengan model tulisan macam itu. Bahkan saking ingin merubah imej dari sok gaul menjadi sok resmi, awal-awal kata ganti orang pertama adalah AKU, sekarang, yah, seperti yang anda baca, SAYA menjadi pilihan kata ganti orang pertama.

Salah satu pengalaman yang cukup berkesan terjadi dalam sebuah kelas bahasa Jepang bertahun lalu. Waktu itu ada tugas mengarang. Deuh dari dulu saya tidak terlalu merasa berbakat dengan urusan ini. Menulis dalam bahasa Indonesia saja baru diniatkan belajar lagi. Singkat cerita, hari pengembalian karangan tiba juga.

"Ada sebuah karangan yang menarik untuk contoh." Ono sensei berkata sambil membagikan lembaran kopian. "Penulisnya Sunu-san."

Eh? Apa saya tidak salah dengar? Ucapan selamat dari tetangga meja sedikit meyakinkan kebenaran kalimat yang masuk ke telinga saya.

But, why? Naze? Kok Bisa? Bahasa Jepang saya tentu saja belepotan dan karangan saya cuma 2 baris lebih banyak dari setengah halaman.

"Jangan dilihat kesalahan grammar-nya. Silakan dilihat bagaimana alurnya. Karangan ini singkat. namun padat dan diakahiri dengan manis." Ono sensei memberikan penjelasan.

Alhamdulillah.
Hati saya sumpek. terlalu sesak oleh bunga yang bermekaran. -halah!- Sebenarnya kejadian ini yang menorehkan percaya diri pada saya. Ternyata saya tidak bodoh-bodoh amat. Hari itu saya mendapat pengakuan. Karya saya diperbanyak, dibagikan dan dibaca oleh seluruh penghuni kelas. Ya, Allah, begitu indah caramu memberikan pelajaran. Sebelumnya saya memang terkena krisis percaya diri.

Lah Bagaimana tidak? teman seangkatan saya yang datang ke Jepang banyak yang jebolan atlet Olimpiade. Ada yang ikut Fisika, ada pula Matematika, Kimia pun hadir. Iseng saya pernah memasukkan nama mereka ke google,lalu muncullah tautan ke berita propinsi maupun nasional. Yah, mereka juga pernah masuk TV karena ikut kuis Siapa Berani dan Who wants To be Millionaire. Salah satunya bahkan pernah duduk berhadapan dengan pembawa acara, Tantowi Yahya. Wuih, ternyata saya hidup satu atap dengan selebritis kecil-kecilan. Sementara saya? Uhm, bukan siapa-siapa. Hanya seorang lulusan SMA biasa yang cukup beruntung memperoleh beasiswa yang sama.

Oops. Arah tulisan ini mulai kemana-mana. Saya menganggap teman-teman itu sebagai rival. Bukan musuh atau saingan. Memang beda?
Kalau musuh : Harus dikalahkan! Saya akan merasa senang kalau mereka susah dan berusaha menyusahkan jalan mereka secara langsung maupun tak langsung.
Kalau saingan : Harus dikalahkan supaya hanya saya yang kelihatan bersinar. Kalau dia berhasil saya iri, kalau dia gagal saya tertawa.
Rival bisa diartikan sebagai a companion in duty. Indah bukan? Seseorang yang bersama-sama berjuang dalam suatu kewajiban dimana satu sama lain memberikan suntikan semangat biarpun secara tak langsung.

Rival terberat saya adalah mantan atlet olimpiade Fisika yang dibentuk di bawah bimbingan Yohanes Surya. Sudah pernah mewakili Jepang (!) dalam lomba International, mendapat juara satu dan diberitakan dalam koran berhuruf kanji, hiragana dan katakana. Lulusan terbaik sejurusan, mengalahkan puluhan orang Jepang dan mahasiswa asing yang lain. Heu heu. Secara prestasi akademis, makhluk satu ini susah dikejar.... namun Allah maha adil, beliau menciptakan setiap manusia dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Terkadang kita terpukau dengan seseorang karena dia terlihat begitu bersinar dengan segala kelebihannya. Itu artinya kita belum kenal orang itu sepenuhnya. Bila sudah tahu kekurangannya atau ketidaknyamanan yang akan kita rasakan bila kita menjadi dia, insyaAllah tidak akan ada rasa iri dan kagum yang muncul pun tidak akan berlebihan.

Btw, satu hal yang cukup membahagiakan adalah saat kami berkumpul saya bisa leluasa menyebut mereka dengan KALIAN. Semoga silaturahim kami tetap terjaga hingga bertahun ke depan sehingga kata KALIAN masih bisa dipergunakan. Iseng saya membayangkan hari tua kami berisi diskusi tentang nasib sebuah negeri. Mereka jadi ahli-ahli teknologi, sementara saya jadi bosnya saja deh. :-P *karena teman seangkatan saja tidak akan cukup, semoga banyak ahli yang terlahir dari senpay-tachi dan kohay-kohay yang sudah dan akan datang ke Jepang, supaya saya nambah rival. Eh, enggak juga, Supaya bawahan saya orang-orang yang hebat. *heuh, kena timpuk nih xD xD Bangun! Bangun! Matahari sudah tinggi!!**


ReAD MoRE・・・

Monday, 25 July 2011

Juice Ilmu Kepenulisan dan Dakwah by ust. Salim A Fillah

Menulis itu kurang cerdas? Orang lebih menghargai hafalan? Itu mah dulu, saat kebanyakan orang masih buta huruf. Menulis dianggap suatu kekurangan karena keterbatasan ingatan. Kini, menulis tak lagi dianggap sebagai aktivitas rendahan. Bahkan untuk mendapat gelar dalam pendidikan formal, menulis adalah kegiatan yang mutlak tak bisa ditinggalkan. salah satunya manfaat menulis adalah mengujipublikkan apa yang dipahami, dengan diselipi harapan akan diluruskan bila ada yang salah. Ilmu yang hanya ditimbun dalam kepala tanpa jalan keluar berupa pengajaran seperti air yang tidak mengalir, mudah tercemar yang menjadi cikal babal kefasikan atau kerusakan dalam beragama.

Apa saja manfaat menulis yang lain?

1. Mengikat Ilmu dengan kata kunci untuk mengakses relung-relung memori yang pernah kita simpan.Yah, karena kapasitas otak kita teramat besar sehingga perlu kunci-kunci untuk memasuki kembali kamar-kamar ilmu yang tertutup.
2. Merekam jejak pemahaman, untuk melihat perkembangan jejak pemikiran kita. Lihat saja tulisan-tulisan kita di masa lampau, kalau sudah bisa dilihat kekonyolan dan kekurangannya, artinya kita sudah berkembang. Kalau tulisan itu masih dianggap begitu sempurna tanpa cacat, sebaiknya mulai bertanya kepada diri sendiri: adakah perkembangan yang tergapai selama ini?
3. Mewakili bicara kepada sesama tanpa terikat jarak atau waktu.
4. Mewariskan nilai, bukan sekedar transfer ilmu. Ada amal jariyah apa pula dosa jariyah! Makanya tulislah sesuatu yang menerahkan, bukan sesuatu yang menginspirasi orang berbuat kerusakan. Tidak terbayang kalau dosa itu terus terproduksi sepanjang jaman. Hiyy!!

Ya Allah jadikan setiap kata yang aku tulis menjadi tunas-tunas tasbih.
Jadikan setiap kalimat menjadi pelecut semangat menuju takwa.


*) Mengenai tips menulis : gambarkan, jangan katakan. Caranya? memperbanyak kata kerja, bukan kata sifat. Contoh yang ada dalam al Quran, adalah bagimana surga itu dituliskan. Coba bandingkan: Surga itu indah dan permai, dengan : Masuklah ke dalam surga, yang di bawahnya MENGALIR sungai-sungai. Mana yang lebih memberikan kesan?

*) Penulis harus cerdas. Cerdas bukan karena IQ tapi karena takwa. Ini kata Imam Syafi'i. Ilmu Allah adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak dikaruniakan kepada yang bermaksiat.

*) Benyamin Franklin : Satu kalimat, satu pokok pikiran. Kembangkan kalimat dengan padanan kata, perkaya perbendaharaan katamu. Sisipkan pula gaya bahasa agar tulisan kita tidak lugu.

*) Perumpamaan Ibnu Abbas tentang komposisi Al Quran.
6000 ayat kisah : inspirasi
600 tanda-tanda kebesaran Allah: kontemplasi
60 Muamallah : Petunjuk praktis
6 Punishment

Ingat, Al Quran Jumlah Ayatnya 6236, loh! Jangan salah dengan menjumlahkan perbandingan ayat berdasar komposisi isi menurut Ibu Abbas.

*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*

Ada sebuah tulisan yang dibedah oleh Ust. Salim, katanya sih ditulis oleh Sunu Hadi. :-P
Masukan dari beliau :
Susunan tulisan itu cantik, ada kepekaan apa yang ditampilkan duluan, apa yang disimpan dahulu lalu disampaikan kemudian.

Rupa-rupanya ini adalah tulisan saya tahun 2006 atau 2007 (lupa) dan ikut terbit dalam Antologi Ramadan FLP Jepang. (Ayo beli! Ayo Beli! *promosi mode*). Biasanya tulisan aslinya saya simpan dalam blog cuman setelah dicari-cari tidak akan ketemu lagi, soalnya tahun 2004-2007 saya menulis di friendster. Sekarang blognya sudah tidak bisa diakses, turut lenyap bersama ratusan tulisan saya. *Dulu saya sangat produktif, sehari bisa muncul 3 tulisan, sampai-sampai seorang teman mengatakan kalau dalam satu minggu tulisan baru saya tidak muncul, maka sesuatu pasti telah terjadi pada diri ini. Sekarang, kemana produktivitas itu pergi?!!! T__T *)

Sebenarnya masih banyak ilmu Ust. Salim yang bisa dibagi, cuman karena keterbatasan saya, kali ini hanya seputar kepenulisan yang saya simpan. Juice ilmunya saya cukupkan di sini. Kalau ada kesempatan, insyaallah akan ditulis juga juice versi yang lain.


ReAD MoRE・・・

Sunday, 24 July 2011

Menanam Sebelum Ramadan

*Terlebih dahulu tersusun dalam Notes di FB*

Ali bin Abi Thalib mengatakan ikatlah ilmu dengan menulisnya. Maka saya mencoba mengikat ilmu-ilmu yang bersebaran dalam Pengajian Bulanan KMI Nagoya 24 Juli 2011 bertempat di Coop Motoyama. Tentu saja tak semuanya bisa saya ikat, karena banyak pula yang tercecer tanpa terekam dengan baik dalam ingatan yang terbatas. Catatan ini tidak pula murni hanya dari sang pembicara, tetapi sudah ditambah dengan tambahan-tambahan dari sumber ilmu lain yang turut hadir dan perenungan pribadi yang ingin dibagi tanpa ada maksud menggurui.

Bismillahirrahmanirrahim.

Ramadan akan hadir sebentar lagi sebagai tamu agung yang harus disambut, dijamu dan dimuliakan dengan baik. Maka sebenarnya cukup terlambat bila kita menyambut begitu dia sampai karena tak cukup masa yang bisa diolah untuk mempersiapkan penyambutan yang lebih dari biasa. Saya membayangkan kita bertamu ke rumah seseorang setelah memakan waktu berjam-jam, ditempuh dengan kereta, berganti bus dilanjutkan jalan kaki lalu akhirnya sampailah di kediaman itu dalam kondisi lelah dan keringat masih basah. Kita dibukakan pintu, dipersilakan duduk oleh empunya rumah dengan muka yang datar, cenderung masam tanpa dihias senyuman. Setelah itu kita ditinggal ke belakang tanpa disuguhi minuman, tanpa ditemani untuk memulai percakapan. Sebagaimana manusia normal, kira-kira bagaimana perasaan kita? Padahal kita datang dari tempat yang jauh dan berniat menyambung silaturahim sambil membagi sedikit kelebihan yang dimilki.

Kasusnya dibalik untuk Bulan suci yang datang setahun sekali. Hanya sekali dan akan bertamu selama 29 atau 30 hari. Salah satu harinya terdapat malam yang lebih mulia dari 1000 bulan, yang dicari dan dinantikan oleh orang-orang yang beriman. Bila kita akan kedatangan tamu yang membawa segenap kesempatan kemuliaan, pantaskah bila penyambutannya hanya seadanya tanpa persiapan yang terencana?

Bapak Aminullah Noor mengatakan, bulan Rajab dipergunakan untuk menanam, bulan Sya'ban untuk memelihara dan bulan Ramadhan untuk memanen hasilnya. Memanen untuk disuguhkan kepada sang tamu. Saya menangkap bahwa salah satu panenan berupa kebiasaan. Maka bila ada yang menanyakan teknisnya, jawabannya adalah memilih benih apa yang hendak ditanam. Kapan? Hmm, seharusnya sejak bulan Syawal tahun sebelumnya. Bila kita ingin panen kebiasaan mengkhatamkan Al Quran, berarti diawali dengan menambah jumlah halaman yang dibaca secara harian. Masih ada sekitar satu pekan sebelum memasuki bulan puasa, masih ada kesempatan untuk menanam benih kebiasaan yang harus dipelihara secara intensif, dipupuk, disiram, dijaga dari hama, ditaruh ditempat yang cukup mendapat cahaya dan tentunya dipilih komoditi yang cukup waktu untuk dipetik hasilnya.

Bulan Ramadan adalah bulannya Al Quran. Ada sebuah kisah berlatar sebuah negeri di Eropa tentang seorang kakek dan cucunya.
"Kakek, kenapa sih kita harus membaca Al Quran? Bahasanya saya tak paham. Untuk apa kita membaca sesuatu yang tidak kita pahami?"

Sang Kakek hanya tersenyum. Alih-alih menjawab pertanyaan si cucu, beliau menyuruh cucunya mengambil air dengan keranjang. Keranjang anyaman tempat menyimpan kayu dan batu bara buat perapian yang sudah kotor bulukan menyimpan abu dan debu-debu menghitam.

Si Cucu bersemangat mengambil air dari kolam untuk dibawa ke tempat sang Kakek. Tentu saja tak ada air yang tersisa karena merembes lewat sela-sela anyaman. Si Cucu tidak menyerah. Dia berlari lebih cepat agar saat sampai ke tempat Kakek masih ada air yang tersisa di keranjang. Begitu terus dia bolak-balik dari kolam ke halaman hingga akhirnya...

"Kakek, tidak mungkin saya membawa air dengan keranjang ini..."
"Memang betul, tidak akan ada air yang cukup kamu bawa dengan keranjang ini, tapi lihatlah sekarang keranjang ini jadi bersih, bebas dari debu dan abu-abu perapian. Demikian pula dengan Al Quran, meskipun kamu tidak paham apa yang kamu baca, bila kamu membacanya terus-menerus maka hatimu akan dibersihkan. Itulah salah satu kelebihan Al Quran sebagai bacaan dibandingkan bacaan-bacaan lain."

Dalam kisah di atas ada 2 orang pelaku : seorang kakek dan cucu. Salah satunya lebih berilmu sehingga mampu memberikan pencerahan kepada yang lain. Bagaimana bila kita sendiri tanpa interaksi? Bila kita perhatikan, ada cek list yang harus dilakukan oleh seorang masinis kereta di Jepang. Lampu hijau sudah menyala, sinyal OK sudah diperoleh, pintu sudah menutup, tidak ada penumpang yang terjepit.... semuanya dilakukan dengan gerakan-gerakan tangan dan tak jarang dilisankan. Kenapa perlu cek list? Ada 4 kemungkinan yang terjadi bila hanya mengandalkan ingatan dan dalam kondisi sendirian :
1. Lupa
2. Keliru
3. Kesalahan (karena tidak tahu dan tidak ada yang mengingatkan)
4. Pelanggaran (sudah tahu tapi malas mentaati prosedur)

Sayangnya tidak ada manual petunjuk kehidupan yang berwujud cek list. Maka sudah wajar bila manusia dengan segala keterbatasannya dihinggapi lupa dan keliru yang tidak disengaja. Namun demikian kesalahan dan pelanggaran bisa dicegah dengan peringatan dan pengajaran. Dua hal ini tidak mungkin dilakukan sendiri, maka berkumpulah dengan orang yang saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran agar tidak rugi.

Menjelang ramadan tahun ini banyak orang yang mudik ke tanah air. Bahagianya bila saat mengendari burung besi, pilotnya juga mengucap doa yang sama kepada sesembahan yang sama pula. Lebih bahagia lagi bila jamuan yang disajikan terjamin kehalalannya. Serifikat halal insyaAllah menjamin keamanan makanan yang kita konsumsi. Ini ditulis berdasarkan komentar seorang auditor yang tergabung dalam tim sertifikasi halal [ senangnya dalam forum-forum di sini banyak pakar berbagai bidang dan profei :-) ]. Seorang GM Maskapai Nasional kita yang ditugaskan di Nagoya juga tengah memperjuangan kehalalan makanan yang dikemas dari Jepang, bukan hanya zatnya melainkan juga proses pembuatannya. Semoga dalam waktu dekat perjalanan seorang muslim lewat udara dipermudah lagi dari sisi kehalalan makanan.

[ Cek saja, apakah dalam moslem meal yang dipesan dalam penerbangan ada label halalnya atau hanya sekedar tulisan Moslem Meal yang kadang hanya dipahami sebagai makanan tanpa babi. Vegetarian juga tidak 100% halal kalau masaknya campur dan bumbunya pakai khamr. Jadi? Pak GM mengatakan beliau siap sedia mie instan atau nasi bungkus untuk penerbangan internasional :-P ]

Demikian ikatan yang bisa saya susun, semoga akan ada ikatan-ikatan lain yang bila dikumpulkan bisa menjadi anyaman. Mohon maaf bila ada kekurangan. ^__^


ReAD MoRE・・・

Lowongan Lampau

Pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman Basya Al Qanuni, dibuka sebuah lowongan untuk menjadi Imam di masjid Istambul. Persyaratannya :

1. Menguasai bahasa Arab, Turki, Latin (sekarang jadi bahasa Yunani, Itali, Spanyol, Portugis, Perancis) dan Persia. *wew, kudu multilingual*
2. Menguasi Al Quran, Injil dan Taurat. *wew, Al Quran doang masih kurang!*
3. Menguasai Ilmu Syariat. * ^_^ *
4. Menguasi Ilmu Alam dan Matematika serta mampu mengajarkannya. *Pintar doang gak cukup, kudu bisa memintarkan orang lain*
5. Mahir menunggang kuda, pandai bermain pedang dan lihai dalam perang. *Lelaki lemah mau jadi Imam? Hush, berlatih dulu sana!*
6. Berpenampilan Menarik. *Orang kucel dandan dulu gih!*
7. Bersuara indah. *Makmum gak betah kalau diimami dengan suara yang tidak merdu :-) *

Lowongan ini tertulis dalam iklan sekitar 500 tahun yang lalu. Sekarang terkesan syaratnya sangat berat, padahal ini adalah hal biasa pada jaman itu dimana islam dalam masa berjaya. Terlihat sekali tak ada dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum. Jabatan imam menjadi posisi yang prestisius sesuai perannya dalam dakwah. Ya, untuk menjadi seorang Imam Masjid, tidak cukup hanya dengan ilmu agama saja karena dia harus bisa menjadi pencerah bagi dunia dan penerang jalan ke akhirat. *Dan dia khan digaji! Harus lulus kualifikasi donk!*


Bila saya hidup pada masa itu dan ingin jadi/mendidik anak-anak *ehem* agar layak menjadi seorang imam, alangkah indahnya lingkungan yang mendukungnya. Hey hey, tak usahlah berandai-andai, pada masa sekarangpun mencapai kualitas seperti itu bukanlah mustahil. Bedanya perlu usaha yang lebih keras, semangat membara yang pantang menyerah, persistensi menuntut ilmu, menguasai bahasa, latihan fisik..... (pastinya sih gak bakal ringan dan santai-santai...).


Bicara soal lowongan, posisi seperti apa yang pas diinginkan setelah mengukur kemampuan? memilih pekerjaan bisa menjadi sebuah kemewahan saat tak semua orang punya pilihan. Penghidupan yang layak menjadi dambaan tiap manusia, namun kesempatan berbeda-beda.

Kepuasan hati dan akal berjalan seiring dan bersamaan. Demikian pula sekelumit perhatian pada nurani, nilai-nilai harga diri, kecenderungan psikologis dan harapan akan masa depan dapat menentramkan dan memantapkan jiwa. Ya, terutama bila diri berada dalam jalan yang bercabang-cabang untuk meniti sebuah pekerjaan dan kenyataan hidup lebih sering keluar jalur dari yang direncanakan.



ReAD MoRE・・・

Saturday, 23 July 2011

Listrik Oh Listrik

Sebuah Pesan masuk ke inbox saya :

+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*

Our graduate school will be all closed during a whole day on ***** for saving energy. Please DO NOT come to our Lab and all electricity devices should be off on those days.

*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+*+

Kata saya : Iyey! Liburrr!! Segera copy data supaya bisa dianalisis di rumah pada hari-hari larangan ngampus. ^__^

Urusan libur tak penting ini disisihkan dahulu karena saya ingin membahas listrik di Jepang. Sepertinya tak semua orang tahu bahwa frekuensi listrik di Jepang berbeda sesuai wilayahnya. Jadi? yah, ada beberapa alat elektronik yang mengalami penurunan fungsi atau bahkan tidak bisa dipakai sama sekali bila anda melewati batas Jepang Tengah (Fujikawa City in Sizhuoka & Itoigawa in Niigata). Dari batas tadi ke arah timur, frekuensinya 50 Hz. Dari batas ke arah barat, frekuensinya 60 Hz. Jepang Tengah (Chubu dan Hokuriku), frekuensinya campur 50/60 Hz, paling aman untuk membawa serta elektronik kalau pindahan.

Kenapa bisa begitu?

Pada era Meiji, mesin pembangkit listrik didatangkan dari luar Jepang. Produk Jerman dengan frekuensi 50 Hz dipakai di Kanto (Jepang Timur dan meluas ke utara sampai Hokkaido) dan produk Amerika dengan frekuensi 60 Hz dipergunakan di Kansai (Jepang Barat dan memanjang sampai ke selatan sampai Okinawa). Oleh karena itulah di Jepang eksis dua macam frekuensi listrik, sampai sekarang. Produk yang harus dicek saat pindahan antara lain: mesin cuci, microwave, oven, mesin pengering cucian dan lampu.

Selain frekuensi, Jepang juga membagi tarif listrik sesuai dengan kontrak dengan pelanggan. Bagi yang paham bahasa Jepang dan tinggal dalam hitungan tahun di negeri ini, ada baiknya memperhatikan opsi-opsi yang ditawarkan oleh perusahaan listrik di wilayahnya. Kenapa? Supaya bisa menghemat beberapa Yen lah ya. :-P Misalnya Penyuplai listrik di Jepang Tengah (Chubu Denryoku) menawarkan produk E Lifetime: membagi tarif listrik berdasarkan waktu pelanggan menempati rumahnya. Detailnya sebagai berikut :

Daytime (jam 9-17) : 31.43 yen/kWh
@Home Time (jam 7-9, 17-23 untuk hari kerja; jam 7-23 untuk weekend dan hari libur nasional): 21.23 yen/kWh
Nighttime (jam 23-7) : 9.33 yen/kWh

Kesimpulannya, bila anda melakukan kontrak dengan opsi E-lifetime, maka biaya pemaikan listrik antara pukul 23 sampai 7 pagi menjadi sangat murah. Mari mencuci, memasak dan menyetrika pada jam-kam ini!!

Saya yang sering pulang malam dan berangkat pagi memang hanya bisa mencuci dan memasak pada jam hemat. Akibatnya yah, tagihan listrik saya jadi murah. Bulan lalu hanya 492 yen!

Bila tidak memakai opsi ini, maka tarif listriknya adalah sama sepanjang hari, yakni 17.05 yen/kWh. Jadi, kira-kira mana yang lebih hemat? Silakan dihitung sendiri. Bagi saya yang di rumah saat tak ada matahari bersinar di langit kota, opsi E-lifetime patut dipilih tanpa ragu lagi. Hmm, sebagian besar mahasiswa seharusnya sih sama. Tapi bagaimana dengan perkakas yang memakan listrik sepanjang waktu, seperti kulkas?

Anggap dayanya 1 kW, maka tagihannya dengan opsi E-lifetime 504.4 yen/hari. Tarif biasa 408.3 yen/hari. Sekilas opsi E-lifetime nampak lebih mahal. Bagaimana dengan hitungan perbulan? Ini mah silakan dihitung sesuai dengan alat listrik dan pola hidup masing-masing. Satu lagi yang perlu dicacat, perusahaann listrik tiap wilayah menawarkan produk-produk kontrak yang bermacam-macam. Di Hokuriku bahkan mencantumkan opsi Whiteplan 1,2,3 yang tidak dijumpai di wilayah lain. *kok kayak softbank saja!* Di Hokkaido menawarkan pilihan untuk wilayah dimana salju lebat sering menumpuk (sepertinya diversifikasi harga berdasarkan musim).

Sedekat yang saya tahu, opsi E-lifetime (namanya berubah sesuai wilayah, ada yang menyebut e-CuteTime, E-eco-Time dsb) tersedia di semua wilayah. Sesuaikan kontrak dengan pilihan yang ada di wilayah anda tinggal. Dannn~~ Selamat bersimulasi untuk memperoleh pilihan mana yang lebih cocok untuk berhemat.

*Baru tahu kalau tarif Listrik di Kansai dan Tohoku lebih murah dibandingkan Chubu. huhu*
*Okinawa paling mahal. Err, karena kepulauan jadi biaya pengiriman ke rumah-rumah lebih memakan ongkos?*


ReAD MoRE・・・

Friday, 22 July 2011

Tergampar-gampar

Plak! Plak! Plak!
Saya tergampar-gampar. Seketika.

Kali ini latarnya adalah Islamic Center Nagoya lantai 3. Dasar saya masih suka bermental murid, masih ingin diajari sedikit demi sedikit. Tak sadar dengan usia yang numpuk perlahan menjadi bukit.

Sekali seminggu kami belajar tajwid. Yah, di sini, di dalam masjid. Tiap pertemuan para peserta sibuk berkomat-kamit. Tugas mingguan adalah hafalan Quran yang dibaca pada pertemuan sebelumnya. Cara ceknya? Melanjutkan bacaan Syaikh Ahmad, sang Imam Masjid. Jangan disangka tidak sulit. Kadang-kadang Syaikh Ahmad memulai dari tengah-tengah surat. Penunjukan pun dilakukan acak tak sesuai urutan biarpun kami duduk melingkar. Tuh, khan, saat-saat deg-deg-an di akhir pekan...


Yah, awal-awal dahulu saya masih santai-santai saja karena punya stok hafalan yang lumayan (biarpun cuman se-uprit juga sebenernya, huhu). Tapi kalau tiap minggu satu halaman, bayangkan saja kalau kegiatan ini sudah berjalan selama satu tahun. Yah, benteng hafalan saya kebobolan juga akhirnya. Tiba saatnya untuk menghafal lagi bersama para murid yang lain. Namun jangan disangka semua peserta di sini sudah lancar semua bacaan Qurannya. Ada yang baru belajar a-ba-ta-tsa, ada yang hafiz sejak sebelum datang ke Jepang, ada yang lancar membaca tapi tajwidnya belum purna. Levelnya macam-macam. Ada yang stok hafalannya msih melaju lebih cepat dibanding 1 halaman/minggu, ada pula yang terseok-seok, ada pula yang ketinggalan.

Nah, ini yang membuat saya tergampar-gampar. Seorang Jepang yang menjadi muslim baru 7 tahun, sekarang sudah lancar membaca Al Quran dan paling istiqomah dengan hafalan per minggu satu halaman.

Plak! Plak! Plak! Saya tergampar-gampar. Seketika, setiap kali bertemu dengannya.

Tujuh tahun. Secara kasar, dia menjadi muslim hampir bersamaan dengan kedatangan saya di Jepang. Dia belajar islam dari nol. Belajar membaca huruf hijaiyah dari awal. Belajar bacaan sholat pun dari dasar. Hmm, kisahnya berkesan seperti cerita Hafalan Shalat Delisa (link untuk donlot ebook-nya, gratis kok).

Kalau saja niat untuk berinteraksi dengan Al Quran itu kuat sejak menapakkan kaki di Jepang, mungkin sekarang saya sudah hafal 30 juz, bukan juz 30. Hikz.Pertemuan dengan seorang sahabat mengingatkan untuk menguji kemampuan hafalann kita. Fungsinya? Untuk memproyeksikan target hafalan. Misalnya, kalau dalam sehari kita bisa menghafal satu ayat saja, berarti kita bisa menjadi hafiz 30 Juz Al Quran dalam 18 tahun. (Eh, lama amat yak... ). Itu kalau satu ayat loh. Ada sebuah kisah dimana seorang nenek memulai menghafal Quran pada usia 75 tahun dan beliau khatam hafalannya pada usia 82 tahun (artinya sang nenek ini jadi hafizah dalam 7 tahun). Ini seorang nenek loh! Masak kita yang muda dengan ingatan dan kapasitas otak yang belum terisi penuh mau kalah? Masak mau kalah dengan kawan Jepang saya yang 7 tahun lalu masih buta huruf arab?

Tuh, khan?! Bagaimana tidak tergampar-gampar seketika?!
Cek kemampuan ingatan anda sekarang juga. Mumpung masih ada waktu beberapa hari sebelum bulan suci tahun ini. Ups. Mumpung ada jatah umur yang masih diberi...

Tapi perlu diingat pula bahwa sumber hukum dalam islam bukan hanya Al Quran:





Jadi? Selain Al Quran masih ada hadits yang patut dipelajari juga! Huaaa~~ PR nya nambah lageeeeeeeeeeee~~~~

*reminder buat diri sendiri yang sudah tergampar-gampar sampai berdarah-darah kok yah masih saja bandel. hiks hiks. Ampun ya Allah, nanti saya mau jawab apa kalau ditanya kok hafalann kamu segitu-gitu saja. *


ReAD MoRE・・・

Thursday, 21 July 2011

Besok Jumat!

Lagi-lagi pengingat. Humm, unntuk terjemahan bahasa Inggris, click CC ^_^


Jadi ingat saat awal-awal menjejak kaki di negeri ini, Wajibkah sholat Jumat bagi kami diperdebatkan. Secara kebanyakan memahami bahwa sholat Jumat wajib jika ada makmum minimal 40 orang, laki-laki dan harus ikut sejak khutbah dimulai. Kini sudah menjadi pemahaman bersama bahwa aturan tiap mazhab berbeda. Sebagian besar kami di jepang mengambil pendapat bahwa Sholat Jumat bisa diselenggarakan minimal dengan 3 orang. Kalau yang kekeuh tidak mau kalau jamaah tidak mencapai 40? Yah, tidak bisa diseret secara paksa lah yah...



Sayangnya tidak semua video fattabiouni sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris biarpun ada versi dalam bahasa Perancisnya. Jadi sebel ama diri sendiri yang kagak ngerti bahasa Arab hiks hiks

Versi-versinya bisa ditengok di sini : https://www.youtube.com/results?search_query=Fattabiouni&search=tag


ReAD MoRE・・・

Wednesday, 20 July 2011

Saat Taifun Pergi

Semburat mentari kembali menerangi sore hari. Gulita mendung lenyap bersama arak-arakan awan, membuka lorong-lorong sinar ke muka bumi. Rupa-rupa nian molek bermandikan gradasi, tersaput derai bebayang cahaya dalam sebutan warna-warni. Ah, Taifun sudah beranjak pergi. Kota ini normal kembali.

Pikiran saya melompat ke sebuah negeri dengan berbagai masalah yang datang silih berganti. Taifun cobaan belum beranjak pergi. Masih saja berputar dalam negeri itu entah sampai berapa generasi lagi.

"Dosa yang dilakukan tentara (Islam) lebih aku takuti dari musuh mereka. Sesungguhnya umat Islam dimenangkan karena maksiat musuh mereka kepada Allah.Jika kita sama dalam berbuat maksiat, maka mereka lebih memiliki kekuatan. Jika kita tidak dimenangkan dengan keutamaan kita, maka kita tidak dapat mengalahkan mereka dengan kekuatan kita. "

Ini kata Al faruq ketika melepas bala tentara muslim ke medan perang. Lalu bagaimana negeri itu? Di sini seseorang sedang menangisi ketakberdayaan diri. Korupsi, kolusi, manipulasi, rendahnya harga diri plus rumitnya birokrasi menjadi masalah sehari hari. Belum ditambah kasat matanya konspirasi.

Keutamaan. Ini satu kata kunci yang saya ambil dari wasiat Al faruq tadi. Berbagai Jamaah melakukaan usaha perubahan ke arah yang baik, agar keutamaan ini kembali. Agar kemaksiatan tidak dibiarkan terbiasa di bumi. Semoga suatu saat nanti, negeri itu kembali cerah, seperti hari saat taifun pergi, membawa serta kelabu gulungan awan, menyisakan biru langit dan sinar-sinar yang berlarian menerebos angkasa menerangi bumi tanpa terhalangi.



ReAD MoRE・・・

Monday, 18 July 2011

Road To Tokushima!


Akhirnya jadi juga berangkat ke Tokushima setelah merangkap jadi manajer dadakan (ketua PPI Nagoya JJS ke Italy) dan perayu gombal (banyak orang yang awalnya terdaftar terus mengundurkan diri) untuk mangajak orang-orang Nagoya agar mau jadi perwakilan atlet PORMAS 2011-nya PPI Jepang. Syalalala~ Dengan persiapan baru selesai 2 jam sebelum dedline pendaftaran peserta, tim PPI korda Chubu pun berangkat bertanding ke Tokushima. Ah, yah. Saya baru tahu di H-1 kalau pak Ketua PPI chubu memberi nama SATRIA Chubu untuk tim yang berangkat kali ini.

Hasilnya? Well, not bad lah. Kami meraih 1 medali emas, 1 perak dan 1 perunggu, sekaligus menjadi juara umum ke-3 setelah PPI Tohoku ( 2 emas dan 3 perunggu!) dan PPI Kyushu-Okinawa (2 emas). Alhamdulillah ini hasil maksimal kami dengan persiapan yang sangat minim. Dua orang teteh pun terpaksa didaftarkan untuk ikut tanding ganda putri badminton, padahal niatnya cuman ngikut suami. Heuheu. Ketua PPI Chubu yang awalnya cuman hadir untuk rapat PPI diikutkan ganda tenis meja (dan ajibnya bisa dapet medali emas! Yiihaa~~ * sukses nih jadi manajer :-D * )

Sayangnya kamera saya habis batere saat hari-H! HadooohhH!! Kalau begini terasa enaknya punya kamera ber-charger, bukan seperti kamera dengan batere yang biasa saya buat pakai jalan-jalan. Kenapa? yah, di sekitar lokasi Pormas dan penginapan TIDAK ADA kombini. Ini Jepang bukan sih? *kata temen saya dari Tokyo yang lupa gak bawa sikat gigi dan sabun mandi :-P *


Foto-fotonya insyaAllah akan di upload setelah dapet data rampasan perang dari para pemilik kamera nikon, supaya terlihat bagus.

*Entah kenapa terasa capek sekali yah. Saya ternyata tidak terbiasa main badminton single, capekkkkkkkkkkkkkkk. Padahal kalau main ganda selama 3 jam pun capeknya tidak separah ini. Keadaan di dalam GOR memang sangat pannas, duduk di lantai aja kepanasan. Sewaktu bertanding, apalagi. Baru pertama ini saya merasa ingin cepat-cepat game selesai tanpa peduli kalah atau menang. Panasnya tiada tara!*


ReAD MoRE・・・

Wednesday, 13 July 2011

Menjaga Kebudayaan




Well, banyak orang mengatakan bahwa keluarga adalah pangkal peradaban. Dalam islam sendiri, sudah ada tuntunan dalam memulai langkah paling awalnya : memilih pasangan :-)

Pikiran saya barusan terkuras untuk satu dedline hari ini, sehingga daripada menulis yang berat-berat, saya memilih untuk napak tilas petualangan menuju Masjid Raya Roma pada bulan Syawal tahun lalu.

Sebenarnya petualangan mengunjungi pusat-pusat kebudayaan islam di Eropa menyimpan banyak gambar, sayangnya memory card yang saya pakai waktu itu ikut terkirim bersama kamera yang dipinjam adik buat tugas lapangan. Doh! Padahal puncak petualangan di bekas Ibukota Islam di Andalusia sangat-sangat-sangat menarik untuk dibagi.

Berdasarkan pengalaman pribadi, isi video dari y*utu*e di atas terasa sekali (Terlepas dari akurasi angka-angka dan tahun yang disebutkan di dalamnya). Waktu memanjangkan kaki di bekas wilayah Jerman Barat, di stasiun-stasiun besar muslimah berjilbab lebar berjalan bersliweran seolah saya berada di sebuah negeri muslim saja. Masjid-masjid juga lebih mudah ditemui dibandingkan di Jepang. Mungkin benarlah, kejayaan islam akan kembali salah satunya dengan banyaknya populasi muslim yang tersebar si seluruh penjuru negeri.

Lalu tarara~ Selamat menikmati beberapa foto di seputar Jalan Masjid, Roma. ^_^


Viale della Moschea : Jalan dimana Masjid berada. InsyaAllah kalau bertanya ke Polisi pun, mereka tau dimana lokasi masjid Roma ini, lah nama jalan rayanya aja Jalan Masjid kok!


Nampang dulu di lantai 2. :-D
Tinggi menara masjid ini hampir sama dengan kubah gereja Vatican, makanya sempat menuai protes waktu pembangunannya. Lokasi Masjid yang berada di lembah akhirnya menjadi alasan yang 'menentramkan' karena tingginya tidak akan bersaing dengan tempat peribadatan pribumi. :-P





Masjid nampak dari jalan. Masih harus muter dulu untuk masuk dari gerbang utama.



Berbagai jajanan halal kreasi para muslim imigran.



Warung tenda yang siap dikunjungi ba'da sholat Jumat.



Suasana di dalam Masjid yang luas dengan pilar-pilar tinggi, kokoh dan indah. Jamaahnya manusia-manusia beragam ras.




Pikirkan bila tempat-tempat ibadah umat islam dibangun dan diramaikan oleh keturunan-keturunan yang tinggi kualitas imtaq-nya di berbagai sudut dunia. Dan di sini, di Nagoya, kami pun sedang bermimpi membangun sebuah kampung muslim, mumpung populasi Jepang sedang berada puncaknya saat ini. Maksudnya? Mari membeli tanah dari orang-orang tua yang tidak punya keturunan. :-P



ReAD MoRE・・・