Sunday, 24 July 2011

Lowongan Lampau

Pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman Basya Al Qanuni, dibuka sebuah lowongan untuk menjadi Imam di masjid Istambul. Persyaratannya :

1. Menguasai bahasa Arab, Turki, Latin (sekarang jadi bahasa Yunani, Itali, Spanyol, Portugis, Perancis) dan Persia. *wew, kudu multilingual*
2. Menguasi Al Quran, Injil dan Taurat. *wew, Al Quran doang masih kurang!*
3. Menguasai Ilmu Syariat. * ^_^ *
4. Menguasi Ilmu Alam dan Matematika serta mampu mengajarkannya. *Pintar doang gak cukup, kudu bisa memintarkan orang lain*
5. Mahir menunggang kuda, pandai bermain pedang dan lihai dalam perang. *Lelaki lemah mau jadi Imam? Hush, berlatih dulu sana!*
6. Berpenampilan Menarik. *Orang kucel dandan dulu gih!*
7. Bersuara indah. *Makmum gak betah kalau diimami dengan suara yang tidak merdu :-) *

Lowongan ini tertulis dalam iklan sekitar 500 tahun yang lalu. Sekarang terkesan syaratnya sangat berat, padahal ini adalah hal biasa pada jaman itu dimana islam dalam masa berjaya. Terlihat sekali tak ada dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum. Jabatan imam menjadi posisi yang prestisius sesuai perannya dalam dakwah. Ya, untuk menjadi seorang Imam Masjid, tidak cukup hanya dengan ilmu agama saja karena dia harus bisa menjadi pencerah bagi dunia dan penerang jalan ke akhirat. *Dan dia khan digaji! Harus lulus kualifikasi donk!*


Bila saya hidup pada masa itu dan ingin jadi/mendidik anak-anak *ehem* agar layak menjadi seorang imam, alangkah indahnya lingkungan yang mendukungnya. Hey hey, tak usahlah berandai-andai, pada masa sekarangpun mencapai kualitas seperti itu bukanlah mustahil. Bedanya perlu usaha yang lebih keras, semangat membara yang pantang menyerah, persistensi menuntut ilmu, menguasai bahasa, latihan fisik..... (pastinya sih gak bakal ringan dan santai-santai...).


Bicara soal lowongan, posisi seperti apa yang pas diinginkan setelah mengukur kemampuan? memilih pekerjaan bisa menjadi sebuah kemewahan saat tak semua orang punya pilihan. Penghidupan yang layak menjadi dambaan tiap manusia, namun kesempatan berbeda-beda.

Kepuasan hati dan akal berjalan seiring dan bersamaan. Demikian pula sekelumit perhatian pada nurani, nilai-nilai harga diri, kecenderungan psikologis dan harapan akan masa depan dapat menentramkan dan memantapkan jiwa. Ya, terutama bila diri berada dalam jalan yang bercabang-cabang untuk meniti sebuah pekerjaan dan kenyataan hidup lebih sering keluar jalur dari yang direncanakan.


4 comments:

Vuterlanik said...

Yak, giliran saya tergampar2 baca postingan ini. Maturnuwun kang Sunu

Igniel said...

klo jaman sekarang, siapa saja asal bacaan dan hapalannya bagus bisa jadi imam shalat di mesjid ya~

Feranisa Prawita Raras said...

seandainya ada Imam seperti itu ya di jaman sekarang..

# sunuhadi # said...

Hmm. Kalao Imam Buat masjidil haram syaratnya apa yah...

Imam islamic center Nagoya sekarang sudah mulai lancar bahasa Jepangnya, syarat yang lain-lain gak tahu huehue :-)