Ceritanya bermula saat saya iseng saja mengatakan ingin sepeda balap. Sepada lipat yang saya dapatkan sewaktu ikut speech contest tahun lalu raib setelah dua bulan saya biarkan di tempat parkir. Saya hanya ingin sepeda baru yang lebih menantang. Menantang? Iya dong. Saya berencana Tour De Japan dengan sepeda itu. Ehem, target kecilnya dimulai dengan merambah daerah Kansai dan sekitarnya setelah saya pindah ke Nagoya mulai April nanti, insyaAllah.
Hubungannya dengan Nagashima? Dia punya hobi yang sama. Dia cukup maniak dengan koleksi 5 buah sepeda balap yang satu saja harganya sama dengan 3 kali beasiswa yang saya terima tiap bulan. Tapi belakangan saya tahu. Kualitas pembalap -bukan pemuda berbadan gelap, meski saya terpaksa mengaku karena dikelilingi orang2 yang lebih cerah huhuhu- bukan ditentukan dari sepeda yang dinaikinya, tapi kemampuannya merawat dan memperbaiki sepeda. Setidaknya itulah yang dikatakan Oeda-san siang ini. Siapa Oeda-san? Dia adalah guru Nagashima soal sepeda. Otomatis dia menjadi Kakek Guru saya. Hari ini Nagashima mengajak saya menjumpai Oeda-san di bengkel sepedanya. Ditambah informasi bahwa Oeda-san adalah mekanik sepeda terbaik di propinsi ini. Whuaaaa...
Siang ini saya belajar merekatkan ban ke peleg, lalu memasangkannya ke kerangka sepeda, mengisinya dengan udara. Lepas lagi, pasang lagi, lalu coba naiki sendiri. Mudah? Hoho, saya pikir begitu. Tapi Oeda-san ternyata Kakek guru yang ketat. Saya harus mengerahkan tenaga benar, meski pada simulasi yang tanpa banyak energi pun bisa selesai. Saya menggunakan ban bekas yang lebih mulur dibanding ban baru. Yah, Oeda-san menanamkan dasar-dasar merangkai sepeda. Dan tentu saja seorang pro semacam dia langsung tahu kalau saya benar-benar hanya pengguna sepada yang bakal bingung melepas dan memasang ban ketika meletus.
Masalahnya, saya belum bisa konsentrasi penuh tadi siang. Alasannya studi saya belum beres -Huh, alasan klasik-. Tangan saya memang jadi hitam oleh pelumas di rantai, ban, obeng, baut dan kawan-kawannya. Tapi saya merasa belum puas, belum terampil, belum pantas naik sepeda itu. Lalu saya berniat belajar benar-benar setelah masuk libur musim semi. Yah, sepeda yang saya beli kali ini bukan hanya untuk dikendarai, tapi juga dirawat supaya awet. Apalagi Oeda-san berapi-api sekali menceritakan pengalaman masa mudanya, juga kisah-kisah anak muda yang mengendarai sepeda dari Kyushu sampai Sendai! Wow wow wow, pengen!! -ehem, karena belum pernah coba, klo capek, pulangnya naik kereta sahaja, yahahaha ^__^;; -
Kata Oeda-san ada beberapa keuntungan bertualang dengan sepeda di Jepang :
1. Murah meriah
2. Sehat
3. Bebas memandangi alam
4. Aman (eh?!)
5. Lebih mudah cari penginapan gratisan. Tinggal bilang : "maaff saya kemalaman dalam perjalanan, bolehkah malam ini saya numpang?"
Hihi, saya orang asing, tapi setidaknya bisa bikin tampang capek dan melas plus cuap-cuap dalam bahasa Jepang. Menurut Oeda-san, orang Jepang bakal mendukung, meyokong, membantu orang yang sedang dalam perjalanan, terutama yang naik sepeda. (dibandingkan melancong dengan mobil atau kereta!) Dan sebenarnya ini yang paling saya idamkan dalam jalan-jalan : bersentuhan dengan orang-orang baru yang belum saya kenal sebelumnya!
*+*+*+*+*+*+
Angin masih kencang sekali bertiup. Kereta belum beroperasi tanpa jadwal yang jelas. Akhirnya Nagashima berbaik hati mengantarkan saya sekali lagi ke asrama selepas ashar. Arigatou-san ^__^
*+*+*+*+*+*+
** Nagashima bilang : kamu punya minyak peluntur lem dan oli khan? Tuh udah biasa dipakai kalau habis percobaan. ~Hmm, dia lupa kalau jurusan dia teknik mesin sedangkan aku kimia. Tapi aku masih punya kuku untuk mengerok sisa2 lem dan oli yang menempel. Huahahaha~
No comments:
Post a Comment