Saturday, 23 February 2008

Kisah Angin

Angin masih menderu. Tapi maaf, hari ini kita tak bisa bersama melaju. Kau lebih memilih berhembus bersama beku.


Sore yang membatu. Daun-daun tergulung, terbang menemani debu. Berputar, mengetuk-etuk tanah, jendela, menghantam bangku.

Dedaunan masih melesat, dalam corak kering menguning. Hampir coklat. Melesat pasrah, menubruk, membentur, menari dalam lelah. Nyanyian angin terdengar sembilu. Bertualang segala penjuru.


Angin masih menderu. Inikah secercah keperkasaanmu? Orang-orang menyebutnya takut, saat dengan ombak kau bercumbu. Saat dengan api kau berlari. Juga saat kau pusing berputar seperti gasing. Padahal kau hanya patuh. Menuruti sang penguasa waktu.
Mengisyaratkan peringatan.
Membagikan pesan.
Menggemerincingkan ilmu.

Angin masih menderu. Apakah kau tahu? Di belahan bumi sana, sekelompok manusia mengolok penyeru Tuhanmu. Ada risau yang menggema di Darfur, Palestine, Iraq, Kosovo, juga dibawah atap-atap yang akrab dengan derita.


Angin, masihkah kau mengembangkan layar-layar? Mengibarkan renda-renda langit senja, juga memeriahkan pendar pijar bintang dan purnama? Ya, kutahu kau disana. Bawakan sejuk untuk mereka, menggantikan risau karena celoteh ini bisu. Bawakan kilau bahagia di mata, yang lebih cemerlang dari kilau gemintang di langit malam.

*+*+*+*+*+*



"Ya Allah, aku memohon kepadaMu kebaikan dari angin ini,kebaikan yang terdapat di dalamnya dan kebaikan yang Engkau perintahkan melalui angin itu. Aku berlindung kepadamu dari keburukan angin ini, keburukan yang terdapat didalamnya dan keburukan yg Engkau perintahkan melalui angin itu"

2 comments:

Betria said...

nice post!
ternyata angin juga punya kisah yg begitu,,, indah

# sunuhadi # said...

ehem. ^_^ sebenarnya sejak kemaren angin berhembus kenceng banget sampai kereta dihentikan. Maless banget keluar asrama (klo gak naik mobil). hoho