Hari ini diadakan upacara penutupan kalender pendidikan. Dan Alhamdulillah saya memperoleh satu piagam (?) seperti di atas, setelah nama saya dipanggil untuk maju ke depan. Sudah setahun lebih, saya tidak merasakan aroma kebanggaan sejak speech contest di Ibaraki perfecture tahun lalu. Tapi apakah saya memang patut berbangga?
Beberapa sahabat dekat dan keluarga di Indonesia mengucapkan selamat saat saya memberitahukan mendapat penghargaan. Namun ada satu rekan setanah air yang memprotes.
Beberapa sahabat dekat dan keluarga di Indonesia mengucapkan selamat saat saya memberitahukan mendapat penghargaan. Namun ada satu rekan setanah air yang memprotes.
D: "Nilai kamu khan gak dapet A semua!"
S: "Memang ada yang B kok..."
D: "Kalau gw mah mendingan gak usah dapet penghargaan."
S: "Loh? Kenapa? btw, gw juga gak minta tuh penghargaan koq. Dosen wali yang merekomendasikan..."
D: "Selain itu lu khan ngerjain skripsi cuman 3 hari?! Koq bisa-bisanya?"
S: "Hmm... dalam 3 hari itu, gw bener2 mati2an loh!"
D: "Hasil eksperimen lu juga gagal khan?!"
S: "Betul. Tapi dosen pembimbing juga mengatakan kalau temaku cukup sulit, makanya sampai sekarang, orang2 yang melakukan penelitian dengan tema serupa pun belum pernah ada yang berhasil. Beliau mengatakan hal ini satu bulan sebelum presentasi, dan selama ini gw juga cukup pusing karena percobaan gw selalu negatif hasilnyaa.. +__+. Gw udah pernah cerita khann?? "
Sejenak kami terdiam. Untuk apa sebenarnya kami memperdebatkan hal ini? Saya hanya ingin berbagi bahagia. Tak ada niat sombong-sombongan.
Saya tidak ingin memvonis kalau kawan itu iri. Mana mungkin? Sebaliknya saya berpikir bila saya belum pantas menyandang gelar "excellent student" seperti yang tertera. Setidaknya ada satu oarng yang belum bisa mengakuinya. Oleh karena itulah, setelah terlanjur mendapat penghargaan, insyaAllah saya akan berusaha agar yang tertera disana tidak sekedar rangkaian huruf belaka. Kalaupun sekedar rangkaian huruf, setidaknya itu adalah benar adanya. Bila bukan sekarang, berarti masa depan, sepanjang saya masih berstatus "student". Semoga saja saya bisa menjadikannya nyata.
Benarlah kata pepatah, seribu orang kawan terlalu sedikit, satu orang musuh terlampau banyak. Kali ini bahagia saya langsung menyusut, sedikit bangga yang mengembang ternyata begitu cepat kempis hanya karena kata-kata. Tapi bagaimanapun juga saya masih harus tetap cerdas dalam memaknai syukur, tak semua orang mendapat penghargaan seperti ini. Mungkin Allah ingin memberikan motivasi dan rasa senang setelah 3 tahun penuh perjuangan, sekaligus peringatan agar tidak lupa diri. Yach, rahasia apa yang ada di balik kejadian ini yah?
D: "Kalau gw mah mendingan gak usah dapet penghargaan."
S: "Loh? Kenapa? btw, gw juga gak minta tuh penghargaan koq. Dosen wali yang merekomendasikan..."
D: "Selain itu lu khan ngerjain skripsi cuman 3 hari?! Koq bisa-bisanya?"
S: "Hmm... dalam 3 hari itu, gw bener2 mati2an loh!"
D: "Hasil eksperimen lu juga gagal khan?!"
S: "Betul. Tapi dosen pembimbing juga mengatakan kalau temaku cukup sulit, makanya sampai sekarang, orang2 yang melakukan penelitian dengan tema serupa pun belum pernah ada yang berhasil. Beliau mengatakan hal ini satu bulan sebelum presentasi, dan selama ini gw juga cukup pusing karena percobaan gw selalu negatif hasilnyaa.. +__+. Gw udah pernah cerita khann?? "
Sejenak kami terdiam. Untuk apa sebenarnya kami memperdebatkan hal ini? Saya hanya ingin berbagi bahagia. Tak ada niat sombong-sombongan.
Saya tidak ingin memvonis kalau kawan itu iri. Mana mungkin? Sebaliknya saya berpikir bila saya belum pantas menyandang gelar "excellent student" seperti yang tertera. Setidaknya ada satu oarng yang belum bisa mengakuinya. Oleh karena itulah, setelah terlanjur mendapat penghargaan, insyaAllah saya akan berusaha agar yang tertera disana tidak sekedar rangkaian huruf belaka. Kalaupun sekedar rangkaian huruf, setidaknya itu adalah benar adanya. Bila bukan sekarang, berarti masa depan, sepanjang saya masih berstatus "student". Semoga saja saya bisa menjadikannya nyata.
Benarlah kata pepatah, seribu orang kawan terlalu sedikit, satu orang musuh terlampau banyak. Kali ini bahagia saya langsung menyusut, sedikit bangga yang mengembang ternyata begitu cepat kempis hanya karena kata-kata. Tapi bagaimanapun juga saya masih harus tetap cerdas dalam memaknai syukur, tak semua orang mendapat penghargaan seperti ini. Mungkin Allah ingin memberikan motivasi dan rasa senang setelah 3 tahun penuh perjuangan, sekaligus peringatan agar tidak lupa diri. Yach, rahasia apa yang ada di balik kejadian ini yah?
No comments:
Post a Comment