Wednesday, 16 January 2008

3 Jam Saja

Kadang aku berpikir tak ada salahnya tinggal di kota besar. Kalau komputer rusak, ada tempat servis, Kalau pengen ini itu, banyak yang menyediakan. Ingin barang dari luar daerah pun bukan hal sulit untuk mendapatkan. Teknologi dan fasilitas untuk umum pun sampai lebih cepat ke masyarakat. Sebenarnya alasan terakhir ini lah yang menjadi pertimbangan terbesarku.

Dua pekan yang lalu, salah seorang tanteku meninggal setelah terpeleset di kamar mandi. Stroke. Almarhumah baru diketemukan satu hari kemudian dan langsung dibawa ke Surabaya untuk mendapat perawatan hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di atas kasur rumah sakit.


Penyakit yang berhubungan sistem sirkulasi pada tubuh manusia kerap menjangkit di Indonesia. OK ok... bukan Indonesia, setidaknya keluargaku deh. Entah pola makan tinggi lemak atau konsumsi gula berlebih yang pada ujungnya menjadi ancaman bagi nyawa. Belum lagi ditambah rokok yang terlanjur mendarah daging pada sebagian masyarakat.

Kakekku juga meninggal karena stroke. Begitu katanya. Almarhum meninggal 5 tahun sebelum aku lahir, jadi sebenarnya aku juga belum pernah ketemu. Cerita dari kerabat yang aku dengar, setelah mendapat serangan, beliau menjadi lumpuh dan kehilangan kemampuan berbicara secara normal.


Pada kebanyakan kasus, orang yang terkena stroke akan mengalami gangguan syaraf anggota gerak dan kemampuan berbicara. Meskipun tahu apa yang ditanyakan, meskipun tahu apa yang menjadi jawaban, tapi proses mengalirnya informasi dari otak menuju mulut berlangsung lambat. Aku sendiri pernah merasa tersiksa karena tak bisa menyampaikan pendapat, apa yang aku inginkan, karena kemampuan bahasa Jepangku yang dibawah standar beberapa tahun lalu. Tak bisa menjawab dalam bahasa Jepang, padahal aku tahu jawaban dan maksud pertanyaan. Mungkin perasaan orang yang terkena stroke hampir sama kah, sebal, geram, kecewa, karena tak mampu mengutarakan apa yang ada di dalam pikiran.


Apakah tidak ada cara untuk meyembuhkan orang yang terkena stroke hingga normal? Jawabannya ada. Ada enzyme yang mampu mengaktivkan jaringan sehingga menghacurkan pengganjal aliran darah di otak penyebab stroke. t-PA , tissue plasminogen activator. Kasus yang dicurigai sebagai stroke lalu mendapatkan perawatan menggunakan obat ini, 100% pasiennya dapat mengambil alih kembali kontrol anggota gerak dan mampu berbicara dengan normal. Waktu terapi yang dibutuhkan pun hanya 2 minggu, lalu senyum bulan sabit di wajah keluarga dan pasien pun terlihat.


Masalahnya, t-PA hanya bisa diberikan paling lambat 3 jam setelah serangan. Kenapa? Dalam 3 jam, jaringan pembuluh darah yang tidak mendapatkan nutrisi -karena aliran darah tersumbat- akan mengalami kerusakan. Bila t-PA diberikan setelah 3 jam, ada kemungkinan terjadinya pendarahan dalam otak. Darah yang kembali lancar akan merembes langsung ke sel otak karena pembuluh darah yang seharusnya menjadi wadah terlanjur rusak kekurangan nutrisi. Makanya penting untuk tahu kapan terjadi serangan, atau gejala-gejala sebelum serangan.


Hmm, tapi waktu 3 jam cepat sekali. Aku tak yakin apakah setiap rumah sakit di kota kecilku mempunyai obat ini. Di Jepang pun tak semua rumah sakit memilikinya. Tiga jam saja, mungkin suatu saat akan terasa bobot pentingnya.

No comments: