Waktu aku kecil dulu, aku sering diajak main iGo oleh kakak sepupuku. Sayangnya, aku selalu jadi bulan-bulanan -karena paling kecil- dan kenangan yang kurang menyenangkan inilah yang membuatku tidak mahir bermain iGo sampai sekarang. Huhuhu
Selanjutnya adalah permainan yang berasal dari perfecture (propinsi) tempatku berada sekarang, Ibaraki. Permainan ini sudah mendunia hingga ada pertandingan internasional yang diselenggarakan di Mito bulan oktober dua tahun yang lalu. Othello. Aturannya tidak serumit Go, bisa dimainkan langsung oleh orang baru pertama kali sekalipun!Karena berasal dari tempat aku tinggal sekarang, aku bahas sedikit detail deh. -Huahh, ada yang langsung ngantuk, skip, skip, skippp saja!-
Sejarah Othello berawal tahun 1945, setelah bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki. September 1945, Hasegawa Goro yang tengah duduk di kelas satu SMP menerima pelajaran sembari duduk di tanah di bawah langit biru. Mito juga menjadi sasaran pengeboman hingga kastil dan bangunan bersejarah lain ikut habis dalam kobaran api. Dalam suasana seperti itulah permainan ini dilahirkan. Aturan awalnya, bila batu milik lawan diapit oleh batu milik kita, maka batu lawan menjadi milik kita. Permainan ini cukup merepotkan karena harus memakai batu dengan 2 warna, hingga akhirnya dipakai kertas yang diwarnai hitam pada salah sisi dan putih pada sisi yang lain.
Tahun 1964, Hasegawa mengajarkan othello kepada istrinya yang akhirnya berkembang dengan pesat. Aturannya mudah dipahami dan setelah paham segera ingin menguasai. Dikatakan, satu menit untuk mempelajari, tapi perlu seumur hidup untuk menguasai permainan ini. Hasegawa memperoleh ide menjadikan tutup botol susu sebagai pion othello, membawanya ke tempat kerja lalu diberikannya kepada 2 orang rekan dekatnya. Keesokan harinya ada fenomena yang cukup mengejutkan. Hampir semua pekerja wanita bermain othello pada jam istirahat siang !
Pada lain kesempatan, Hasegawa yang bekerja pada perusahaan obat mendapatkan masukan dari apoteker salah satu rumah sakit langganan. Permainan ini dinilai mampu berperan dalam rehabilitasi pasien. Setidaknya dalam pemakaian otak dan menghasikan waktu. Othello pun menjamur di rumah sakit itu dan digemari para medis hingga pasien. Othello terus berkembang hingga ada pertandingan othello bagi tuna netra dan muncullah juara wanita othello se-Jepang.
Sebenarnya darimana asal kata Othello itu sendiri? Tentunya bukan dari bahasa Jepang. Ayah Hasegawa Goro, memberikan nama ini dari salah satu karya Shakespeare dengan judul yang sama. Othello, seorang kulit hitam yang mempunyai istri kulit putih yang cantik bernama Desdemona. Kisah yang romatis kah? Tsah....
Alasan lain yang membuat othello mampu mendunia adalah warana papannya yang sejuk dipandang mata : hijau. Warna hijau menentramkan mata, alat permaiannya mudah dibawa, mudah dimainkan, nyaman dilihat dan dengan mebolak-balikkan pion saja bisa memperoleh kepuasan. Sebenarnya pertama kali aku melihat permainan ini adalah saat SMA, saat anak-anak ramai berkumpul dalam asrama. Yay, nostalgia SMA kah, penuh juga dengan hitam putih kenangan.
No comments:
Post a Comment