Monday, 28 January 2008

Muslimah Jepang Bicara Islam







Latihan menerjemahkan ahh... awalnya adalah latar belakang pembicara. Sekarang pembicara berada di New York semenjak 7 tahun yang lalu. Video di youtube nya sih dibagi menjadi 3 bagian. Bisa dilihat lewat link berikut :

http://www.youtube.com/user/hegabb

Ternyata buat menuliskan lebih capek daripada menerjemahkan langsung secara lisan. Huhuhu... -koq videonya gak nampak yah kadang2?? pening mode-

***

...

Pada saat SMP, salah seorang guru saya bercerita tentang seorang anak yang bertanya kepada ibunya.

"Mama... kenapa sih aku harus belajar?"
"Supaya bisa masuk sekolah yang bagus!"
"Kenapa harus masuk sekolah yang bagus"
"Supaya mudah mencari pekerjaan yang baik
"Untuk apa punya pekerjaan yang baik?"
"Supaya dapet uang yang banyakkkKK"
"Buat apa punya uang banyak?"
Si anak terus mengulang pertanyaannya, hingga pada akhirnya ibunya mengatakan : "Untuk membuat upacara pemakaman yang megah...
"Wahh.. kalau ujung-ujungnya gitu, aku ogah belajar. Oogaaahhh!!"

Cerita ini bukankah sekarang sedang berlangsung pada diri saya? Karena malas mempersiapkan ujian masuk universitas saat duduk di kelas 3 SMP, saya akhirnya masuk ke sebuah Universitas swasta dengan suisen (PMDK? PBUD? Rekomendasi?). Masuk ke Universitas berarti semakin dekat untuk menjadi anggota masyarakat dewasa menjadi salah satu hal sedikit membuat saya kurang nyaman. Untungnya saya masuk ke Universitas Katolik, sehingga saya sedikit berharap ada sesuatu yang lebih memperkaya batin dan sesuatu untuk ketenangan spiritual. Tetapi, agama kristen itu, saya melihat dari para pemeluknya, sepertinya ada yang kurang cocok dengan diri saya. Di sana saya belajar dengan keras. Setelah lulus dari Universitas, saya akan menjadi bagian masyarakat. Ketika saat itu tiba saya membayangkan untuk mengisi hari saya dengan memberikan perhatian kepada sesuatu hal, apa saja.


Setelah lulus, saya tidak banyak mencari lowongan pekerjaan. Secara kebetulan saya bersama seorang teman di terima untuk bekerja di sebuah Hotel punya orang Amerika. Sebenarnya saya sudah memilih untuk bekerja kesana, namun pada akhirnya saya malah bekerja pada sebuah perusahaan finansial atas dorongan orang tua. Selama satu tahun saya menahan keinginan diri sendiri, benar-benar suatu fase yang tidak alami. Saya menjalani kehidupan yang sama sekali berbeda dengan kehidupan spiritual yang saya cari. Sepertinya inilah yang menjadi penghalang kedamaian batin saya.


Pada suatu ketika, saya memperoleh libur selama 10 hari dari perusahaan. Saya ingin tinggal di kuil saja. Saya ingin sendiri, menyepi, lepas dari rutinitas sehari-hari. Saat menapaki tangga batu di tengah gunung, saya merasa tidak benar-benarsendiri. Saya merasakan sesuatu yang besar, sesuatu yang agung. Saat duduk bersimpuh dalam kuil, saya pernah menangis , saya merasa seperti sungai yang mengalir lalu bercabang, bercabang lagi.


Setelah kembali ke rutinitas sehari-hari, saya masih bisa merasakan keberadaan sesuatu yang agung, seperti saat saya menyepi waktu itu. Saat saya berada dalam pesawat menuju New York, saya tidak bisa melupakan panorama merah langit senja yang nampak. Langit, daratan, dan langit tersapih warna pelangi, bulan dan bintang pun bisa terlihat dalam garis pandangan mata. Waktu itu saya tidak hanya melihat pemandangan begitu saja, saya merasa bahwa seseorang yang menciptakan pemandangan ini memperlihatkan mahakaryanya secara khusus untuk saya. Lalu, sesuatu yang agung itu pun sepertinya memandang saya dari sana. Perasaan seperti itu begitu kuat saya rasakan.


Sejak saat itu bertanya-tanya, untuk apa sebenarnya saya dilahirkan ke dunia ini? Bagaimana sebaiknya menjalani hidup ini? Apa yang sesungguhnya saya inginkan?
-bersambung dulu deh, capek juga nerjemahin-


ReAD MoRE・・・

Friday, 25 January 2008

Pilar-Pilar Mimpi

Aku tertegun. Jawaban sensei (dosen pembimbing) berputar di luar dugaan. Hasil percobaan yang negatif, membuatku harus mengulang semuanya dari awal. Kerja keras selama ini harus bisa diulang sekali lagi dalam waktu kurang dari satu bulan, dengan metode lain. Presentasi terlanjur dijadwalkan pada akhir Februari.

"Ya sudah. Terpaksa. Ujian akhir sudah dekat, percobaan diakhiri sampai di sini saja. Silakan konsentrasi untuk ujian," kata-kata ini yang sebenarnya aku inginkan. Jawaban yang bisa membuat segala beban yang terasa menghimpit lepas bebas. Tapi kenyataan tidak semanis itu.

Kecewa? Kalau aku mengatakan tidak, bohong jadinya. Saat seperti inilah aku kembali memutar pita memori yang mulai kusut. Mencoba meraba pahatan-pahatan tekad saat aku memilih kuliah di negeri ini.

Saat duduk di bangku SMA, tak ada teman yang mengajakku bermimpi. Ah, ada satu. Dia menanyakan apa yang aku inginkan di masa depan. Aku mencari-cari dalam kepalaku, namun aku tak menemukan kata-kata. Bahkan kata pun enggan muncul saat aku hendak mengajak memetakan masa depan. Dia memilih pergi bersama angan yang mengambang.

"Apa?" kawanku kembali bertanya.
"Aku ingin kuliah di luar negeri."
"Kuliah bidang apa? Apa yang ingin kau dalami?"
"Hmm, apa ya. Aku belum tahu..."


Dia diam, sepertinya kehilangan pijakan untuk merangkai kalimat berikutnya. Mungkin kawan itu berpikir kalau aku ini lelaki tanpa mimpi. Ya, batas masa depan dalam benakku waktu itu ada saat kelulusan sekolah. Dua tahun. Itu yang menjadi batas impian masa depanku. Impian yang bahkan buram tanpa wujud yang jelas.


Waktu kecil, aku bisa menjawab dengan senyuman yang mantap untuk pertanyaan serupa.
"Ingin jadi presiden!"
"Aku ingin menjadi dokter!"
Setelah bertemu seorang paman aku punya jawaban baru,"Ingin jadi insinyur!"
Saat lewat bandara Maospati aku spontan berkata, "Ingin seperti Habibie, bisa bikin pesawat! Ntar aku bisa mengantar ibu naik haji!"
Ketika bertemu pengamen di lampu merah, aku berbisik "Aku ingin menjadi Menteri Pendidikan. Aku bisa bikin sekolah gratis sampai SMA supaya gak ada anak-anak yang jadi pengamen."


Tanpa aku tahu seberapa banyak biaya yang diperlukan, tanpa paham seberapa besar usaha yang dilakukan, waktu kecil aku punya mimpi yang lebih besar dari sekedar ingin kuliah dengan bidang yang belum terbayang. Apakah menjadi dewasa itu demikian rumit, hingga aku takut bermimpi lagi?


Dua tahun kemudian, mimpi kecilku terwujud. Aku mendapat kesempatan untuk kuliah di luar negeri, kuliah di Jepang yang menjadi impian beberapa kawanku yang lain. Pada hari pengumuman kelulusan, tiba-tiba aku teringat pertanyaan itu dalam sujud syukurku. Apa yang kau inginkan di masa depan? Aku harus mencari jawaban baru. Jawaban yang bisa memuaskan si penanya dan hati kecilku.


Aku membaca sebuah artikel tentang Jepang. Bagaimana penetapan kebijakan target dalam perusahaan Jepang? Ternyata sama sekali terbalik dengan pola pikirku waktu itu. Mereka menetapkan target besar dalam jangka panjang. Setelah itu, ditetapkan target-target kecil dengan jangkauan waktu yang lebih singkat. Misalnya, Menghubungkan Tokyo-Osaka dalam satu jam. Target waktunya 20 tahun. Dari situ dibuat target mundur ke belakang, 19 tahun lagi sudah dilakukan uji coba, 18 tahun lagi kereta rampung dan relnya terbangun, 5 tahun lagi material tercukupi, satu tahun lagi rencana jalur, model, dan sistem jadi, terus mundur hingga muncul apa yang harus dilakukan pada masa yang disebut sekarang.


Bandingkan dengan pola pikirku dulu. Setelah lulus SD, masuk SMP. Lulus SMP, lanjut SMA lalu kuliah. Lulus kuliah lalu kerja, punya anak, hidup bahagia. Target-target sederhana yang nyaris tanpa mimpi. Tak ada keinginan spesifik yang muncul. Target yang bisa digapai hampir semua orang, tak ada sesuatu yang khusus, sesuatu yang hanya bisa dilakukan olehku.


Akan seperti apa kehidupanku saat berusia 25 tahun nanti? Bekerja? Lanjut S2 atau S3? Perlukah aku ijzah kelulusan untuk mencapai mimpiku? Hmm, aku tersadar untuk membangun pilar mimpi yang lebih kokoh. Pilar yang menyangga bayangan kehidupan di masa mendatang.
Aku ingin punya perusahaan perkebunan pada usia 35, misalnya, bagaimana mewujudkannya? Perlukan aku lulus kuliah yang sekarang? Apa yang perlu aku lakukan untuk persiapan? Bagaimana kalau gagal? Perlukah membuat mimpi kedua, ketiga, keempat,...?


Semakin banyak pilar mimpiku, semakin kuat pula semangatku, semakin kokoh bangunan kehidupanku. Di sini, di negeri ini aku sedang menuntut ilmu untuk masa depanku. Bukan untuk gelar atau ijasah. Ilmu yang harus bisa bermanfaat, ilmu yang yang didapat untuk memperoleh ridho Allah. Bukan untuk uang, ketenaran, pangkat, jabatan, atau kekuasaan. Untuk mencapainya jalan yang harus aku tempuh masih panjang. Yah, mengulang percobaan bukanlah hal yang besar dibandingkan itu semua. Aku tak ingin tersandung rasa kecewa.
Ya Allah mudahkanlah langkah ini. Aku harus lulus dari sini untuk bisa berlari menuju impian itu. Tak ada sesuatu terjadi dengan kebetulan. Keberadaanku di negeri ini pasti ada maksud Allah dibalik ujian, cobaan, tempaan, binaan, yang aku temui melalui perpanjangan tangan-Nya. Semoga aku bisa memetik hikmah. Kembali ke niat, kembali pada tekad, kembali membangun pilar-pilar mimpi. Setidaknya aku merasa mampu berpikir lebih jernih esok hari.


ReAD MoRE・・・

Thursday, 24 January 2008

Tiga Jam Saja! Memahami Islam dengan Manga.



Penulis : Haji Ahmad Suzuki
Bahasa : Jepang
Cetakan Pertama : Desember 2002
Harga : 1575 yen
Penerbit : Azka (明日香出版社)

Buku ini ditulis oleh muslim Jepang lulusan Universitas Al Azhar, Mesir. Karya ini mengupas islam dari dalam, bukan seperti kebanyakan buku tentang islam yang beredar di Jepang, dengan gamblang dan mudah dimengerti. Sebagian besar yang ditulis adalah mengenai dasar-dasar dalam islam untuk orang awam. Polesan gambar manga menambah daya tarik tersendiri buku ini. Jepang geetho loh, manga dunk!


Buku ini dibagi menjadi 6 bab sebagai berikut :
1. Kosakata Dasar untuk memahami Islam
2. Awal Mula Islam
3. Pengetahuan tentang Islam
4. Sejarah Islam
5. Posisi Islam Abad 21
6. Kehidupan Islam Masa Kini


Haji Ahmad Suzuki juga telah menulis beberapa buku tentang islam, semuanya dalam bahasa Jepang (ya iya lahhh). Salah satu komentar terhadap tulisannya yang saya baca : "Saya percaya tak ada seorang pun yang bisa menjelaskan islam dengan begitu mudah untuk dipahami selain Haji Ahmad Suzuki." Dalam setiap goresan penanya bisa dirasakan keinginan yang sangat kuat untuk menyampaikan islam kepada lebih banyak orang. Kelebihan karyanya adalah pemilihan kata-kata yang menyejukkan hati, dan proses menelurkan pengetahuan yang ada dalam dirinya dalam rangkaian kata yang cerdas hingga menetas menjadi buku yang mendidik dan mencerahkan.



[Tentang Penulis]


Nama Asli : Suzuki Hiroshi (鈴木 紘司)


Lahir di Tokyo tahun 1941. Setelah tamat dari Universitas Al Azhar, tahun 1969 beliau bekerja di Kedubes Jepang untuk Arab Saudi. Pernah masuk ke Perusahaan Perdagangan Sumitomo, berkeliling di negara-negara islam, menjadi konsultan ekonomi pemerintah otonomi Mindanao juga sebagai konsultan tetap di Arabic Institute di Hiroo. Sekarang aktif menjadi penerjemah bahasa Arab NHK sekaligus dosen di Universitas Toyo(東洋大学).


***


Ketertarikanku dengan buku ini dipacu untuk menambah vocab dalam bahasa Jepang mengenai islam. Tahun ini menjadi tahun ke-4 ku di Jepang, namun aku belum bisa menjelaskan tentang islam dengan baik. Seringkali orang Jepang bertanya : Kenapa tidak makan babi? Kenapa harus sembahyang 5 kali sehari? Kenapa mau puasa sebulan penuh? Orang islam bisa punya 4 istri yah?


Sayangnya aku belum bisa menjawab secara memuaskan (untuk diri sendiri) pertanyaan-pertanyaan di atas. Aku tak tahu apa bahasa Jepangnya Idul fitri dan Idul Adha, aku belum pernah tahu sebelumnya kalau ada bahasa Jepang untuk rukun iman dan islam, haji, dan istilah-istilah yang sulit aku jelaskan kepada orang Jepang. Dalam buku ini tercantum istilah-istilah yang mungkin tak akan pernah dipelajari di Sekolah Bahasa Jepang. Meski terbit lebih dari 5 tahun lalu, aku baru tahu beberapa hari yang lalu. Mungkin sudah diatur oleh yang di atas agar bisa dibaca saat kemampuan bahasa Jepangku cukup.


Aha! Siapa tahu aku bisa menyusun kamus islam Indonesia-Jepang setelah menguasai bahasa.





ReAD MoRE・・・

Wednesday, 23 January 2008

Tak Harus Pandai Bicara

Ada beberapa teknik psikologi untuk membuat sebuah percakapan menarik bagi dua orang yang baru pertama kali bertemu. Inilah yang dibahas dalam siaran tameshi-gatten malam ini di NHK (TVRI nya Jepang). Sebenarnya aku menonton tayangan ini pada awalnya untuk mengusir sepi dalam kegiatan kerja bakti bersih asrama yang dilakukan tiap Rabu malam. Ternyata berbagai pengetahuan populer sehari-hari dikupas secara menarik dan mudah dipahami, sehingga meski bermula dari iseng, kini berubah menjadi suatu keperluan.

Menurut episode kali ini, untuk membuat suatu percakapan hidup antara dua orang yang baru pertama kali bertemu tidak mutlak tergantung pada sifat dasar seseorang. Apakah seseorang yang memang banyak bacot, cerewet, mahir berbual-bual itu selalu bisa membuat percakapan hidup? Pada awalnya memang iya. Tapi yang perlu diingat, percakapan tidak bisa dilakukan seorang diri. Makanya seorang yang pandai bicara sekalipun bisa kebingungan mencari bahan pembicaraan tergantung lawan bicaranya. Katanya, berbeda saat mendengar lolongan anjing atau jeritan monyet, ketika mendengar suara manusia, otak kita secara otomatis mengaktivkan bagian bicara selain bagian pendengar. Secara alami, saat ada yang mengajak bicara, kita tergerak untuk menanggapi. Oleh karena itu, siapapun bisa menghidupkan suasana dalam percakapan asal tahu beberapa teknik berikut.


" Anggap Lawan bicara adalah cermin"

Bagaimana bila lawan bicara kita adalah cermin? Sosok yang ada di hadapan kita adalah diri sendiri. Awalilah dengan senyum. Ya ya, bukankah senyum adalah ibadah? Bayangkan bila seseorang bicara tanpa emosi, datar, tanpa ekspresi. Tentunya suasana tak ceria. Dan ini berpengaruh pada lawan bicara. Sepanjang orang itu normal, bila lawan bicara berbincang sambil tersenyum, insyaAllah dia akan ikut tersenyum. Tapi apa yang terjadi bila kita sudah tersenyum, mencoba mengajak bicara dengan berbagai topik, tapi lawan bicara acuh saja? Jadi gak enak sendiri khan? Tersenyumlah, amak orang lain pun akan membalas dengan senyuman.


Intinya tak perlu menjadi orang yang pandai bicara, cukup menjadi orang yang mudah diajak bicara. InsyaAllah. Sewaktu menjadi orang baru di suatu lingkungan biasanya kita akan memilih orang yang nampak paling mudah diajak bicara, bukan? Terlepas diri kita termasuk orang yang pandai berbicara atau tidak, lawan bicara yang pertama kali dicari adalah yang (nampak) mudah diajak berbincang.
Setidaknya, salah seorang dosenku pun bercerita tentang beberapa anak yang ikut ujian masuk dengan suisen (PMDK? PBUD?) kemarin. Ternyata dalam rapat penentuan, dosen ini memilih seorang anak yang mengucapkan salam dengan lantang, senyum, dan mantap mengikuti wawancara. Tipe orang yang mudah diajak bicara dan bisa diharapkan, katanya. Hmm...

Next! Tanpa melupakan senyum, tirulah perilaku lawan bicara. Misalkan pembicara menggerakkan tangannya, lalu kita meniru gerakan yang dia lakukan. Dengan cara ini akan mengurangi degap jantung karena gugup atau tegang, terutama pada saat jumpa pertama. Lawan bicara memegang gelas minuman, kita pun bersiap minum. Lawan bicara menggerakkan tangan ke dada, kita ikutin. Lawan bicara tertawa, kita ikut tertawa. lawan bicara buang angin, kita pun.. -oops. klo ini gak ikutan deh- Yang perlu digarisbawahi, jangan sampai gerakan kita terkesan menghina, harus luwes dan biasa.

Selain meniru bahasa tubuh lawan bicara, satu lagi yang membantu menghangat suasana adalah dengan mengulang kata-kata yang diucapkan.
"Tadi pagi saya menggorenng nasi untuk sarapan..."
"Nasi goreng untuk sarapan ya?"
"Iya... semalam sisa banyak, sayang kalau dibuang"
"Betul, sayang kalau dibuang."


Atau,

"Tahu gak hari ini salju turun loh! Wahh, lebat banget udah 2 tahun gak turun!"
"Eh, yang bener? turun sejak jam berapa?"


Errmm... contohnya jelek yah >___+;


Selanjutnya adalah memulai sedikit tentang topik privat. Sesuai falsafah bahwa lawan bicara adalah cermin, dengan memulai topik yang agak pribadi, lawan bicarapun akan terbuka untuk menceritakan tentang kehidupan pribadinya. Contoh (lagi2).

"bla bla bla blaaaaa..."
"Oh iya, anak saya tahun ini lulus SMA, tapi masih belum memutuskan melanjutkan kemana..."
"Oh yah, saya sih gak punya anak, tinggal berdua dengan istri. Tapi..."


Tuh khan, lawan bicara juga mulai terbuka tentang kehidupan pribadinya (huehehe, namanya juga contoh). Faktor pendukung "ramainya" percakapan, kalau dirangkum jadinya seperti berikut :


1. Senyum, masukan emosi dalam percakapan.
2. Pakai bahasa tubuh, setidaknya tiru gerakan tubuh lawan bicara.
3. Mengulang kata-kata lawan bicara.
4. Mengutarakan topik pribadi


Dengan menerapkan 4 poin di atas, insyaAllah siapapun bisa menjadi orang yang mudah diajak bicara. Kalau mudah diajak bicara tentunya lebih banyak orang yang sukarela menjadi lawan bicara. Begitu katanya. Mungkin juga bisa terapkan dalam wawancara. Soalnya dari tiga universitas yang aku ikutin ujian wawancara, dua dimana aku ikuti dengan senyum dan rileks tuh lulus. Satu lagi gagal (selain karena nilai ujian gak cukup, hiks), yang bikin kecewa sih wawancara tidak berlangsung dengan baik. Alasannya : Gagap abis bangun tidur. Catet : Jangan Tidur sebelum wawancara! - Hmm, paling tidak kalau pun gagal, tapi sewaktu wawancara bisa ikut dengan mengungkapkan apa yang ingin kita katakan, perasaannya lain gak sih? Paling tidak, tak ada penyesalan. Ahh andai saja waktu wawancara bisa begini... Huhuhu, tak ada andai-andai dalam realita euy. Kalau andai jadi nyata, sejarah bisa berubah.

Back to topic...


Ngomong2 soal cermin, Eh, bukankah kita sudah sejak kecil belajar dari meniru? Kita bisa bicara karena meniru bahasa yang dipakai di sekeliling kita, mulai logat, intonasi, dan kosakata. Kita tumbuh sambil meniru kebiasaan orang-orang disekitar kita. Bukankah begitu pada awalnya? Kemampuan akal manusia lah yang kemudain menyaring mana yang cocok, mana yang tidak. Kegemaran lah yang memilih mana yang disuka mana yang bukan. Tak jarang aku pun sering menempatkan orang seperti diri sendiri. Kalau aku tidak keberatan meminjami catatan, aku pikir orang lain pun senang-senang saja meminjamkan catatan. Kalau aku pikir sate itu enak, orang lain pun aku anggap suka dengan sate. Hmm, padahal belum tentu.


Bagaimanapunnn, sesuai tema tulisan kali ini, untuk menjadikan percakapan menarik, insyaAllah bisa dipoles dengan catur sila (halahh) di atas. Bagaimana menurut anda?


ReAD MoRE・・・

Tuesday, 22 January 2008

Berita Kematian

Sedikit ngeri. Dalam pekan ini banyak sekali berita kematian yang sampai ke telingaku. Salah seorang Tanteku meninggal belum ada sebulan yang lalu. Kemaren, juniorku dari Malaysia pun bercerita kalau neneknya meninggal dini hari, padahal dia tengah menunggu komentar foto terbaru yang barusan dia kirim pada malam harinya. Lalu dini hari ini, istri ketua MPR RI juga diberitakan kembali ke rahmatullah. Terakhir barusan saja ada berita salah seorang kakak kelasku di SMA meninggal dalam kecelakaan, kakak kelas yang sempat memanduku sewaktu ikut lomba di Surabaya. Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Allaahummaghfirlahum warhamhum wa'afiihum wa'fu'anhum.


Dalam kehidupan tanpa disadari setiap detiknya adalah semakin dekat kepada kematian. Dibandingkan dengan usia bumi, sebenarnya berapa lama usia manusia itu? Bila umur bumi adalah satu tahun, mungkin jatah hidup seseorang tak lebih dari satu detik, bahkan sepersekian detik. Teramat singkat.


“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” (QS. 29:57)


Tiap orang yang pernah hidup di muka bumi ini ditakdirkan untuk mati. Tanpa kecuali, mereka semua akan mati, tiap orang. Mungkin kematian berlangsung setiap detik di dunia ini. Mungkin dalam satu detik bukan hanya seorang yang harus kembali menghadap kepada penciptanya. Hanya Allah yang memiliki kuasa untuk memberikan nafas bagi kehidupan atau untuk mengambilnya.


Mati adalah kepastian, kita harus selalu siap kapanpun maut menjemput, karena pada umumnya kita tak pernah tahu kapan dia datang. Kira-kira bagaimana perasaan orang yang sudah kena vonis hukuman mati ya? Seolah berapa lama lagi dia hidup di dunia ini sudah terbayang di depan mata. Batas dia bisa menghirup udara dengan bebas telah jelas. Saat-saat terakhir yang tentu ingin dipergunakan semaksimal mungkin untuk berbuat baik, beramal atau bertobat.


Ad-Daqqaq r.a. berkata, "Siapa yang banyak mengingat kematian, maka ia akan dimuliakan dengan tiga perkara: Segera bertaubat; Mendapatkan kepuasan hati; dan bersemangat dalam beribadah. Dan siapa yang lupa akan kematian, maka ia akan disiksa dengan tiga perkara: Menunda untuk bertaubat; Tidak merasa cukup dengan yang ada; dan malas beribadah"
Mengingat tiga perkara pada riwayat di atas, batin ini gerimis.


ReAD MoRE・・・

Waktu Kecapekan

Gejala flu. Mungkin sedikit kecapekan setelah agak memaksa diri minggu kemaren. Hidung tersumbat, susah bernafas, meriang, batuk dan kehilangan nafsu makan. Parahnya, sewaktu masih kuat berjalan hingga kawasan toko halal, dari 4 buah toko tak ada satu pun yang buka. Padahal jelas-jelas tertulis buka mulai 10.30. Lah, waktu itu sudah menunjukkan 10.45 belum ada tanda-tanda kehidupan. Akhirnya keinginan beli mie instant ditahan. Terpaksa mampir dulu ke pasar buat beli ransum makanan.

Setelah 2 jam naik kereta dengan setengah sadar, akhirnya sampai juga. Sisa energi yang ada dipergunakan untuk mengangkat yoghurt, susu, pisang, jus sayur dan sebotol jus apel. Seperti dugaan, makan nasi dengan oseng sayur sisa kemaren sama sekali tak ada rasanya. Cuman terasa panas, saat minum jus rasanya dingin. Tak ada manis, asin atau pedas. Tapi perut tak boleh kosong kalau gak ingin sakit tambah parah. Beginilah kalau kebiasan anti obat bikinan pabrik masih gak mau hilang. Kalau sakit flu atau sekedar masuk angin yang tidak sampai demam atau muntah-muntah, aku lebih suka meningkatkan daya tahan tubuh untuk proses penyembuhan. Mana sudi sakit ringan langsung tergantung sama obattttT!

Yoghurt campur keju bubuk dan madu plus susu hangat, 2 tandan buah pisang, dan makanan utama nasi dengan oseng sawi dan beberapa iris ikan tuna menjadi menu malam itu. Rasanya hanya numpang lewat di saluran pencernaan tanpa bisa dinikmati (T__T)Lalu, karena sakit dan udara musim dingin yang makin menggigit membuatku malas keluar rumah, untuk 2 hari ke depan harus bisa bertahan dengan bahan yang ada di kulkas. Menu yang praktis adalah.. ermm... Italian!

Menu-menu itali aku anggap cukup praktis. Proses persiapannya cepat dan memasaknya bisa ditinggal berbaring-baring dulu. Aku bikin pizza dan gratin kali ini.
kulit pizza :
1 kg tepung terigu
11g ragi bubuk
5 sdm gula pasir
500 ml susu cair
1 sdt garam

isi (taburan) :
2 kaleng katsuo (bonito)
saus tomat
merica
daun basil
keju


Cara membuatnya :

1. Untuk kulit, campur bahan2 kering sampai rata, masukkan susu, lalu aduk, remas, uleni sampai tidak lengket di wadah. Sebenernya ada mesin pengaduknya sih, cuman untuk mendukung kampanye anti pemanasan global, pemakain energi harus hemat. =halah= Kalau sudah, diamkan selama satu jam.

2. Kalau sudah satu jam, siapkan piring tahan panas buat oven. Olesi dengan butter atau minyak goreng, supaya gak lengket waktu matang. Gepengkan adonan kulit dengan ketebalan yang disuka. Kalau aku, satu kilo terigu bisa untuk 3 bagian.

3. Olesi dengan saus tomat. Taruh bonito dan daun basil di atasnya, dan paling atas adalah keju.
4. Panggang dengan suhu 180 derajat celcius selama 30 menit.

Pizza versi dulu menggunakan tomat, daun basil dan keju yang menjadi kekhasan masakan Italia. Tomat (merah), daun basil (hijau) dan keju (putih), dianggap mewakili warna bendera Italia, sehingga pizza menjadi sajian kenegaraan bahkan diceritakan pernah dikirimkan ke beberapa negara tetangga. Versi original nya simple yah, tapi rasanya tetep OK kok, apalagi kalau sedang lapar :D Bikin dua versi pun gak papa lah, cuman karena gak ada daun basil segar, diganti ama hourenzo (bayam jepang) sahaja, gak perlu pake bonito, pakai irisan tomat saja.

Laipulaaa, kali ini, bonito ku tinggal satu kaleng sehingga adonan kulit masih sisa, akhirnya aku bungkuskan ke pisang saja. Jadinya : pizza pisang roti pisang. Lumayan buat persediaan lah.





Satu lagi adalah gratin. Resepnya versi sendiri sih...

Bahan2nya :

1. Makaroni, satu genggam (rebus dulu hingga matang.)
2. sosis ayam 2 potong, iris kecil2.
3. bawang bombay 1 biji (ukuran sedang), cincang kasar
4. mayones, garam, merica
5. susu, setengah gelas.
6. keju

Cara membuat :

Campur campur semua bahan hingga rata. Siapkan pinggan tahan panas, olesi dengan minyak. Tuang bahan ke dalam pinggan, taburi (lagi) dengan keju. Panggang 180 derajat selama 20 menit.


Semoga saja segera di karuniai kesembuhan. Minggu depan sudah final ikzem. Ya Allah, ringankanlah langkah kaki ini. Semoga juga bukan influenza, soalnya influenza di sini beda dengan flu biasa di Indonesia, sampai-sampai di beberapa wilayah ada layanan (tapi bayar) untuk vaksinasi. Ada peraturan resmi : Siswa yang terjangkit influenza baru boleh masuk sekolah lagi, 2 hari setelah demam turun. ermm...


ReAD MoRE・・・

Sunday, 20 January 2008

artikel 2 hari

Hari Jumat minggu lalu menjadi batas akhir penyerahan artikel tentang kesan pesan selama belajar di college. Dosen wali baru memberitahukan tugas ini pada Selasa sore. Mendadak. Tapi aku tak sudi mengeluh saat ada tantangan. Semakin orang mengatakan sulit, justru aku semakin maju. Tak jarang ujung-ujungnya gagal sih. Namun menghindari tantangan aku maknai malas berjuang dan menolak memberikan bantuan adalah pantangan.

Waktu yang tersedia dua hari, masih ada tanggungan eksperimen di lab untuk TA, poster tentang keselamatan di lab, dan beberapa laporan untuk kampus maupun perkumpulan orang Indonesia. Aku tidak suka lembur sampai mendekati detik pergantian hari. Karenanya aku lebih memilih mengerjakan tugas di waktu efektif agar hemat pikiran, energi dan emosi.

Saat efektif untuk menyelesaikan tugas seperti ini adalah di ruang sensei hari Kamis malam. Ada salah seorang senior Jepangku yang rutin mengerjakan tugas terjemahan saat itu. Kesempatan supaya tulisanku bisa mendapat koreksi secara langsung dan cepat. Malam itu seperti biasa dia sudah stand by di meja tugas.

"Bang, aku dapat tugas nulis artikel buat besok nih, bantuin yak!"
"Kalau Bahasa Jepang sih serahkan saja. Udah ada naskahnya?"
"Hehe, sekarang baru mo mulai."
"Owhh, oke lah malam ini kerjasama dah, bantuin tugas terjemahanku, lalu aku bantu tugas artikel mu."
"Sip!"

Akhirnya aku mulai juga, setelah menciptakan tekanan buat diri sendiri. Sudah minta bantuan orang, tugas yang ada harus selesai malam ini. Tapi menulis 1300 kata ternyata memakan waktu.

"Sampai jam berapa ngerjainnya, Bang?"
"Ehmm... jam 8 kali yah. btw, udah dapet berapa kata?"

Walah, 20 menit lagi dong.

"Baru 600 neeh. Gak tau mo nulis apa lagi. Ah iyah! Tulis aja uacapan terima kasihnya ke orang satu per satu. Ntar khan jadi banyak."
"Hahahaha, licik kamu."
"Gak ada pilihan lain, deadline-nya besok."
"Oke lah, aku mo keluar bentar."

Kalau dia balik harus selesai nih!

"Gimana, selesai?"
"Selesai dong, tolong periksa yak."
"ehmm, ini salah, yang ini ekspresinya gak wajar..."
"..."
"Heyy... kalimat yang ini aku suka. Hebat cara memuji yang handal. Aku juga catet ahhh"
"Mosok sih?"
"Ok, sip sip. Sekarang jadi lumayan lah. Sisanya.. judul. Judulnya jangan yang biasa gini dunk, biar ada impact-nya gitu. Masak 'Kenangan Selama di Sini' Judulnya Jadul bangett."
"Apa dunk, kasih ide dunk.."
"Misalnya kayak judul bukanya Kirin Tamura itu loh, homeless chuugakusei (Anak SMP yang homeless?), mengundang rasa ingin tahu."
"Homeless ryuugakusei (mahasiswa asing yang homeless)."
"Yay yay... tinggal di asrama juga. Hmm, itu aja deh, pake peribahasa."
"Gak tau banyak peribahasa Jepang. Apalagi yang cocok buat tema ginian."
"Iya ya, apa ya yang cocok. Oh ada satu biji. 'Waktu Bagaikan Terbang'.
"Oke deh... pakai ini saja! Makasih makasih!"

Lalu jadilah artikelnya seperti ini (bagian isinya aku potong, takut menggangu privasi orang2 yang disebutkan di situ -halah-).

光陰矢のごとし

                                    
私はこの学校に3年間という長期にわたって勉強させていただきましたが、過ごしてしまえばまさに一瞬の出来事であったように覚えます。その間、茨城高専にいる皆さんはもちろん、ホストファミリーの方々にも大変お世話になりました。いいえ、多大な迷惑をおかけしたといった方が正確な表現かもしれません。しかし、今こうして卒業するにあたって、この学校で勉強させていただいたことは私の人生にとって、今までで最も有意義な経験であったと思います。
-cut-

ここで一人ずつの名前を書くことが出来ないのですが、皆さんのおかげでこの三年間は私にとって貴重なものでした。茨城高専の皆さんが居てくれたおかげで、どれだけ安心したか分かりません。三月に名古屋へ持って行けるのは荷物と体だけでなく、精神的に支えてくれた皆さんの姿と沢山の良い思い出があります。最後になりましたが、皆さんのご健康と多幸をお祈り申しあげまして、御礼の言葉とさせていただきます。ありがとうございました。

***
Waktu Bagaikan Terbang


Waktu tiga tahun saya belajar di sekolah ini, terasa seperti sekilas kejadian yang lewat begitu cepat. Dalam rentang itu banyak orang yang telah membantu dan memberikan bantuan kepada saya. Ah, bukan. Lebih tepat dikatakan kalau saya telah merepotkan banyak orang. Meskipun demikian, saya merasa bahwa kesempatan saya belajar di sini merupakan pengalaman yang paling berharga selama ini.
-cut-


Di sini, saya tak mungkin menuliskan nama satu demi satu, namun tolong diingat bahwa berkat anda semualah tiga tahun ini terasa begitu bernilai. Saya tak tahu bagaimana mengungkapkan arti kehadiran anda semua selama ini. Berkat anda semua, yang bisa saya bawa ke Nagoya saat pindah bulan 3 nanti bukan hanya badan dan barang bawaan. Ada juga sosok-sosok kalian yang selalu menyokong secara mental ditambah berbagai pengalaman indah. Terima kasih banyak.


***


Alhamdulillah satu tugas terselesaikan tepat waktu, biarpun mungkin masih jauh dari bagus. Oh, ada beberapa lagi yang masih menunggu.



ReAD MoRE・・・

Friday, 18 January 2008

Sahabat Ortu

Ternyata aku salah duga. Selama ini aku pikir melayani orang tua adalah berbakti, menuruti kehendak, patuh tidak membangkang, memasang wajah berseri, menghindari nada tinggi, laksana memperlakukan raja dan ratu. Tidak hanya begitu. Ya ya ya bukan hanya begitu caranya.

Orang tua diwasiatkan bukan untuk dibalas kembali jasanya dengan nominal. Memangnya siapa yang sanggup menggantinya? Katanya kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang jalan. Tapi rasanya ada satu kata yang mungkin bisa mendekati jasa mereka : cinta. Ada cinta yang hadir di wajah setiap kali bertatap muka, ada cinta di tangan yang ringan memapah tubuh mereka, ada cinta di hati untuk selalu menggetarkan dawai doa kepada mereka, ada cinta di mulut yang lembut menyuarakan salam atas mereka.

Aku baru saja diingatkan bahwa cara memperlakukan orang tua adalah dengan menjadi sahabat. Sahabat yang selalu menyediakan telinganya untuk mendengar dan lisannya untuk berbagi. . Saatnya untuk mencoba memahami ketika usia senja memunculkan kembali sifat kekanakan. Saatnya belajar sabar ketika mereka tak lagi kukuh berdiri di atas kaki sendiri. Saatnya terjun menyelami batin mereka untuk mengerti. Saatnya menopang ketika punggung mereka tak lagi tegak di atas bumi.


Kalau di film Superman Returns, bapaknya bilang: "Son will become father, and father will become son.." yup, lebih dari 20 tahun ayah memainkan peran sebagai orang tua, sepertinya perlahan posisi mulai berbalik. Sewaktu kecil aku sudah dirawat dan jaga, seiring dengan bertambahnya usia giliranku lah untuk merawat dan menjaga.Ayah, Bunda, semoga aku bisa menjadi sahabat yang baik.








(Penulis: Asy-Syaikh Muhammad Jamil Zainu: 32 cara berbakti kepada Ortu)

1. Berbicaralah kamu kepada kedua orang tuamu dengan adab dan janganlah mengucapkan “Ah” kepada mereka, jangan hardik mereka, berucaplah kepada mereka dengan ucapan yang mulia.

2. Selalu taati mereka berdua di dalam perkara selain maksiat, dan tidak ada ketaatan kepada makhluk di dalam bermaksiat kepada sang Khalik.

3. Lemah lembutlah kepada kedua orangtuamu, janganlah bermuka masam serta memandang mereka dengan pandangan yang sinis.

4. Jagalah nama baik, kemuliaan, serta harta mereka. Janganlah engkau mengambil sesuatu tanpa seizin mereka.

5. Kerjakanlah perkara-perkara yang dapat meringankan beban mereka meskipun tanpa diperintah. Seperti melayani mereka, belanja ke warung, dan pekerjaan rumah lainnya, serta bersungguh-sungguhlah dalam menuntut ilmu.

6. Bermusyawarahlah dengan mereka berdua dalam seluruh kegiatanmu. Dan berikanlah alasan jika engkau terpaksa menyelisihi pendapat mereka.

7. Penuhi panggilan mereka dengan segera dan disertai wajah yang berseri dan menjawab, “Ya ibu, ya ayah”.

8. Muliakan teman serta kerabat mereka ketika kedua orang tuamu masih hidup, begitu pula setelah mereka telah wafat.

9. Janganlah engkau bantah dan engkau salahkan mereka berdua. Santun dan beradablah ketika menjelaskan yang benar kepada mereka.

10. Janganlah berbuat kasar kepada mereka berdua, jangan pula engkau angkat suaramu kepada mereka. Diamlah ketika mereka sedang berbicara, beradablah ketika bersama mereka. Janganlah engkau berteriak kepada salah seorang saudaramu sebagai bentuk penghormatan kepada mereka berdua.

11. Bersegeralah menemui keduanya jika mereka mengunjungimu, dan ciumlah kepala mereka.

12. Bantulah ibumu di rumah. Dan jangan pula engkau menunda membantu pekerjaan ibumu.

13. Janganlah engkau pergi jika mereka berdua tidak mengizinkan meskipun itu untuk perkara yang penting. Apabila kondisinya darurat maka berikanlah alasan ini kepada mereka dan janganlah putus komunikasi dengan mereka.

14. Janganlah masuk menemui mereka tanpa izin terlebih dahulu, apalagi di waktu tidur dan istirahat mereka.

15. Jika engkau kecanduan merokok, maka janganlah merokok di hadapan mereka.

16. Jangan makan dulu sebelum mereka makan, muliakanlah mereka dalam (menyajikan) makanan dan minuman.

17. Janganlah engkau berdusta kepada mereka dan jangan mencela mereka jika mereka mengerjakan perbuatan yang tidak engkau sukai.

18. Jangan engkau utamakan istri dan anakmu di atas mereka. Mintalah keridhaan mereka berdua sebelum melakukan sesuatu karena ridha Allah tergantung ridha orang tua. Begitu juga kemurkaan Allah tergantung kemurkaan mereka berdua.

19. Jangan engkau duduk di tempat yang lebih tinggi dari mereka. Jangan engkau julurkan kakimu di hadapan mereka karena sombong.

20. Jangan engkau menyombongkan kedudukanmu di hadapan bapakmu meskipun engkau seorang pejabat besar. Hati-hati, jangan sampai engkau mengingkari kebaikan-kebaikan mereka berdua atau menyakiti mereka walaupun dengan hanya satu kalimat.

21. Jangan pelit dalam memberikan nafkah kepada kedua orang tua sampai mereka mengeluh. Ini merupakan aib bagimu. Engkau juga akan melihat ini terjadi pada anakmu. Sebagaimana engkau memperlakukan orang tuamu, begitu pula engkau akan diperlakukan sebagai orang tua.

22. Banyaklah berkunjung kepada kedua orang tua, dan persembahkan hadiah bagi mereka. Berterimakasihlah atas perawatan mereka serta atas kesulitan yang mereka hadapi. Hendaknya engkau mengambil pelajaran dari kesulitanmu serta deritamu ketika mendidik anak-anakmu.

23. Orang yang paling berhak untuk dimuliakan adalah ibumu, kemudian bapakmu. Dan ketahuilah bahwa surga itu di telapak kaki ibu-ibu kalian.

24. Berhati-hati dari durhaka kepada kedua orang tua serta dari kemurkaan mereka. Engkau akan celaka dunia akhirat. Anak-anakmu nanti akan memperlakukanmu sama seperti engkau memperlakukan kedua orangtuamu.

25. Jika engkau meminta sesuatu kepada kedua orang tuamu, mintalah dengan lembut dan berterima kasihlah jika mereka memberikannya. Dan maafkanlah mereka jika mereka tidak memberimu. Janganlah banyak meminta kepada mereka karena hal itu akan memberatkan mereka berdua.

26. Jika engkau mampu mencukupi rezeki mereka maka cukupilah, dan bahagiakanlah kedua orangtuamu.

27. Sesungguhnya orang tuamu punya hak atas dirimu. Begitu pula pasanganmu (suami/istri) memiliki hak atas dirimu. Maka penuhilah haknya masing-masing. Berusahalah untuk menyatukan hak tersebut apabila saling berbenturan. Berikanlah hadiah bagi tiap-tiap pihak secara diam-diam.

28. Jika kedua orang tuamu bermusuhan dengan istrimu maka jadilah engkau sebagai penengah. Dan pahamkan kepada istrimu bahwa engkau berada di pihaknya jika dia benar, namun engkau terpaksa melakukannya karena menginginkan ridha kedua orang tuamu.

29. Jika engkau berselisih dengan kedua orang tuamu di dalam masalah pernikahan atau perceraian, maka hendaknya kalian berhukum kepada syari’at karena syari’atlah sebaik-baiknya pertolongan bagi kalian.

30. Doa kedua orang itu mustajab baik dalam kebaikan maupun doa kejelekan. Maka berhati-hatilah dari doa kejelekan mereka atas dirimu.

31. Beradablah yang baik kepada orang-orang. Siapa yang mencela orang lain maka orang tersebut akan kembali mencelanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela kedua orang tuanya dengan cara dia mencela bapaknya orang lain, maka orang tersebut balas mencela bapaknya. Dia mencela ibu seseorang, maka orang tersebut balas mencela ibunya.” (Muttafaqun ‘alaihi).

32. Kunjungilah mereka disaat mereka hidup dan ziarahilah ketika mereka telah wafat. Banyaklah berdoa bagi mereka berdua dengan mengucapkan,“Wahai Rabb-ku ampunilah aku dan kedua orang tuaku. Waha Rabb-ku, rahmatilah mereka berdua sebagaimana mereka telah merawatku ketika kecil

***


ReAD MoRE・・・

Pilih Raketmu!

Semenjak tahun lalu, aku mendapat kesempatan untuk menyalurkan kelebihan energi dengan bermain badminton. Awalnya hanya ikut ajakan salah seorang senior yang kegemukan ingin menjaga stamina tubuh. Eh, malah keterusan sampai sekarang. Aku pikir tak ada salahnya sedikit serius dalam salah satu cabang olahraga. Lalu aku putuskan saja mengambil badminton sebagai pilihan.


Sebagai persiapannya tentu saja harus punya raket dulu. Ternyata sekedar raket pun tak boleh asal beli. Rugi. Makanya aku pun search sana sini mencari referensi. Untuk pemula raket yang disarankan adalah yang tidak terlalu mahal, harganya di bawah 10000 yen (sekitar 800 ribu rupiah). Kalau masuk tingkat madya, pilih yang 15000 yen-an harganya. Di atas itu adalah raket untuk kelas mahir. Hmm, aku hitung-hitung masih mahal yah, tapi kalau mau serius memang perlu modal.

Akhirnya yang jadi raket permulaanku adalah Yonex Isometric 250. Raketnya ringan dan shuttle bisa diterbangkan jauh ke belakang.
Oh iyah, yang biasanya menandai raket ini untuk pemula atau bukan adalah tegangan senar yang bisa ditanggung oleh raket. Raketku tadi, paling tinggi tahan sampai 18 lbs. Makanya dia termasuk golongan raket pemula-madya.huhuhu
Teganganya seperti ini deh...


16 lbs : lemah
18 lbs : biasa
20 lbs : kuat
22 lbs : kuat bangetT


BIarpun gitu pemain tingkat dunia biasa memakai tegangan sampai 35 lbs-> raket sekali pakai. Huhuhu, makanya raketnya banyak. Semakin tinggi tegangan, semakin tinggi pula kemampuan kontrol dan teknik yang diperlukan.


Untuk memilih raket, tentu saja perlu menyesuaikan beratnya dengan kekuatan lengan kita. Biasanya tertulis seperti ini.
2U : 80~84.9g
3U : 85~89.9g
4U : 90~94.9g


Kalau aku sih pilih yang ringan saja. Yang U nya paling kecil.
Lalu ada pula ukuran grip (pegangan), kalau ini terserah, pilih yang besar atau suka yang kecil. Yang tertera di raket adalah keliling grip. Karena tanganku mungil aku pilih yang kecil juga. Hihi, bedanya cuman berapa mili jugaaa....


G6 : 78 mm
G5 : 81 mm
G4 : 82.5 mm


Selanjutnya adalah memilih senar. Ada beberapa jenis yang biasanya direkomendasikan oleh maker. Itu mah terserah sahaja...
Kalau sudah memasuki tingkat madya-mahir, biasanya bakalan ketahuan tipe permainan. Menyerang atau bertahan. Ini juga berpengaruh terhadap jenis raket yang dipilih.


Penyerang biasanya memakai seri nanospeed atau musle power(yonex) untuk mempertajam smash. Seri ini pun banyak jenisnya. Aku memilih nanospeed juga sih, bukan untuk menyerang, tapi tipe bertahan, supaya bisa mengembalikan setiap smash yang menghujam.Huahahaha. Nanospeed juga ada 2 tipe sih, tipe S (bertahan) dan tipe X menyerang. Setahuku yang lebih banyak dipakai adalah tipe S. Tipe X ini cocoknya untuk atlet macam Lin Dan yang powernya besar.
Hmm, klo udah lebih jago, pilih yang mana yah...


Selain raket perlu juga memilih sepatu. Badminton olahraga keras loh, biarpun kelihatannya gak seberapa dibanding bola atau basket, tapi kalau bener-bener main mengahbiskan tenaga juga loh. Sepatu yang diperlukan adalah yang cukup kuat dan lentur untuk gerakan berubah arah secara mendadak, karena bermain badminton harus siap mengejar bola ke segala posisi. Bila bingung melihat sepatu yang ada, ikuti kata merk sahaja. =haduhh, jadi makan merk dah= Kebanyakan temanku yang ikut klub sepatunya Yonex sih. Asal jangan pakai sepatu lari/jogging buat badminton yah, biasanya solnya keras sehingga resiko keseleo lebih tinggi.


Satu lagi jangan lupa melakukan pemanasan sebelum bermain untuk menghindari kram dan pegal-pegal yang tidak diinginkan.


ReAD MoRE・・・

Thursday, 17 January 2008

Salju, salju!



Minggu ini, musim dingin tengah menuju puncaknya di Jepang. [大寒(daikan):Dingin besar, periode paling dingin selama satu tahun].Jaket lama yang hampir 2 tahun tak pernah aku pakai karena musim dingin yang tak terlalu menggigit akhirnya resmi menjadi pakaian dinas selama beberapa hari ini. Dan, Salju! Dini hari ini turun salju yang pertama kalinya di Ibaraki -untuk musim dingin kali ini-. Meskipun Jepang adalah negeri 4 musim, wilayah yang aku tinggali sekarang nyaris tak pernah disapa salju. Perubahan musim hanya terasa dengan naik turunnya suhu udara dan bergantinya warna tetumbuhan. Ah, waktu sholat juga. Musim ini waktu siang amat pendek, sholat subuh jam setengah tujuh pun masih terkejar.

Salah seorang TA yang menjadi rekan main badmintonku membuat boneka salju di depan gerbang fakultas. Sayangnya salju di sini tak ada yang bertahan lama. Setelah seharian terkena mentari, maka hamparan putih di halaman akan tergantikan rerumputan. Biarpun begitu, tetap saja dingiiiinnN!


ReAD MoRE・・・

Wednesday, 16 January 2008

3 Jam Saja

Kadang aku berpikir tak ada salahnya tinggal di kota besar. Kalau komputer rusak, ada tempat servis, Kalau pengen ini itu, banyak yang menyediakan. Ingin barang dari luar daerah pun bukan hal sulit untuk mendapatkan. Teknologi dan fasilitas untuk umum pun sampai lebih cepat ke masyarakat. Sebenarnya alasan terakhir ini lah yang menjadi pertimbangan terbesarku.

Dua pekan yang lalu, salah seorang tanteku meninggal setelah terpeleset di kamar mandi. Stroke. Almarhumah baru diketemukan satu hari kemudian dan langsung dibawa ke Surabaya untuk mendapat perawatan hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di atas kasur rumah sakit.


Penyakit yang berhubungan sistem sirkulasi pada tubuh manusia kerap menjangkit di Indonesia. OK ok... bukan Indonesia, setidaknya keluargaku deh. Entah pola makan tinggi lemak atau konsumsi gula berlebih yang pada ujungnya menjadi ancaman bagi nyawa. Belum lagi ditambah rokok yang terlanjur mendarah daging pada sebagian masyarakat.

Kakekku juga meninggal karena stroke. Begitu katanya. Almarhum meninggal 5 tahun sebelum aku lahir, jadi sebenarnya aku juga belum pernah ketemu. Cerita dari kerabat yang aku dengar, setelah mendapat serangan, beliau menjadi lumpuh dan kehilangan kemampuan berbicara secara normal.


Pada kebanyakan kasus, orang yang terkena stroke akan mengalami gangguan syaraf anggota gerak dan kemampuan berbicara. Meskipun tahu apa yang ditanyakan, meskipun tahu apa yang menjadi jawaban, tapi proses mengalirnya informasi dari otak menuju mulut berlangsung lambat. Aku sendiri pernah merasa tersiksa karena tak bisa menyampaikan pendapat, apa yang aku inginkan, karena kemampuan bahasa Jepangku yang dibawah standar beberapa tahun lalu. Tak bisa menjawab dalam bahasa Jepang, padahal aku tahu jawaban dan maksud pertanyaan. Mungkin perasaan orang yang terkena stroke hampir sama kah, sebal, geram, kecewa, karena tak mampu mengutarakan apa yang ada di dalam pikiran.


Apakah tidak ada cara untuk meyembuhkan orang yang terkena stroke hingga normal? Jawabannya ada. Ada enzyme yang mampu mengaktivkan jaringan sehingga menghacurkan pengganjal aliran darah di otak penyebab stroke. t-PA , tissue plasminogen activator. Kasus yang dicurigai sebagai stroke lalu mendapatkan perawatan menggunakan obat ini, 100% pasiennya dapat mengambil alih kembali kontrol anggota gerak dan mampu berbicara dengan normal. Waktu terapi yang dibutuhkan pun hanya 2 minggu, lalu senyum bulan sabit di wajah keluarga dan pasien pun terlihat.


Masalahnya, t-PA hanya bisa diberikan paling lambat 3 jam setelah serangan. Kenapa? Dalam 3 jam, jaringan pembuluh darah yang tidak mendapatkan nutrisi -karena aliran darah tersumbat- akan mengalami kerusakan. Bila t-PA diberikan setelah 3 jam, ada kemungkinan terjadinya pendarahan dalam otak. Darah yang kembali lancar akan merembes langsung ke sel otak karena pembuluh darah yang seharusnya menjadi wadah terlanjur rusak kekurangan nutrisi. Makanya penting untuk tahu kapan terjadi serangan, atau gejala-gejala sebelum serangan.


Hmm, tapi waktu 3 jam cepat sekali. Aku tak yakin apakah setiap rumah sakit di kota kecilku mempunyai obat ini. Di Jepang pun tak semua rumah sakit memilikinya. Tiga jam saja, mungkin suatu saat akan terasa bobot pentingnya.


ReAD MoRE・・・

Tuesday, 15 January 2008

Makanan yang Hilang

Jepang yang terkenal ketat masalah impor barang aku pikir sedikit keterlaluan. Kardus yang sedikit lecet atau cacat sedikit pada barang di kargo yang sampai akan disortir dan dibuang meski cacat yang ada tidak mempengaruhi kualitas barang. Makanan siap santap yang dijual di minimarket pun harus diberesken lebih cepat dari tanggal kadaluarsanya, sayur dan buah yang tak sempurna pun harus tersisih menjadi sampah tanpa sempat bertengger di rak pasar. Meskipun Jepang mengimpor 60% kebutuhan pangannya, 40% sampah basah berasal dari makanan rumah tangga yang tak habis dikonsumsi,belum lagi makanan siap santap yang dibuang sebelum kadaluarsa maupun bahan pangan yang bahkan belum tersentuh tangan. Kelaparan di Jepang bukanlah masalah kekurangan, melainkan distribusi.

Menyadari kenyataan ini, berdirilah bank makanan di Jepang yang berperan dalam menyalurkan bahan pangan layak konsumsi yang dianggap tak pantas sampai ke konsumen. Keberadaannya menguntungkan pihak 'pembuang' yang tak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk pembersihan sekaligus membantu kaum miskin dan terlantar yang kesusahan memperoleh makanan. Tuna wisma mendapat jatah makanan ini tiap pekan, panti asuhan untuk anak terlantar pun tak perlu khawatir dengan masalah gizi. Makanan yang ada tak perlu mubazir terbuang sebelum waktunya.

Masalahnya, keberadaan bank makanan di Jepang belum mampu mendistribusikan seluruh 'sampah' yang ada ke tangan yang membutuhkan. Solusinya ada 2, menambah kekuatan personil bank makanan, atau mengurangi produksi 'sampah'. Setidaknya, masyarakat mulai diajak untuk tidak berbelanja berlebihan, membuat makanan secara berlebihan, atau sebisa mungkin tidak menyisakan makanan.

Padahal tahun lalu banyak terungkap kasus pemalsuan bahan makanan, penggunaan susu basi untuk jajanan, pencampuran daging sapi dengan babi dan ayam, hingga pemanjangan tanggal kadaluarsa. Seharusnya mereka tak hanya ketat terhadap barang impor, tapi juga hasil produksi dalam negeri sendiri. hmmph... .
Rasanya masalah pangan kita sedikit beda dengan Jepang, selain masalah distribusi, Indonesia juga tersendung masalah ketersediaan. Bank Makanan sepertinya masih terlalu dini untuk muncul.btw...

*Setiap hari 35000 anak di dunia meninggal karena kelaparan.
*Anak-anak di Nicaragua harus mengais sampah untuk hidup, makanan adalah barang langka.
*Dibalik tembok restoran salah satu negara afrika, orang-orang kelaparan menunggu sisa makanan tamu.


Haiyahh.. koq jauh-jauh amat. Di Indonesia sekarang aja lagi krisis tahu tempe. Negara luas gini kok yah ikut kocar-kacir saat Brazil n Amerika dilanda kekeringan. Padahal tahu tempe udah jadi makanan sehari-hari rakyat kecil. Beginilah kalau kedelai sebagai bahan baku lauk rakyat masih 70% impor. Lalu saat petani di negara pengekspornya mengalihkan tanaman komoditas dari kedelai menjadi jagung sebagai bahan baku bioethanol -haiah, isu lingkungan lagi kahhh-, produksi dalam negeri gak mampu mencukupi kebutuhan masyarakat. Adalagi kemungkinan sanak saudara di Indonesia masih harus bersabar setidaknya 2 tahun ke depan, karena sampai 2010 harga kedelai masih dipatok di tingkat harga yang sekarang.

Pantas saja waktu nelpon rumah terakhir kali, ibu cerita kalau tempe seharga 1000 rupiah besarnya menyusut. Mungkin pedagang mikir daripada menaikkan harga, mendingan menyesuaikan ukuran sahaja. Lagian masih banyak juga yang masih kesusahan memperbaiki rumah akibat banjir kemaren. Huhuhu... Jangan sampai tahu-tempe menjadi makanan yang hilang dunk...
Kembalikan tahu tempe-kuuuu!!!



link :
(salah satu foodbank di Jepang)


ReAD MoRE・・・

Visa ke Jepang

Sejak tahun lalu diterapkan kebijakan pengambilan sidik jari dan foto bagi WNA saat masuk ke Jepang, setelah itu..... muncul kebijakan ini. Denger-denger pula, pemerintah Jepang mau mendatangkan tenaga medis (perawat) asing (baca : Indonesia) yang akan dilatih dan dipekerjakan di Jepang mulai tahun depan. Hmm...
===========================================================

Kebijakan Penerbitan Visa Jepangdalam rangka Memberantas Perdagangan Manusia (Trafficking)


Untuk meningkatkan kesempatan para warganegara asing untuk berkunjung ke Jepang, Kementerian Luar Negeri Jepang telah berupaya menyederhanakan prosedur pemeriksaan terhadap setiap permohonan visa Jepang. Sementara itu, juga ditingkatkan upaya untuk mencegah kegiatan illegal di Jepang.


Sebagai bagian dari pengawasan keimigrasian tersebut, bila diperlukan, setiap permohonan visa akan dilakukan pemeriksaan secara ketat. Khususnya, akhir-akhir ini, yang menjadi keprihatinan pemerintah Jepang adalah teridentifikasinya cukup banyak korban perdagangan manusia (trafficking) di kalangan wanita asing yang dibawa ke Jepang melalui organisasi-organisa si kejahatan, terutama dari Asia, Eropa Timur, Rusia, dan Amerika Latin.

Dari sisi kemanusiaan serta dan guna melindungi hak asasi para wanita asing dan anak-anak, pemerintah Jepang telah berupaya memerangi perdagangan manusia(Rencana Aksi Jepang berupa Tindakan-tindakan untuk Memerangi Trafficking :http://www.mofa.go.jp/policy/i_crime/people/index_a.html).


Kedutaan Besar Jepang dan Konsulat Jepang di seluruh dunia telah berupaya untuk memeriksa setiap permohonan visa secara hati-hati, dan upaya ini akan terus dilanjutkan guna mencegah terjadinya trafficking . Berkaitan dengan hal tersebut, seluruh Konsulat Jepang di Indonesia mulai menerapkan pemeriksaan permohonan visa secara ketat, termasuk permohonan visa kunjungan sementara.
Dalam hal ini, ada kemungkinan terjadi kasus di mana proses pemeriksaan permohonan visa diperlukan waktu yang lebih lama daripada waktu biasa, yaitu rata-rata 4 hari kerja; atau bisa saja pemohon diminta untuk menyampaikan dokumen tambahan dan/atau diperlukan wawancara (tanya-jawab) , khususnya bila pemohon adalah wanita muda atau anak-anak yang rentan terhadap trafficiking manusia.


Untuk itu kami mohon pengertian dan kerjasama anda.Berikut ini dicantumkan beberapa petunjuk yang mungkin anda perlukan sebelum anda mengajukan permohonan visa ke Jepang :


● Sudahkah anda membaca dan tahu tentang undang-undang keimigrasian dan peraturan-peraturan Jepang ?Bila anda mengajukan permohonan untuk "temporary visitor visa" (visa kunjungan sementara), maka anda TIDAK BOLEH bekerja di Jepang.


● Bila anda mengajukan permohonan untuk "working visa" (visa untuk bekerja), maka anda harus lulusan pendidikan tinggi atau punya pengalaman kerja tertentu sebagai seorang profesional di suatu bidang. TIDAK diizinkan bekerja sebagai waitress (pelayan), hostess, maid (pembantu) dan PSK (pekerja seks komersial). Jangan menjadi korban yang terperangkap oleh bujukan seseorang untuk mendapatkan pekerjaan demikian, hal itu dapat akibatkan terjadinya trafficking manusia.


● Apakah semua dokumen yang anda miliki seperti paspor, kontrak, sertifikat, dan formulir aplikasi visa sudah diperiksa dengan seksama oleh anda sendiri? Apakah keterangan pada masing- masing dokumen itu benar dan tepat ? Apakah memang anda sendiri yang menandatangani dokumen-dokumen itu ?


● Apakah anda tahu benar apa yang akan anda lakukan/kerjakan di Jepang ? Bila anda akan bekerja di Jepang, apakah anda tahu tentang persyaratan kerja dan aturan upahnya ? Apakah anda sudah punya nomor telpon darurat di Jepang, seperti kedutaan besar, konsulat atau kantor perwakilan negara asal anda ?


● Apakah anda telah membayar uang dalam jumlah besar untuk mendapatkan visa ke Jepang ? Atau anda telah meminjam uang dalam jumlah besar yang akan anda kembalikan dengan penghasilan yang nanti anda akan peroleh di Jepang ?


Perlu anda ketahui bahwa ada sejumlah agen dan broker (calo) yang mencoba mengeksploitasi (memeras) anda dengan mengirim anda ke Jepang.Kalau ada hal yang ingin anda tanyakan atau timbul keraguan dalam prosedur permohonan visa ke Jepang ini, silakan anda hubungi petugas visa di Kedutaan Besar Jepang atau Konsulat Jepang.


Sumber: HP Kedutaan Besar Jepang di Indonesia


ReAD MoRE・・・

Monday, 14 January 2008

Pesona Hitam Putih

Yay yay ya... sebenarnya cukup terlambat untuk membuat review dengan tema ini. Tapi mendingan terlambat asal selamat daripada tidak sama sekali.


Ada salah satu film animasi hitam putih yang memenangkan beberapa penghargaan tahun lalu. Persepolis(Perancis). Film ini menceritakan seputar Revolusi islam di Iran dalam pandangan seorang anak kecil hingga dewasanya. Meski menuai protes dari pemerintah Iran sekarang, tak ada salahnya sekedar melihat sebagai brain-storming. Lagipula sampai hari ini juga sudah muncul film anak negeri yang mengangkat tema seputar masa revolusi -yang sampai sekarang kebenarannya masih abu-abu-. [Haduh... sampai khawatir kalau pelajaran sejarah Indonesia yang ada selama ini tak lebih dari karya cipta para penguasa.]








Satu lagi video klip yang cukup aku suka. Idenya mirip dengan wayang, memanfaatkan bayang-bayang. Tsubomi (kuncup), dari kobukuro, salah satu grup vokal Jepun yang belakangan digemari seorang kawanku yang bersuara merdu. silakan nikmati di... (klik gambarnya yak ^_^ )


Barang hitam putih yang bulat adalah... Yup! Bola sepak! Konon untuk menaikkan pamor persepakbolaan agar lebih terlihat di TV jaman dulu, warna bolanya pun dibuat paling kontras. Aku tak menyangka kalau orang-orang tak hanya memperhatikan kemana bola berlari, tapi juga baju apa yang dipakai bola itu sendiri. Bola hitam putih dalam TV hitam putih. Ah, bukankah bola dengan warna apapun tetap saja mampu menyihir jutaan orang di dunia saat disepak, dioper dan digiring di lapangan hijau? Bola lain tak perlu iri, karena riwayat bola kaki ini dirunut paling tua dalam sejarah perbolaan.



Entah kenapa permainan ini dimasukkan juga dalam kategori olahraga. Catur. Papan petak hitam putih dengan pion hitam putih juga. Catur sudah dimainkan beratus tahun silam di Persia, China dan India. Permainan yang mengadu strategi memacu otak agar berputar lebih gesit. Jepang juga punya catur sendiri, shogi, dengan petak 9x9, lebih besar dari papan catur internasional. Sayangnya dia tercoret dari kategore kali ini karena tidak memakai pion hitam putih, tapi batangan kayu coklat dengan simbol tertentu. Tapi iGO masuk kategori ini. iGo bahkan menjadi tema penting dalam manga dan anime hikaru no go. Meski tercatat iGo berasal dari Cina, permainan ini juga populer di Jepang dan Korea.
Waktu aku kecil dulu, aku sering diajak main iGo oleh kakak sepupuku. Sayangnya, aku selalu jadi bulan-bulanan -karena paling kecil- dan kenangan yang kurang menyenangkan inilah yang membuatku tidak mahir bermain iGo sampai sekarang. Huhuhu


Selanjutnya adalah permainan yang berasal dari perfecture (propinsi) tempatku berada sekarang, Ibaraki. Permainan ini sudah mendunia hingga ada pertandingan internasional yang diselenggarakan di Mito bulan oktober dua tahun yang lalu. Othello. Aturannya tidak serumit Go, bisa dimainkan langsung oleh orang baru pertama kali sekalipun!Karena berasal dari tempat aku tinggal sekarang, aku bahas sedikit detail deh. -Huahh, ada yang langsung ngantuk, skip, skip, skippp saja!-

Sejarah Othello berawal tahun 1945, setelah bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki. September 1945, Hasegawa Goro yang tengah duduk di kelas satu SMP menerima pelajaran sembari duduk di tanah di bawah langit biru. Mito juga menjadi sasaran pengeboman hingga kastil dan bangunan bersejarah lain ikut habis dalam kobaran api. Dalam suasana seperti itulah permainan ini dilahirkan. Aturan awalnya, bila batu milik lawan diapit oleh batu milik kita, maka batu lawan menjadi milik kita. Permainan ini cukup merepotkan karena harus memakai batu dengan 2 warna, hingga akhirnya dipakai kertas yang diwarnai hitam pada salah sisi dan putih pada sisi yang lain.


Tahun 1964, Hasegawa mengajarkan othello kepada istrinya yang akhirnya berkembang dengan pesat. Aturannya mudah dipahami dan setelah paham segera ingin menguasai. Dikatakan, satu menit untuk mempelajari, tapi perlu seumur hidup untuk menguasai permainan ini. Hasegawa memperoleh ide menjadikan tutup botol susu sebagai pion othello, membawanya ke tempat kerja lalu diberikannya kepada 2 orang rekan dekatnya. Keesokan harinya ada fenomena yang cukup mengejutkan. Hampir semua pekerja wanita bermain othello pada jam istirahat siang !


Pada lain kesempatan, Hasegawa yang bekerja pada perusahaan obat mendapatkan masukan dari apoteker salah satu rumah sakit langganan. Permainan ini dinilai mampu berperan dalam rehabilitasi pasien. Setidaknya dalam pemakaian otak dan menghasikan waktu. Othello pun menjamur di rumah sakit itu dan digemari para medis hingga pasien. Othello terus berkembang hingga ada pertandingan othello bagi tuna netra dan muncullah juara wanita othello se-Jepang.


Sebenarnya darimana asal kata Othello itu sendiri? Tentunya bukan dari bahasa Jepang. Ayah Hasegawa Goro, memberikan nama ini dari salah satu karya Shakespeare dengan judul yang sama. Othello, seorang kulit hitam yang mempunyai istri kulit putih yang cantik bernama Desdemona. Kisah yang romatis kah? Tsah....


Alasan lain yang membuat othello mampu mendunia adalah warana papannya yang sejuk dipandang mata : hijau. Warna hijau menentramkan mata, alat permaiannya mudah dibawa, mudah dimainkan, nyaman dilihat dan dengan mebolak-balikkan pion saja bisa memperoleh kepuasan. Sebenarnya pertama kali aku melihat permainan ini adalah saat SMA, saat anak-anak ramai berkumpul dalam asrama. Yay, nostalgia SMA kah, penuh juga dengan hitam putih kenangan.










ReAD MoRE・・・

Sunday, 13 January 2008

Pengukuhan Kedewasaan



Hari ini menjadi penting bagi orang Jepang yang meraih usia 20 pada setahun yang lalu. Secara hukum, seseorang sebelum usia 20 tidak boleh merokok, dilarang minum sake dan belum punya hak pilih dalam pemerintahan. Usia ini seolah menjadi gerbang kebebasan sacara hukum untuk menikmati sedikit kenikmatan dunia. Upacara pengukuhan ini dilakukan di minggu kedua bulan Januari setiap tahunnya di seluruh Jepang. Mungkin sebagian besar kita heran, seperti apa sih usia 20 itu hingga pengukuhannya sampai jadi hari libur nasional?!
-liburnya adalah hari Senin di minggu kedua Januari-


Salah seorang rekan satu lab-ku sempat berlari kesana kemari untuk mencari pinjaman kimono yang akan dikenakannya hari ini. Sebegitu repotnya kah persiapan upacara pengukuhan ini? Yang aku tahu, pikiran yang terkandung dalam upacara ini bermula pada masa pasca perang dunia kedua saat Jepang menderita kekalahan, kemiskinan marak dimana-mana, dan sumber daya alam yang minim, memaksa mereka untuk memberdayakan satu hal yang tersisa : SDM. Mereka percaya bahwa untuk membangun sebuah negara yang hebat, setiap rakyatnya harus bisa tumbuh secara fisik maupun pikiran. Harapan ini dikristalkan dengan hari libur nasional dengan pesan, setiap orang yang memahami perasaan orang dewasa pasca perang untuk membangun negara adalah langkah pertama dari anak-anak menuju dewasa. Tapi apakah pesan ini masih sampai ke semua generasi muda Jepang sekarang?


Sekelompok anak muda justru membuat kerusuhan hanya beberapa saat mereka dikukuhkan menjadi `dewasa` hari ini. Bisa jadi usia 20 hanya menjadi pembenaran secara hukum mengenai merokok dan mabuk. Berita di TV pun tak akan menampakkan sosok pelaku kejahatan remaja karena masih dianggap belum dewasa dan sukar dijerat dengan hukum pidana. Padahal sudah terjadi beberapa kasus pembunuhan oleh anak di bawah 20 tahun. Errm, jadi inget pesan sponsor lama : menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan.


ReAD MoRE・・・

Saturday, 12 January 2008

Dapur Tanpa Api

Sebenarnya aku ingin melihat-lihat suasana asrama yang insyaAllah akan aku tinggali mulai April selama satu tahun ke depan. Sayang,gedungnya direnovasi hingga pertengahan Maret, dan rasanya tak ada untungnya menyusup masuk ke dalam hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu. Seiring dengan isu lingkungan yang sedang heboh, termasuk plastik bungkus di pasar yang tak lagi boleh diberikan secara gratis mulai bulan depan, nampaknya upaya-upaya menuju teknologi ramah lingkungan tengah digalakkan di Jepang. Dalam selebaran yang aku terima, salah satu fasilitas yang diperbarui adalah pemanas IH. Apaan sih IH? -mungkin dah banyak yang tahu kalee-

IH singkatan dari Induction Heating (pemanasan melalui induksi), yaitu proses pemanasan objek logam melalui induksi elektromagnetik. Sejak tahun 2003, penggunaan pemanas IH ini mulai banyak dipakai dalam rumah tangga. Pertama kali aku menjumpainya tahun 2004 ya iyaa lah, dateng ke Jepang juga tahun itu saat berkunjung ke asrama salah seorang kawan. Kompor di rumah saja masih pakai minyak tanah, kadang pake arang atau kayu bakar, bersentuhan dengan kompor gas masih jarang, eh langsung ketemu dengan kompor yang flat seperti layar TV datar. Waktu itu sempat heran, tanpa api dan tidak terasa panas, pegimane caranya bisa untuk masak?

Karena penasaran (tapi punya kesempatan nulis baru sekarang ^__~; )akhirnya nyari-nyari prinsip kerja mesin ini via internet deh. Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut: (ingat2 pelajaran SMA lagi yukkK)




    • Kalau kawat konduktor dialiri arus listrik, maka di sekelilingnya akan terbentuk
      garis gaya magnet.

    • Jika kawat konduktor itu dibentuk kumparan dan di dekatnya diletakkan materi
      yang dapat menghantarkan listrik (biasanya logam), maka logam tersebut akan
      menerima pengaruh garis gaya magnet lalu di dalam logam tersebut akan mengalir arus eddy

    • Nah, setiap logam biasanya memiliki hambatan listrik, dan arus yang mengalir dalam logam tersebut akan menghasilkan joule heating sebesar P = I^2 × R,
      dimana P adalah daya, I untuk arus, dan R untuk hambatan, daya inilah yang keluar sebagai panas dan proses yang berlangsung dinamai pemanasan lewat induksi.

Lalu kenapa pihak asrama sampai rela mengganti kompor gas yang ada dengan kompor tipe ini? Tentunya ada beberapa kelebihan pemanas ini dibandingan dengan kompor biasa.



1. Bertenaga (Powerful) dan Efisien


Pada kompor IH, energi yang terbuang hampir tidak ada, pengubahan energi listrik ke panas berlangsung dengan efektif. Sehingga dengan daya listrik lebih kecil, kompor IHmampu mendidihkan air lebih cepat dari kompor gas. Tapi, jika dibandingkan dengan sistem pembakaran seperti pada kompor gas yang menyebabkan daerah sekeliling panci juga ikut panas, sistem IH hanya memanaskan daerah sekitar alas. sehingga akan ada beberapa jenis masakan yang kurang cocok jika menggunakan sistem IH ini. kesimpulannya adalah: efektifitas panas yang dihasilkan di sini tidak selalu disertai dengan efektifitas dalam proses memasak.

2. Tidak mengeluarkan api


Berbeda dengan pemanasan yang menggunakan api, sistem IH yang tidak menggunakan api ini menghasilkan kemungkinan terjadi kecelakaan luka bakar yang rendah dan tingkat keamanan yang tinggi. selain itu, proses ini juga tidak memanaskan udara di sekitarnya, sehingga orang yang sedang berada di dekat alat masak IH tidak akan merasa kepanasan.

3. Mudah dalam mengatur tingkat kepanasan


Melalui pengaturan jumlah arus listrik yang mengalir di kumparan, tingkat kepanasan IH dapat dengan mudah disesuaikan dengan panas yang dibutuhkan.

4. Tingkat keamanan yang tinggi


Hal ini sesuai dengan keuntungan nomer 2 di atas, karena tidak mengeluarkan api resiko luka bakar hampir tak ada. Resiko kebakaran karena jilatan api yang menari-nari karena angin jugabisa dikatakan mendekati nol. Selain itu, dalam keadaan kumparan teraliri arus listrik, permukaan IH tidak akan terasa panas jika disentuh dengan jari yang hanya akan teraliri listrik dalam jumlah kecil (dalam kondisi tidak sedang menggunakan logam seperti cincin, gelang, dkk). Tidak adanya proses pembakaran menyebabkan tidak adanya risiko terjadinya kekurangan oksigen dalam ruangan. Tapi ingat, menyentuh panci, wajan atau alat masak dalam keadaan panas tentu saja bisa menyebabkan luka bakar loh.


5. Cantik


Kenapa? Karena wujudnya saja mirip TV layar datar yang dihadapkan ke atas. -halah- Cara membersihkannya juga mudah dan terhindar dari ancaman ditumbuhi jamur nakal saat lembab. Hal ini bisa dijelaskan oleh tak adanya api, sehingga tak ada proses pembakaran yang menghasilkan uap air di udara penyebab kelembaban.


6. Ekonomis


Dengan kemampuan tak jauh berbeda dengan kompor gas, kompor IH memerlukan lebih sedikit energi untuk keperluan yang sama sehingga tagihan listrik juga lebih murah. Selain ramah lingkungan, kompor ini juga ramah dompet.


Meski kelebihannya banyak, tidak semua panci/wajan bisa dipakai dengan kompor ini. Menurut persamaan di atas, semakin besar hambatan semakin besar pula daya yang dihasilkan. Makanya logam berhambatan listrik rendah seperti aluminium (yang cepat panas-> cocok buat bikin mie instant!!) tidak cocok dipakai untuk kompor ini . Setelah pindahan nanti tetap harus merogoh kocek lebih dalam untuk belanja peralatan masak. Apanya yang ramah dompettTt... iklannya nipu!


ReAD MoRE・・・

Telaga Soklat di Tahun Baru

Sepertinya 26 Desember menjadi tanggal yang penuh arti bagi sebagian orang di Indonesia. Bencana Tsunami di Aceh terjadi pada tanggal itu dan tahun 2007 lalu banjir yang melanda kota kelahiranku berlangsung pada hari yang sama. Banjir pertama yang aku tahu di Ponorogo! Dengar-dengar banjir kali ini terjadi setelah hujan yang sangat deras turun terus-menerus sehari semalam sehingga sungai tak mampu lagi menampung volume air yang berlipat-lipat dari biasanya. Banjir akhir tahun kali ini nampaknya tak hanya melanda kota kecilku saja, wilayah lain di Indonesia sedang mendapat kiriman yang sama dari alam.


Alhamdulillah rumah tak sempat mencicipi rendaman air di akhir tahun. Dan yang sedikit senang dengan adanya bencana ini adalah adikku yang menyamar sebagai sukarelawan ke tempat pengungsi akibat sekolah diliburkan karena jalan ke beberapa daerah putus oleh banjir atau tanah longsor. Kesempatan menyaksikan fenomena yang jarang terjadi di kota kecil. Huehe huehe huehehehehehH...


Banjir pertama yang aku kenal tentunya ada dalam kisah Nabi Nuh. Bukan hendak menyamakan bahwa banjir diturunkan sebagai hukuman melainkan lebih pada kesigapan manusia menghadapi bencana. Nah loh, bukannya ada jurusan planologi alias tata kota yang bisa mengatur sebuah kota lebih terstruktur? Teknik sipil yang memilih materi tepat untuk bangunan dan teknik arsitektur yang membuat sosoknya nyaman dipandang mata?

Jujur saja, untuk suasana dalam kota, aku cukup bisa berbangga dengan kota kecilku. Jalannya lumayan lebar dan hampir di setiap persimpangan jalan ada semacam tugu yang cukup artistik. Kenapa infrastruktur kota menjadi penting? Tentunya untuk menjamin ketentraman dan kenyamanan hidup masyarakatnya dong. Lebih dari 1000 tahun yang lalu Khalifah Umar bin Khattab pernah memerintahkan Gubernur Mesir Amr bin Ash agar 1/3 dari APBN untuk membangun sungai buatan dari Fustat (sekarang Kairo) hingga pelabuhan Suez untuk memudahkan arus barang antara Hijaz dan Mesir. Jaman itu saja sudah dirasakan pentingnya peran infrastruktur kota dalan mendukung kegiatan niaga yang menjadi pokok kegiatan ekonomi masyarakat waktu itu.


Tokyo, kota aku tinggal selama setahun pertama di Jepang, juga punya teknik khusus menghadapi ancaman banjir. Apa jadinya kalo pusat pemerintahan, ekonomi, dan mode dengan penduduk terpadat se-Jepang terendam air? Penanggulangan banjir bisa dilakukan dengan pelebaran dan pendalaman sungai. Namun hal ini cukup susah dilakukan karena wilayah Tokyo yang sempit dan padat penduduk . Tentunya terbayang berapa harga tanah yang harus dibebaskan untuk pelebaran sungai. Solusinya, pemerintah membuat terowongan bawah tanah untuk penampungan air di bawah jalan raya. Biaya pembuatannya menghabiskan dana sekitar 8,24 triliun rupiah. Mahal? Memang, namun kerugian setiap kali banjir bandang juga dalam hitungan ratusan milyar. Belum ditambah trauma psikis dan kerugian non-material lainnya.


Lalu bagaimana dengan Ponorogo? Anak kecil juga tahu kalee... masak mau membandingkan kota kecil ini dengan ibukota Jepang. Hanya saja aku berharap pemerintah bisa bertindak tepat guna untuk mengatasi, menaggulangi dan mencegah ancaman banjir agar tidak menyakiti rakyat kecil. Lain cerita dengan Jakarta. Kota yang menjadi tempat perputaran 80% uang di Indonesia ini seharusnya bisa dikelola dengan lebih baik, tidak macet dan anti banjir.
Ahh, mumpung ingat. Ada berita kalau filmnya James Bond mau mengadakan syuting di Indonesia, cuman tidak jadi karena urusan birokrasi yang -tahu sendiri lahhhh-. Sama dengan kasusu pengembangan teknologi semi konduktor, dengan penyebab tak terbeda, akhirnya tahun 80-an, investasi itu ditanam di Malaysia. Dalam industri komputer, pabrik prosesor adalah industri strategis, di Penang, Intel terbesar, akhirnya menarik banyak perusahaan komputer lainya seperti IBM, HP, DELL, Western Digital. Nah loh...


Banjir yang berlangsung mulai surut juga setelah tahun baru 1429 hijriah. Di kota kecilku tengah berlangsung Grebeg Suro dan Festival Reog Nasional ke-14 mulai 5 hingga 10 Januari 2008 (udah selesai dunk, hikz).Semoga saja Pemasukan daerah dari kegiatan itu bisa dinikmati kembali oleh masyarakat. ^__^


ReAD MoRE・・・

Friday, 11 January 2008

Perpanjangan Visa

Liburan musim dingin yang lalu, aku sempat menemani seorang teman yang hendak lapor diri ke KBRI. Kebetulan visa pelajarku juga berakhir 3 bulan lagi, kesempatan untuk bertanya ke petugas di situ. Paspor sebenarnya masih berlaku hingga tahun depan, tapi kalau tahun ini hanya memperpanjang visa, artinya visanya khan ditempel di paspor sekarang, kalau tahun depan mau mudik atau jalan-jalan ke luar Jepang (pengen!) harus bawa 2 paspor dunk. Iya gak sih?
Petugas bilang kalau mendingan perpanjang visa aja dulu, khan sayang klo paspornya masih sisa setahun sudah mau diganti. Akur deh. Tahun ini perpanjang visa dulu tahun depan giliran paspor yang diperbarui.

Tiba-tiba saja ada sms masuk di tengah malam.
"Buat perpanjangan visa apa saja yang diperlukann?"
Junior dari Vietnam rupanya. Hmmhm, 2 tahun lalu apa saja yang diperlukan yah. Ingat-ingat...
Dokumen yang diperlukan untuk perpanjangan visa antara lain :



1. Formulir Applikasi visa, diperoleh di kantor imigrasi.
2. Fotokopi Gaikokujin Toroku Syoumeisho (KTP Jepang)

3. Passport yg masih berlaku.

4. Bagi yang pindah program (D2/D3 ke S1, S1 ke S2, master ke doktor), perlu melampirkan surat keterangan beasiswa dari Monbukagakusho (yg menjelaskan bahwa anda adalah kokuhi ryuugakusei) atau surat keterangan dari badan pemberi beasiswa (kalau dapet beasiswa dari yayasan lain). Untuk yg tidak mendapat beasiswa lanjutan, maka anda diwajibkan memberikan fotokopi rekening bank 3 bulan terakhir. Surat keterangan, minta ke gakusei-ka : kokuhi ryuugakusei shomeisyo.
Owh, mulai tahun kemaren, pengumuman perpanjangan beasiswanya adalah akhir Februari, jadi baru bisa ngurus setelah dapet kepastian. ^__^
5. Student Records (seiseki syoumeisyo) atau fotokopi dari daftar nilai semester terakhir.

6. Shunyu-inshi (Meterai) seharga 4000 yen, dijual di kombini.
7. Fotokopi surat tanda kelulusan ujian masuk ke universitas (bagi hennyuu sei) atau zaigaku shomeisyo (bagi yang gak ganti program)
8. sotsygyou mikomi shomeisyo (bagi yg sudah tingkat akhir)


Proses perpanjangan visa bisa dilakukan 1 bulan sebelum masa visa tersebut habis dan paling lambat 2 minggu sebelum tanggal visa habis. Jadi dianjurkan lebih cepat lebih baik, karena proses approval visa cukup memakan waktu, -hmm dua tahun lalu disuruh kembali lagi sekitar 2 minggu kemudian dengan membawa semacam kartu pos untuk pengambilan-. Kalau sampai batas waktu visa berakhir, belum dapat perpanjangan juga, hubungi bagian imigrasi untuk menghindari "Overstay". Kalau ketahuan (huehe) overstay, bisa kena denda, paling parah deportasi lah. Makanya hati-hati soal hukum dan perijinan. InsyaAllah kalau menjalankan proses susuai prosedur dan tidak kelupaan, tidak perlu menghadapi gejolak gak enak. ^_^ . IngattT visa berlaku maksimum untuk 2 tahun!!


ReAD MoRE・・・

Pentas Maya


Kalau dunia ini panggung sandiwara dan manusia adalah para pemainnya, entah berapa banyak topeng perilaku yang diperlukan. Episode-episode kehidupan silih berganti dan senantiasa terrekam dengan baik, tanpa cacat, yang nantinya harus dipertanggung jawabkan. Pemain pun kadang melakukan kesalahan, tidak sesuai naskah, tak sesuai kemauan sutradara. Sayangnya, para pemain tak bisa memutar waktu untuk kembali, dan kesalahan-kesalahan yang terjadi tersimpan sebagaimana adanya, tanpa mungkin diperbaiki, tanpa mungkin ditambah efek atau manipulasi . Rekaman yang begitu murni.

Aku masih beruntung.
Sang Sutradara Hidup begitu menyayangiku, meski entah sudah berapa kali kesalahan yang aku lakukan, kesalahan yang terkadang terlalu bodoh untuk terjadi. Dia selalu mengingatkanku secara tak langsung, melalui para pemain lain yang menjadi karibku, melalui para pemain senior yang sudah mumpuni di atas pentas, melalui episode-episode di panggung lain yang aku saksikan. Terkadang melalui latar tempat yang terlalu sempurna Dia ciptakan.
Kemarin, kembali aku diperlihatkan kepada indahnya langit senja yang temaram, saat mentari nyaris tenggelam. Awan ditembusi sinar-sinar lentera langit yang mulai padam pada batas pergantian siang dan malam. Pemandangan yang membangkitkan kembali mahligai hati yang hampir remuk redam. Retak berserak di tengah nyanyian alam.

Aku sangat beruntung.
Aku hidup, aku bisa melihat, mendengar, meraba, merasa, aku selalu punya tempat bergantung, aku punya teman, aku bisa membantu orang, aku tahu kemana tempat yang bisa menjadi pelarian.

Aku begitu beruntung.
Kesalahan yang aku lakukan dijaga dengan rapat, tanpa meninggalkan bau pesing, kecut, atau busuk yang menempel. Tak terbayang bisa setiap kealphaan yang aku lakukan disimbolkan dengan bau.- Mungkin tak akan ada orang yang tahan berada di dekatku.- Satu hal yang membuatku masih punya muka untuk berkumpul dengan para pemain yang menurutku terbebas dari bau, yang harum mewangi sepanjang waktu.

Aku sangat beruntung.
Panggung tempatku berperan sangat nyaman, tak ada amukan, tamparan, penghancuran, atau pengusiran. Tak ada peran orang-orang tertekan dari kebebasan akan keyakinan, tak ada permusuhan yang menyakitkan. Aku tahu peran-peran sulit yang harus diperankan dalam beberapa panggung lain di luar sana. Peran anak-anak yang tertindas, peran orang tua yang kehilangan anak, peran orang-orang yang kehilangan hak. Tentu gaji mereka lebih besar, tentu imbalan mereka tak bisa dibandingan dengan peran-peran yang selama ini aku mainkan. Tak bisa dibandingan. Tak bisa kubayangkan bila aku yang harus menjadi aktor di panggung seperti itu, entah seberapa banyak air mata, keringat dan darah yang harus aku kerahkan untuk berperan dengan baik. Sampai saat ini aku hanya mampu menyaksikan, membeli karcis mengisi sumbangan, atau menggoyangkan tangkai-tangkai doa agar sarinya sampai ke haribaan. Kita memandang langit yang sama, mentari yang sama, rembulan dan bintang yang sama, menyentuh lautan yang terhubung ke seluruh penjuru, hanya peran-peran lah yang terkadang membedakan...

Terima kasih, Sutradara Hidup, yang masih memberikanku kepercayaan untuk tetap hidup. Memberikanku kes4an untuk memperbaiki kesalahan yang aku lalukan, memberiku entah berapa episode dan skenario lagi yang harus aku perankan.
.....
.....
.....


ReAD MoRE・・・