Latihan menerjemahkan ahh... awalnya adalah latar belakang pembicara. Sekarang pembicara berada di New York semenjak 7 tahun yang lalu. Video di youtube nya sih dibagi menjadi 3 bagian. Bisa dilihat lewat link berikut :
http://www.youtube.com/user/hegabb
Ternyata buat menuliskan lebih capek daripada menerjemahkan langsung secara lisan. Huhuhu... -koq videonya gak nampak yah kadang2?? pening mode-
***
...
Pada saat SMP, salah seorang guru saya bercerita tentang seorang anak yang bertanya kepada ibunya.
"Mama... kenapa sih aku harus belajar?"
"Supaya bisa masuk sekolah yang bagus!"
"Kenapa harus masuk sekolah yang bagus"
"Supaya mudah mencari pekerjaan yang baik
"Untuk apa punya pekerjaan yang baik?"
"Supaya dapet uang yang banyakkkKK"
"Buat apa punya uang banyak?"
Si anak terus mengulang pertanyaannya, hingga pada akhirnya ibunya mengatakan : "Untuk membuat upacara pemakaman yang megah...
"Wahh.. kalau ujung-ujungnya gitu, aku ogah belajar. Oogaaahhh!!"
Cerita ini bukankah sekarang sedang berlangsung pada diri saya? Karena malas mempersiapkan ujian masuk universitas saat duduk di kelas 3 SMP, saya akhirnya masuk ke sebuah Universitas swasta dengan suisen (PMDK? PBUD? Rekomendasi?). Masuk ke Universitas berarti semakin dekat untuk menjadi anggota masyarakat dewasa menjadi salah satu hal sedikit membuat saya kurang nyaman. Untungnya saya masuk ke Universitas Katolik, sehingga saya sedikit berharap ada sesuatu yang lebih memperkaya batin dan sesuatu untuk ketenangan spiritual. Tetapi, agama kristen itu, saya melihat dari para pemeluknya, sepertinya ada yang kurang cocok dengan diri saya. Di sana saya belajar dengan keras. Setelah lulus dari Universitas, saya akan menjadi bagian masyarakat. Ketika saat itu tiba saya membayangkan untuk mengisi hari saya dengan memberikan perhatian kepada sesuatu hal, apa saja.
Setelah lulus, saya tidak banyak mencari lowongan pekerjaan. Secara kebetulan saya bersama seorang teman di terima untuk bekerja di sebuah Hotel punya orang Amerika. Sebenarnya saya sudah memilih untuk bekerja kesana, namun pada akhirnya saya malah bekerja pada sebuah perusahaan finansial atas dorongan orang tua. Selama satu tahun saya menahan keinginan diri sendiri, benar-benar suatu fase yang tidak alami. Saya menjalani kehidupan yang sama sekali berbeda dengan kehidupan spiritual yang saya cari. Sepertinya inilah yang menjadi penghalang kedamaian batin saya.
Pada suatu ketika, saya memperoleh libur selama 10 hari dari perusahaan. Saya ingin tinggal di kuil saja. Saya ingin sendiri, menyepi, lepas dari rutinitas sehari-hari. Saat menapaki tangga batu di tengah gunung, saya merasa tidak benar-benarsendiri. Saya merasakan sesuatu yang besar, sesuatu yang agung. Saat duduk bersimpuh dalam kuil, saya pernah menangis , saya merasa seperti sungai yang mengalir lalu bercabang, bercabang lagi.
Setelah kembali ke rutinitas sehari-hari, saya masih bisa merasakan keberadaan sesuatu yang agung, seperti saat saya menyepi waktu itu. Saat saya berada dalam pesawat menuju New York, saya tidak bisa melupakan panorama merah langit senja yang nampak. Langit, daratan, dan langit tersapih warna pelangi, bulan dan bintang pun bisa terlihat dalam garis pandangan mata. Waktu itu saya tidak hanya melihat pemandangan begitu saja, saya merasa bahwa seseorang yang menciptakan pemandangan ini memperlihatkan mahakaryanya secara khusus untuk saya. Lalu, sesuatu yang agung itu pun sepertinya memandang saya dari sana. Perasaan seperti itu begitu kuat saya rasakan.
Sejak saat itu bertanya-tanya, untuk apa sebenarnya saya dilahirkan ke dunia ini? Bagaimana sebaiknya menjalani hidup ini? Apa yang sesungguhnya saya inginkan?
-bersambung dulu deh, capek juga nerjemahin-
ReAD MoRE・・・