Tuesday 27 April 2010

Enaknya di Jepang...

Apa enaknya di Jepang? Salah satunya bisa bertemu dengan tokoh penting yang di Indonesia bakal sudah sekali bertatap muka. Misalnya, dialog dengan Menteri A, Pejabat B, Ustadz Y, Penulis Best Seller H, Sutradara M, Bintang Film Senior D, Rektor U****, dan lain lain. Maka tak heran kalau ada orang yang berkomentar : Kita-kita yang di Indonesia saja belum pernah ngobrol langsung, kok yang tinggal jauh di Jepang bisa mengundang ngobrol dengan enak!

Kata saya mah, itulah salah satu enaknya tinggal di Jepang.

Keenakan yang kedua adalah masalah ibadah Haji. Kalau daftar dari Jepang, tidak perlu mengantri sampai bertahun-tahun. Asalkan diniatkan dan ada uangnya, bisa berangkat tahun itu jugaaa!

Keenakan yang ketiga adalah pelayanan publik yang nyaman. Konon menurut orang-orang yang pernah tinggal di negeri selain Jepang, macan asia ini masih memegang top untuk Layanan umum.

Salah satu tidak enaknya bagi mahasiswa yang mau datang untuk ambil Master adalah masalah waktu. Yah. Di Jepang makan umur, kayak saya sekarang, tua di Jepang. Hiks. Kalau memperoleh beasiswa Monbusho biasanya akan ada masa Research student selama setahun, lalu program master dengan thesis, publikasi jurnal ilmiah, dan conference yang harus dijalani selama dua tahun. Ada orang bilang kalau Jepang masih kolot di saat gelar master begitu mudah diperdagangkan untuk diraih dalam 9 bulan atau satu tahun saja tanpa thesis (berbagai persyaratan merepotkan lainnya) di tempat/negara lain.

Kata saya mah, itu khan bagi orang yang ingin dapet gelar. Kalau saya yang tidak hanya ingin dapet gelar tapi ilmu yang nempel, maka jalur konvensional seperti di Jepang cukup cocok. Apalagi saya cukup rakus dengan ingin mencuri ilmu dari berbagai disiplin yang dimiliki para profesor di sini. Rasanya kok sayang kalau fasilitas yang ada tidak dimanfaatkan selama-lamanya bisa. Itu kata saya loh... Kalau mulai sungkan dengan umur dan kebelet meraih gelar secepatnya pertimbangannya lain lagi.

Err. Kalau ngobrol dengan orang Indonesia, pastinya menyarankan ambil aja S3, mumpung ada kesempatan. Ya betul sih argumennya. Yang punya gelar Master (karbitan maupun normal) di Indonesia sudah banyak. Peluang keluar negeri juga semakin besar dan mudah. Kalau begitu kelebihan saya dengan gelar S1 dan *insyaAllah* S2 dari luar negeri tidak akan banyak membantu bila kembali di Indonesia donk.... Harus ambil S3 doonkk.

Huakakaka. Yah. itu salah satu solusi. Alternatif lain, yah tidak usah kembali ke Indonesia bila ingin dihargai... *Deuh kesannya para pengambil keputusan di Indonesia tipenya sama terus sepanjang masa* Jadi dosen di Universitas Jepang bisa dilirik sebagai pilihan. Atau kalau beranggapan bahwa kuliah hanya untuk memuaskan hasrat menuntut ilmu dan kerja untuk berkarya, membuang segala gelar dan menjadi karyawan biasa juga bisa jadi pilihan.

Hmmm... Entahlah. Sebagai manusia hanya bisa membuat rencana.


No comments: