Memilih mata kuliah menjadi agenda kedua setelah membereskan segenap masalah administrasi paska entrance ceremony. Salah satu target saya adalah menguasai 7 bahasa negara yang berbeda sebelum 30 tahun. Waktu yang hanya bisa bergerak maju tak akan mau menunggu. Saya harus bergerak cepat, memanfaatkan fasilitas di kampus untuk meningkatkan kualitas diri.
Kenapa Bahasa?
Secara sederhana saya berpikir bahwa bahasa adalah harta yang akan menempel dalam diri kita selama hidup dengan akal yang sehat. Dengan menguasai bahasa, wawasan dan cara pandang akan berbeda. Setiap bangsa punya rasa bahasa yang lain, maka terkadang ada beberapa kata yang susah dicari padanannya dalam bahasa lain. Hal ini akan sring dijumpai saat menerjemahkan suatu bahasa ke bahasa lain. Seperti bahasa Jepang dalam anime yang di-dubbing bahasa Inggris, rasanya jadi aneh. Sebaliknya, film-film holywood yang diaudiokan dalam bahasa Jepang terdengar tidak alami. Itu kata saya, loh.
Tentu saja, selain bahasa saya harus punya satu bidang keahlian yang tidak dimiliki oleh orang lain. Itu sebabnya saya masih betah kuliah, saya belum ahli dalam bidang apapun.
Kalau kurikulum di program saya mengatakan bahwa skema pengetahuan ibarat huruf T, dalam ke bawah dan luas di atas. Artinya tahu sedikit tentang banyak hal, dan atahu banyak tentang sesuatu hal. Dengan konsep seperti ini saya (dan 11 orang lain di program ini) diharapkan untuk mengambil mata kuliah banyak-banyak, termasuk dari graduate school lain, namun harus menghasilkan tesis yang berkualitas (hanya bisa dipahami oleh si penulis sendiri? hueqeqeqe)
Tapi kami tidak disarankan untuk mengambil bahasa asing selain bahasa Jepang. Hmm, apa waktu 2 tahun dianggap tanggung untuk mempelajari suatu bahasa? Bisa jadi... apalagi kalau tidak intensif...
Setelah ditotal, dalam semester ini sudah hampir 30 sks yang akan saya ambil. Profesor saya mengijinkan atau tidak yah? Dengan banyaknya saya ambil mata kuliah, research tentunya tidak akan mendapat banyak jatah.
Kenapa Bahasa?
Secara sederhana saya berpikir bahwa bahasa adalah harta yang akan menempel dalam diri kita selama hidup dengan akal yang sehat. Dengan menguasai bahasa, wawasan dan cara pandang akan berbeda. Setiap bangsa punya rasa bahasa yang lain, maka terkadang ada beberapa kata yang susah dicari padanannya dalam bahasa lain. Hal ini akan sring dijumpai saat menerjemahkan suatu bahasa ke bahasa lain. Seperti bahasa Jepang dalam anime yang di-dubbing bahasa Inggris, rasanya jadi aneh. Sebaliknya, film-film holywood yang diaudiokan dalam bahasa Jepang terdengar tidak alami. Itu kata saya, loh.
Tentu saja, selain bahasa saya harus punya satu bidang keahlian yang tidak dimiliki oleh orang lain. Itu sebabnya saya masih betah kuliah, saya belum ahli dalam bidang apapun.
Kalau kurikulum di program saya mengatakan bahwa skema pengetahuan ibarat huruf T, dalam ke bawah dan luas di atas. Artinya tahu sedikit tentang banyak hal, dan atahu banyak tentang sesuatu hal. Dengan konsep seperti ini saya (dan 11 orang lain di program ini) diharapkan untuk mengambil mata kuliah banyak-banyak, termasuk dari graduate school lain, namun harus menghasilkan tesis yang berkualitas (hanya bisa dipahami oleh si penulis sendiri? hueqeqeqe)
Tapi kami tidak disarankan untuk mengambil bahasa asing selain bahasa Jepang. Hmm, apa waktu 2 tahun dianggap tanggung untuk mempelajari suatu bahasa? Bisa jadi... apalagi kalau tidak intensif...
Setelah ditotal, dalam semester ini sudah hampir 30 sks yang akan saya ambil. Profesor saya mengijinkan atau tidak yah? Dengan banyaknya saya ambil mata kuliah, research tentunya tidak akan mendapat banyak jatah.
No comments:
Post a Comment