Dad,
Knowing that you are going to be gone,
Wont make it any easier.
Our love to you is infinity and beyond,
your name will always be in our prayer.
Beberapa hal yang baru saya tahu setelah ayahanda meninggal :
1. Ayah adalah orang yang rajin menyambung tali silaturahim, termasuk ke sepupu jauh dalam keluarga besar kami. Waktu beliau meninggal, banyak telepon dan sms yang dalam perkenalannya menjelaskan silsilah keluarga dan hubungan kekerabatan dengan ayah. Saya sendiri baru ingat kalau waktu SMP dulu pernah diajak berputar-putar di Jakarta dan Bogor dari pagi sampai malam hanya untuk mengunjugi saudara-saudara yang saya sendiri bingung bagaimana silsilahnya.
Deuh, ayah. Menyesal sekali saya dengan tidak mengingat kelebihanmu yang satu ini. Semoga saya bisa mengikuti jejakmu untuk tetap menjaga silaturahim dengan keluarga jauh kita.
2. Sepertinya ayah menunggu kepulangan saya. Meski di hari-hari pertama saya di rumah beliau masih belum mengenali saya, namun akhirnya beliau mau saya suapi dan tangan kanannya yang masih bisa digerakkan selalu berusaha untuk memegang tangan atau merangkul saya. Selama saya di rumah, beliau sepertinya ingin mengajak bicara, namun saya tidak menangkap apa yang dimaksudkan oleh beliau. Saat saya berpamitan hendak kembali ke Jepang, tiba-tiba beliau bisa bicara dengan jelas dan tangannya tak lagi berusaha menangkap tangan saya. Setelah saya kembali ke Jepang, kondisi beliau langsup drop.
Deuh ayah, andai saya berani mengacuhkan urusan visa dan perkuliahan, sebenarnya ingin hati ini berada di dekatmu saat engkau kehilangan keperkasaan masa mudamu.
3. Dua hari sebelum beliau meninggal, tangan kanan beliau sering melambai, seperti memanggil seseorang. Satu hal yang membuat ibu cukup heran adalah ayah tersenyum! Padahal setelah stroke, otot di sekitar mulut beliau seperti susah sekali untuk mengukir bulan sabit pada bibir beliau. Yah, menjelang meninggal, beliau sering tersenyum. Satu hal yang sulit sekali beliau lakukan semenjak sakit.
4. Jasad ayah sangat ringat saat diusung menuju liang lahat. Padahal, sewaktu saya di rumah perlu 3 orang untuk membantu membuat beliau duduk.
Semoga engkau termasuk golongan orang yang khusnul khatimah.
5. Tak ada tanda khusus kalau beliau akan meninggal. Pagi dan siang harinya beliau masih makan dan minum susu seperti biasa. Hanya saja arah pandangan mata beliau sering lurus ke atas.
Ya Allah, lapangkanlah kubur Ayah. Pertemukanlah kami kelak dalam indahnya jannah.
*This is the last picture of us which was taken by mom, before I went back to Japan (16 March 2010) *
*I'll save it here as a reminder for me, about life, Love dan destiny*
1. Ayah adalah orang yang rajin menyambung tali silaturahim, termasuk ke sepupu jauh dalam keluarga besar kami. Waktu beliau meninggal, banyak telepon dan sms yang dalam perkenalannya menjelaskan silsilah keluarga dan hubungan kekerabatan dengan ayah. Saya sendiri baru ingat kalau waktu SMP dulu pernah diajak berputar-putar di Jakarta dan Bogor dari pagi sampai malam hanya untuk mengunjugi saudara-saudara yang saya sendiri bingung bagaimana silsilahnya.
Deuh, ayah. Menyesal sekali saya dengan tidak mengingat kelebihanmu yang satu ini. Semoga saya bisa mengikuti jejakmu untuk tetap menjaga silaturahim dengan keluarga jauh kita.
2. Sepertinya ayah menunggu kepulangan saya. Meski di hari-hari pertama saya di rumah beliau masih belum mengenali saya, namun akhirnya beliau mau saya suapi dan tangan kanannya yang masih bisa digerakkan selalu berusaha untuk memegang tangan atau merangkul saya. Selama saya di rumah, beliau sepertinya ingin mengajak bicara, namun saya tidak menangkap apa yang dimaksudkan oleh beliau. Saat saya berpamitan hendak kembali ke Jepang, tiba-tiba beliau bisa bicara dengan jelas dan tangannya tak lagi berusaha menangkap tangan saya. Setelah saya kembali ke Jepang, kondisi beliau langsup drop.
Deuh ayah, andai saya berani mengacuhkan urusan visa dan perkuliahan, sebenarnya ingin hati ini berada di dekatmu saat engkau kehilangan keperkasaan masa mudamu.
3. Dua hari sebelum beliau meninggal, tangan kanan beliau sering melambai, seperti memanggil seseorang. Satu hal yang membuat ibu cukup heran adalah ayah tersenyum! Padahal setelah stroke, otot di sekitar mulut beliau seperti susah sekali untuk mengukir bulan sabit pada bibir beliau. Yah, menjelang meninggal, beliau sering tersenyum. Satu hal yang sulit sekali beliau lakukan semenjak sakit.
4. Jasad ayah sangat ringat saat diusung menuju liang lahat. Padahal, sewaktu saya di rumah perlu 3 orang untuk membantu membuat beliau duduk.
Semoga engkau termasuk golongan orang yang khusnul khatimah.
5. Tak ada tanda khusus kalau beliau akan meninggal. Pagi dan siang harinya beliau masih makan dan minum susu seperti biasa. Hanya saja arah pandangan mata beliau sering lurus ke atas.
Ya Allah, lapangkanlah kubur Ayah. Pertemukanlah kami kelak dalam indahnya jannah.
*This is the last picture of us which was taken by mom, before I went back to Japan (16 March 2010) *
*I'll save it here as a reminder for me, about life, Love dan destiny*
1 comment:
pasti sulit jalani hidup tanpa beliau,aquhh takut kehilangan..
Post a Comment